8
martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele menggunakan LPG 3 kg yang disubsidi pemerintah sebagai bahan bakar dalam kegiatan usahanya. Sebagai
akibat dari konversi minyak tanah menjadi LPG, terdapat perubahan pola konsumsi dan permintaan bahan bakar yang dilakukan pedagang martabak kaki
lima dan warung tenda pecel lele. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang bagaimana permintaan LPG pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel
lele di Kota Bogor.
1.2 Rumusan Masalah
Program konversi minyak tanah menjadi LPG merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan
pemakaian minyak tanah menjadi LPG. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung LPG beserta isinya, kompor gas dan aksesorisnya
kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah. Adanya program konversi minyak tanah menjadi LPG yang dilaksanakan
oleh pemerintah akan mengubah kebiasaan rumah tangga, dalam hal ini pola konsumsi terhadap penggunaan bahan bakar minyak BBM. Usaha mikro yang
selama ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam produksinya, harus menggantinya dengan menggunakan LPG sebagai bahan bakar dalam proses
produksi usahanya. Kota Bogor adalah salah satu daerah sasaran konversi minyak tanah
menjadi LPG, dan sudah menjalankan program konversi minyak tanah menjadi
LPG kurang lebih empat tahun. Hal ini mengakibatkan Kota Bogor dapat
dijadikan salah satu daerah penelitian, untuk menganalisis permintaan LPG oleh
9
rumah tangga dan usaha mikro sebagai target program konversi minyak tanah menjadi LPG.
Kota Bogor memiliki letak yang strategis BPS Kota Bogor, 2010. Letaknya yang strategis menjadikan Kota Bogor sebagai wilayah transit dan
tujuan wisata, baik wisata alam, budaya maupun wisata kuliner. Keadaan ini memberikan peluang untuk mengembangkan beberapa sektor, khususnya sektor
perdagangan. Data menunjukkan bahwa usaha mikro mendominasi di Kota Bogor dengan jumlah 23 873 pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 25 804 pada tahun
2009. Usaha mikro di Kota Bogor 43 persen adalah usaha di bidang makanan, minuman, jajanan, dan oleh-oleh yang banyak menggunakan bahan bakar minyak
dalam usahanya. Dalam penelitian ini diteliti usaha martabak kaki lima untuk mewakili makanan cemilan, dan usaha warung tenda pecel lele mewakili makanan
berat untuk mengenyangkan, karena kedua jenis makanan ini berkembang dan banyak ditemui di Kota Bogor. Penelitian Hardian, 2011 menunjukkan bahwa
jumlah pedagang martabak kaki lima yang tersebar di enam kecamatan di Kota Bogor adalah 106 orang, dan penelitian Abidin, 2011 menunjukkan bahwa
pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor berjumlah 148 orang. LPG sebagai bahan bakar memegang peranan penting bagi usaha mikro
dalam hal ini usaha martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele. LPG adalah salah satu input utama yang sangat dibutuhkan dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang akan mendatangkan keuntungan bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele. Permintaan LPG
sebagai bahan bakar utama dipengaruhi oleh harga LPG itu sendiri dan harga barang-barang input lain yang digunakan dalam proses produksi. Harga bahan-
10
bahan pokok yang digunakan pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele sangat fluktuatif. Perkembangan harga bahan-bahan pokok ini dapat
dilihat pada Tabel 8. Permintaan LPG pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel
lele dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sejauh mana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi permintaan LPG pedagang martabak kaki lima dan warung tenda
pecel lele menjadi hal yang penting, karena akan berhubungan dengan kelangsungan produksi dan pendapatan pedagang martabak kaki lima dan warung
tenda pecel lele tersebut.
Tabel 8. Perkembangan Harga Bahan Pokok di Indonesia Tahun 2010-2012
No. Komoditas
Unit 112
2010 111
2011 112
2011 201
2012 102
2012
1. Minyak Goreng Kemasan
Rp620ml 8 399
9 697 9 645
9 652 9 654
2. Minyak Goreng Curah
Rpkg 10 750
10 566 10 547
10 831 11 354
3. Daging Sapi
Rpkg 67 633
71007 70 886
71687 72 432
4. Daging Ayam Broiler
Rpkg 25 808
24 268 23 680
25 870 26 796
5. Daging Ayam Kampung
Rpkg 44 864
46 278 47 334
47 401 47 960
6. Telur Ayam Ras
Rpkg 16 005
16 592 16 620
17 201 17 854
7. Telur Ayam Kampung
Rpkg 36 023
35 994 36 301
36 183 36 600
8. Tepung Terigu
Rpkg 7 577
7 562 7 601
7 674 7 604
9.. Beras Medium
Rpkg 7 002
7 675 7 736
7 940 8 079
10. Gula Pasir
Rpkg 11 142
10 465 10 447
10 481 10 830
11. Susu Kental Manis
Rpkg 8 315
8 666 8 710
8 710 8 697
12. Cabe Merah Keriting
Rpkg 26 080
25 585 26 315
34 016 24 105
13. Cabe Merah Biasa
Rpkg 22 685
22 419 25 785
31 558 21 901
14. Bawang Merah
Rpkg 23 628
14 277 13 643
13 212 12 461
Sumber : Kementerian Perdagangan Republik Indonesia 2012
Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah karakteristik pedagang martabak kaki lima dan warung tenda
pecel lele di Kota Bogor yang menggunakan LPG sebagai bahan bakarnya?
11
2. Bagaimanakah permintaan LPG pedagang martabak kaki lima dan warung
tenda pecel lele di Kota Bogor dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhinya?
3. Bagaimanakah pendapatan usaha pedagang martabak kaki lima dan warung
tenda pecel lele di Kota Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian