Metode Pembuatan Sabun Sabun
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lama. Sabun yang dihasilkan dari asam laurat memiliki ketahanan yang tidak terlalu besar, artinya sabun batang yang dihasilkan tidak cukup keras
Anggraeni, 2014. Berikut komposisi jenis asam lemak dari minyak kelapa dan sifat sabun yang dihasilkan dari masing-masing jenis asam lemak:
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa dan Sifat Yang Ditimbulkan Pada Sabun Miller, 2003
Asam Lemak
Rumus Kimia Konsentrasi
Sifat yang ditimbulkan
pada sabun
Asam Laurat
CH
3
CH
2 10
COOH 39-54
Mengeraskan, membersihkan,
menghasilkan busa lembut
Asam Miristat
CH
3
CH
2 12
COOH 15-23
Mengeraskan, membersihkan,
menghasilkan busa lembut
Asam Palmitat
CH
3
CH
2 14
COOH 6-11
Mengeraskan, menstabilkan
busa
Asam Oleat
CH3CH
2 7
CH=CH CH
2 7
COOH 4-11
Melembabkan Asam
Stearat CH
3
CH
2 16
COOH 1-4
Mengeraskan, menstabilkan
busa
Asam Linoleat
CH3CH
2 4
CH=C HCH
2 2
CH
2 6
COO H
1-2 Melembabkan
b. NaOH
Menurut Mitsui 1997, sabun yang dibuat dari natrium hidroksida dikenal dengan sebutan sabun keras hard soap, sedangkan sabun yang
dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak soft soap. Karena pada penelitian ini akan dibuat sabun padat, maka alkali yang digunakan
adalah NaOH. Natrium hidroksida memiliki berat molekul 40 serta merupakan basa kuat yang larut dalam air dan etanol Departemen Kesehatan
RI, 1979. c.
Asam Stearat Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat C
18
H
36
O
2
dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
heksadekanoat C
16
H
32
O
2
. Berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin; larut dalam 20
bagian etanol 95 P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P Departemen Kesehatan RI, 1979. Asam stearat berperan dalam memberikan
konsistensi dan kekerasan pada sabun Mitsui, 1997. d.
Gliserin Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirop, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat dan higroskopis. Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam minyak lemak Departemen Kesehatan RI, 1979. Gliserin digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi 30. Gliserin dapat
berubah warna menjadi hitam dihadapan cahaya atau kontak dengan zink oksida atau bismuth nitrat dasar Rowe et al., 2006. Menurut Mitsui 1997,
gliserin telah lama digunakan sebagai humektan, yaitu skin conditioning agent yang dapat meningkatkan kelembaban kulit.
Adanya humektan dapat mengubah ketidakstabilan sabun batang, sehingga memodifikasi persepsi
konsumen dari produk sebagai produk pembilas yang bersih Barel et al., 2009.
e. Butylated hydroxytoluene BHT
Berupa serbuk hablur padat, putih, bau khas dan lemah. BHT praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan hidroksida alkali dan
dilute aqueous asam mineral; sangat larut dalam aseton, benzena, etanol 95, eter, metanol, toluen, fixed oils dan minyak mineral. Digunakan sebagai
antioksidan untuk minyak dan lemak dengan konsentrasi 0,02 Rowe et al., 2006.
Basis sabun dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi misalnya oleat, linoleat, dan linolenat dan adanya aditif sabun tertentu,
seperti pengaroma, cenderung menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif atmosfer yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, preservative agen chelating
dan antioksidan diperlukan untuk mencegah dari terjadinya oksidasi. Antioksidan yang paling umum digunakan dalam hubungannya dengan
chelating agent pada sabun batangan adalah butylated hydroxytoluene BHT Barel et al., 2009.