Pendapatan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor 5.

123 sedangkan nilai pendapatan usaha atas biaya total terbesar pedagang martabak kaki lima adalah Rp 18 728 597.62 per bulan. Pendapatan rata-rata atas biaya total pedagang martabak kaki lima di Kota Bogor adalah sebesar Rp 5 838 159.07 per bulan Pendapatan usaha responden pedagang martabak kaki lima dapat dilihat pada Lampiran 20. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 40 responden pedagang martabak kaki lima di Kota Bogor memiliki total penerimaan lebih besar dibandingkan total biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha martabak kaki lima ini menguntungkan untuk dilaksanakan. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Nilai rasio penerimaan dan biaya menggambarkan efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu unit input. Nilai RC atas biaya tunai pedagang martabak kaki lima yang terkecil adalah 1.16 sedangkan nilai RC atas biaya tunai pedagang martabak kaki lima yang terbesar adalah 2.57. Nilai RC atas biaya tunai rata-rata pedagang martabak kaki lima adalah 1.47. Nilai RC atas biaya total pedagang martabak kaki lima yang terkecil adalah 1.11 sedangkan nilai RC atas biaya total pedagang martabak kaki lima yang terbesar adalah 2.36. Nilai RC atas biaya total rata-rata pedagang martabak kaki lima adalah 1.42. Nilai RC responden pedagang martabak kaki lima dalam penelitian ini menunjukkan angka lebih dari satu. Hal ini berarti bahwa usaha martabak kaki lima menguntungkan untuk dijalankan.

8.2 Pendapatan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan total biaya yang dikeluarkan. Perhitungan pendapatan rata-rata pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 45. 124 Tabel 45. Perhitungan Pendapatan Rata-rata Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor per Bulan No Komponen Pendapatan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Jumlah 1. TOTAL PENERIMAAN Rp 36 884 625.00 a. Harga rata-rata masakan Rpporsi 12 125.00 b. Jumlah rata-rata masakan porsi 3 002.25 2 TOTAL BIAYA Rp 25 366 265.92 a. Total Biaya Non Tunai Rp a.1. Biaya Penyusutan Investasi Awal Rp a.2. Biaya Penyusutan Kompor Gas Rp 149 772.92 145 572.92 4 200.00

b. Total Biaya Tunai Rp

b.1. Biaya isi ulang LPG Rp b.2. Biaya pembelian beras Rp b.3. Biaya pembelian lele Rp b.4. Biaya pembelian ayam Rp b.5. Biaya pembelian minyak goreng Rp b.6. Biaya tenaga kerja Rp b.7. Biaya lain-lain Rp 25 216 492.00 513 464.00 2 703 535.00 2 574 600.00 6 301 331.00 937 650.00 1 562 162.00 10 623 750.00

3. PENDAPATAN atas biaya tunai Rp

11 668 132.88 4. PENDAPATAN atas biaya total Rp 11 518 359 97

5. RC atas biaya tunai

1.46 5.

RC atas biaya total 1.45 Sumber : Data diolah 2011 Penerimaan usaha warung tenda pecel lele adalah hasil kali jumlah porsi masakan yang dihasilkan per bulan dikalikan dengan harga rata-rata masakan per porsi, diasumsikan satu bulan terdiri dari 30 hari. Rata-rata total penerimaan pedagang warung tenda pecel lele per bulan adalah Rp 36 884 625.00 . Penerimaan terkecil pedagang warung tenda pecel lele adalah Rp 14 250 000.00 per bulan, sedangkan penerimaan terbesar adalah Rp 90 000 000.00 per bulan. Penerimaan responden pedagang warung tenda pecel lele dapat dilihat pada Lampiran 21. Biaya yang dikeluarkan pedagang warung tenda pecel lele terdiri dari dua komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada jumlah output yang diproduksi dan tetap harus dikeluarkan 125 walaupun tidak ada produksi. Komponen-komponen biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan atau investasi awal terpal, spanduk, meja, kursi, piring, gelas, dan berbagai perlengkapan lainnya, dan biaya penyusutan kompor gas. Diasumsikan umur ekonomis penyusutan peralatan atau investasi awal adalah empat tahun, dan umur ekonomis kompor gas adalah lima tahun. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus, dapat dilihat pada Lampiran 22. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada jumlah output yang diproduksi. Komponen biaya variabel dalam penelitian ini terdiri dari pembelian bahan bakar LPG, pembelian beras, ikan lele, daging ayam, minyak goreng, pembayaran upah tenaga kerja, dan biaya-biaya selain biaya di atas yang dikeluarkan setiap hari seperti cabai, tomat, bawang, garam, bebek, seafood , mentimun, kemangi, selada, bumbu-bumbu, dsb. Dalam penelitian ini perhitungan biaya dibagi menjadi biaya tunai dan non tunai. Total biaya rata-rata pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah Rp 25 366 265.03 per bulan. Total biaya tunai adalah Rp 25 216 492.11 per bulan. Total biaya yang dikeluarkan responden pedagang warung tenda pecel lele dapat dilihat pada Lampiran 24. Pendapatan usaha pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor merupakan selisih total penerimaan usaha dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Hasil penelitian dalam Lampiran 25 menunjukkan nilai pendapatan usaha rata-rata atas biaya total Rp 11 518 359.97, nilai pendapatan usaha atas biaya total terbesar adalah Rp 45 256 866.67 per bulan, sedangkan yang terkecil adalah Rp 2 496 033.33. Pendapatan atas biaya tunai rata-rata 126 pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah sebesar Rp 11 668 132.89 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor memiliki total penerimaan lebih besar dibandingkan total biaya yang harus dikeluarkan. Nilai RC atas biaya total pedagang warung tenda pecel lele adalah 1.45 sedangkan nilai RC atas biaya tunai pedagang warung tenda pecel lele adalah 1.46. Nilai RC responden pedagang warung tenda pecel lele dalam penelitian ini menunjukkan angka lebih dari satu. Hal ini berarti bahwa usaha warung tenda pecel lele menguntungkan untuk dijalankan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan