26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Laboratorium Formulasi Sediaan Semi Solid dan Liquid Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dan Laboratorium Non Pangan, Balai
Pengujian Mutu Barang, Ciracas Jakarta Timur. Penelitian berlangsung selama 4 bulan, dari bulan Maret hingga bulan Mei 2016.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Timbangan analitik, termometer, penetrometer, vortex, penjepit kayu, magnetic stirrer, hot plate, batang pengaduk, pipet tetes, kaca arloji,
spatula, pot, cetakan sabun, oven, pH meter dan alat-alat gelas kimia lainnya.
3.2.2 Bahan
Bentonit Shadong Bio-technology, gliserin Shadong Bio- technology, Natrium hidroksida Shadong Bio-technology, asam stearat
Shadong Bio-technology, natrium lauril sulfat Shadong Bio-technology, kokamidopropil betain Go-Native New Zealand, butylated hidroxytoluene,
minyak kelapa 24 Chatham Place, triklosan DevImpex, etanol 96, parfum tea tree oil, aquadest, aluminium foil.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Formulasi Sabun Padat Bentonit
a. Formula Sabun Padat Bentonit Variasi konsentrasi asam
stearat
Anggraeni, 2014 dengan modifikasi
BAHAN FORMULA
I II
III IV
Minyak kelapa 17
17 17
17 NaOH 30
15 15
15 15
Asam Stearat 6
7 8
9
Kokamidopropil betain
3 3
3 3
NLS 4
4 4
4 Bentonit
20 20
20 20
Gliserin 17
17 17
17 BHT
0,02 0,02
0,02 0,02
Triklosan 0,1
0,1 0,1
0,1 Etanol 96
1 1
1 1
Parfum qs
qs qs
qs Aquadest
Add 100
Add 100
Add 100
Add 100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Formula Sabun Padat Bentonit Variasi Konsentrasi NLS
BAHAN FORMULA
A B
C
Minyak kelapa 17
17 17
NaOH 30 15
15 15
Asam Stearat 9
9 9
Kokamidopropil betain
3 3
3 NLS
4 5
6
Bentonit 20
20 20
Gliserin 17
17 17
BHT 0,02
0,02 0,02
Triklosan 0,1
0,1 0,1
Etanol 96 1
1 1
Parfum qs
qs qs
Aquadest Add 100
Add 100 Ad 100
c. Pembuatan Sabun Bentonit Setyoningrum, 2010 dengan
modifikasi Ditimbang masing-masing komponen formula sesuai kebutuhan.
Asam stearat, minyak kelapa, dan BHT dilebur hingga suhu 70 C di dalam
cawan penguap di atas penangas air. Lalu ditambahkan larutan NaOH 30 pada suhu 70
C, diaduk sampai terbentuk massa yang homogen. Ditambahkan secara berturut-turut gliserin, natrium lauril sulfat yang
telah dilarutkan dalam air, kokamidopropil betain, triklosan yang telah dilarutkan dalam etanol 96, bentonit, dan sisa air sedikit demi sedikit
pada suhu yang sama, diaduk hingga homogen. Kemudian dilakukan pendinginan hingga suhu 50
C-40 C, setelah itu ditambahkan parfum
secukupnya. Diaduk sampai terbentuk massa sabun padat. Campuran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dituangkan kedalam cetakan yang sebelumnya telah diolesi gliserin, didiamkan sampai mengeras pada lemari pendingin. Kemudian sabun
dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan evaluasi.
3.3.2 Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Sabun
1. Pengamatan Organoleptik
Pengamatan organoleptik dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, warna dan bau dari sabun padat yang dihasilkan
Tjitraresmi dkk, 2010. 2. Tinggi Busa dan Stabilitas Busa
Sebanyak 1 gram sabun dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml aquades, kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa
yang terbentuk diukur tingginya menggunakan penggaris tinggi busa awal. Tinggi busa diukur kembali setelah 1 jam tinggi busa akhir,
kemudian stabilitas busa dihitung dengan rumus Piyali et al, 1999 dalam Jannah, 2009:
Stabilitas Busa 1 jam = 100 - Busa yang hilang Busa yang hilang =
x 100 3. pH Sabun
Sampel dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak satu gram dimasukkan ke dalam gelas kimia. Akuades yang memiliki pH 7
ditambahkan sebanyak 10 mL dan diaduk sampai larut kemudian dilakukan pengukuran pH dengan cara memasukkan pH meter yang telah
dikalibrasi dengan pH 4, 7, dan 9. Selanjutnya pH meter didiamkan beberapa saat hingga didapatkan pH yang tetap Laeha, 2015.
4. Kekerasan sabun Pengukuran kekerasan sabun dilakukan dengan menggunakan
penetrometer. Jarum pada penetrometer ditusukkan ke dalam sampel dan dibiarkan untuk menembus bahan selama 5 detik pada temperatur konstan
27°C. Kedalaman penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
110 mm dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer Jannah, 2009.
3.3.3 Evaluasi Sabun Menurut SNI
Pengujian mutu sabun menurut SNI meliputi kadar air, jumlah asam lemak, asam lemak bebasalkali bebas dan minyak mineral dilakukan
di Laboratorium Non Pangan, Balai Pengujian Mutu Barang, Direktorat Pengembangan Mutu Barang, Ciracas, Jakarta Timur.
3.3.4 Teknik Analisa Data
Data dari beberapa formula hasil evaluasi berupa pH, tinggi busa, stabilitas busa dan kekerasan sabun, diuji secara statistik dengan analisis
varian satu arah one way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan taraf keper
cayaan 95 α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara formula hasil pengujian. Data yang tidak
terdistribusi normal dan tidak homogen, dilanjutkan dengan analisis statistik non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis.