Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Sabun

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sabun harus merupakan reaksi yang sempurna antara asam lemak dengan alkali, untuk menghindari adanya sisa asam lemak atau alkali bebas yang tertinggal dalam sabun Karo, 2011. Setelah terbentuk stok sabun, selanjutnya ditambahkan gliserin. Gliserin digunakan sebagai humektan, yaitu skin conditioning agent yang dapat meningkatkan kelembaban kulit Mitsui, 1997. Secara berturut-turut selanjutnya ditambahkan NLS yang telah dilarutkan dalam akuades dan betain ke dalam stok sabun. Dilakukan kombinasi penggunaan surfaktan, yaitu kombinasi NLS dan betain untuk meningkatkan kompatibilitas NLS terhadap kulit sekaligus menghasilkan busa yang lebih baik serta pembusaan yang stabil Paye et al., 2006. Selanjutnya ditambahkan triklosan yang telah dilarutkan dalam etanol 96 ke dalam massa sabun, yang berfungsi sebagai pengawet antimikroba. Penambahan antimikroba pada sabun batang memberi manfaat untuk penggunaan jangka panjang, terutama pada saat pencucian Barel et al., 2009. Etanol 96 digunakan sebagai pelarut terhadap triklosan, dikarenakan triklosan praktis tidak larut dalam air, namun larut dalam alkohol, dalam aseton, dan metil alkohol Sweetman, 2009. Selanjutnya ditambahkan secara berturut-turut bentonit dan sisa air sedikit demi sedikit ke dalam campuran massa sabun. Bentonit merupakan golongan tanah liat clay yang digunakan sebagai agen penyuci dari najis mughalladzah dalam sabun dan memiliki konsentrasi paling tinggi di dalam formula. Bahan terakhir yang ditambahkan adalah minyak pohon teh yang merupakan pewangi untuk memberikan efek wangi pada produk sabun yang dihasilkan. Setelah itu, massa sabun dimasukkan ke dalam cetakan sabun, dan dibiarkan mengeras selama + 24 jam di dalam lemari pendingin untuk membantu mempercepat proses pemadatan sabun. Sabun yang telah mengeras, kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama + 24 jam pada suhu ruang. Setelah itu, dilakukan evaluasi sifat fisika kimia sabun. Terdapat empat formula dengan komposisi asam stearat yang berbeda sebagai berikut: formula I dengan konsentrasi asam stearat 6; formula II dengan konsentrasi asam stearat 7; formula III dengan konsentrasi asam stearat 8; dan formula IV dengan konsentrasi asam stearat 9. Dari keempat formula tersebut, dilakukan evaluasi organoleptik, pH dan kekerasan sabun untuk mendapatkan