Tempat dan Waktu Penelitian Formula Sabun Padat Bentonit Variasi konsentrasi asam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 110 mm dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer Jannah, 2009.

3.3.3 Evaluasi Sabun Menurut SNI

Pengujian mutu sabun menurut SNI meliputi kadar air, jumlah asam lemak, asam lemak bebasalkali bebas dan minyak mineral dilakukan di Laboratorium Non Pangan, Balai Pengujian Mutu Barang, Direktorat Pengembangan Mutu Barang, Ciracas, Jakarta Timur.

3.3.4 Teknik Analisa Data

Data dari beberapa formula hasil evaluasi berupa pH, tinggi busa, stabilitas busa dan kekerasan sabun, diuji secara statistik dengan analisis varian satu arah one way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan taraf keper cayaan 95 α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara formula hasil pengujian. Data yang tidak terdistribusi normal dan tidak homogen, dilanjutkan dengan analisis statistik non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis. 31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formulasi Sabun Padat Bentonit

Pembuatan sabun padat bentonit dalam penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi asam stearat dan natrium lauril sulfat. Penggunaan variasi konsentrasi asam stearat bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi asam stearat yang dapat memberikan kekerasan paling tinggi pada sabun padat bentonit. Hal ini dikarenakan bentonit memiliki sifat dapat menyerap air yang menyebabkan tekstur sabun menjadi lunak Ibrahim dkk, 2005. Formula sabun padat bentonit dalam penelitian ini merupakan modifikasi formula dari penelitian Anggraeni 2014 dengan hanya menggunakan minyak kelapa tunggal dan menambahkan natrium lauril sulfat sebagai surfaktan pembentuk busa dalam sabun padat bentonit dengan berbagai variasi konsentrasi. Berdasarkan zahir hadis, hukum menyamak dengan tanah pada tempat yang terkena najis mughalladzah, Nabi Muhammad SAW tidak memperincikan bentuk dan keadaan tanah yang boleh digunakan untuk menyucikan najis mughalladzah sehingga menunjukkan semua jenis tanah yang ada di atas muka bumi ini boleh digunakan untuk menyamak, s edangkan dari aspek tanah yang digunakan, Rasulullah SAW tidak pernah menyatakan lapisan tanah yang ke berapa perlu digunakan, karena pada asasnya tanah atau pasir adalah suci Fatwa Malaysia, 2006. Selain itu, tidak dijelaskan secara rinci dalam ajaran Islam berapa kadar debu atau tanah yang harus digunakan dalam bersuci Anggraeni, 2014. Berdasarkan Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 tentang Standarisasi Fatwa Halal, menyatakan bahwa mencuci bekas babi atau anjing dengan cara di-sertu dicuci dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dengan tanahdebu atau penggantinya yang memiliki daya pembersih yang sama. Oleh karena itu, untuk mendapatkan daya pembersih yang sama dengan tanah atau debu sebagai syarat sertu atau samak najis mughalladzah diupayakan dengan menambah tanah bentonit di dalam sabun dengan konsentrasi 20 konsentrasi bahan paling tinggi dalam formula. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Natrium lauril sulfat NLS merupakan tipe surfaktan anionik Paye et al., 2006, memiliki sifat sebagai pembentuk busa yang baik Barel et al., 2009 dan termasuk surfaktan yang larut dalam air, berkinerja baik dan kuat membersihkan kotoran dan minyak, menghasilkan sediaan dengan warna yang baik tetapi memiliki kekurangan jika digunakan dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi kulit Hunting, 1983. Dalam penelitian ini, natrium lauril sulfat dikombinasikan dengan kokamidopropil betain yang merupakan tipe surfaktan amfoterik. Kombinasi NLS dengan kokamidoropil betain bertujuan untuk meningkatkan kompatibilitas NLS terhadap kulit sekaligus menghasilkan busa yang lebih baik. Selain itu, surfaktan amfoterik umumnya juga digunakan sebagai tensioactives sekunder untuk efek stabilisasi busa Paye et al., 2006. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun padat bentonit meliputi minyak kelapa, natrium hidroksida, asam stearat, kokamidopropil betain, NLS, bentonit, gliserin, BHT, triklosan, etanol 96, parfum dan akuades. Pada proses pembuatan sabun, terlebih dahulu asam stearat, BHT dan minyak kelapa dilebur di atas penangas air hingga suhu 70 C sampai melebur sempurna. Asam stearat berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun Mitsui, 1997. Asam stearat merupakan kristal putih yang meleleh pada suhu 69- 70 C Rowe et al., 2009 sehingga perlu dilelehkan terlebih dahulu pada suhu 70 C. Penggunaan antioksidan pada sabun karena sabun tersusun dari asam lemak yang sebagian mengandung ikatan tak jenuh yang mudah teroksidasi sehingga menimbulkan ketengikan Setyoningrum, 2010 dan adanya aditif sabun tertentu, seperti pengaroma, cenderung menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif atmosfer yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, penambahan BHT diperlukan untuk mencegah dari terjadinya oksidasi Barel et al., 2009. Minyak kelapa merupakan fase minyak yang digunakan dalam sabun padat bentonit. Minyak kelapa memiliki kandungan terbesar asam laurat sebesar 48,9, dimana fase minyak ini dapat tersaponifikasi dengan adanya natrium hidroksida. Jenis alkali yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium hidroksida yang cocok untuk pembuatan sabun padat Mitsui, 1997. Setelah fase minyak melebur sempurna pada suhu 70 C, ditambahkan larutan NaOH 30 pada suhu yang sama yaitu 70 C ke dalam fase minyak tersebut sehingga terjadi reaksi saponifikasi. Stok