Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa Sabun Padat Bentonit

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Suranyi 1996 menyatakan bahwa asam lemak RCOOH yang bereaksi dengan NaOH akan membentuk sabun RCOONa dan air H 2 O Widiyanti, 2009.

4.4.2 Jumlah Asam Lemak

Asam lemak merupakan komponen utama penyusun minyak atau lemak. Pengukuran jumlah asam lemak dilakukan untuk mengetahui jumlah asam lemak yang terdapat dalam sabun dengan cara memutus ikatan antara asam lemak dengan natrium pada sabun menggunakan asam kuat Widiyanti, 2009. Jenis asam lemak yang digunakan menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan. Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang tersabunkan dan asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Asam lemak yang terkandung dalam sabun dapat berasal dari asam stearat dan minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku. Menurut SNI 1994, jumlah asam lemak yang baik dalam sabun mandi adalah minimal 70. Artinya bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam sabun sebaiknya kurang dari 30. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisienkan proses pembersihan kotoran berupa minyak atau lemak pada saat sabun digunakan Karo, 2011. Menurut William dan Schmitt 2002, dalam suatu formulasi, asam lemak berperan sebagai pengatur konsistensi. Asam lemak diperoleh secara alami melalui saponifikasi trigliserida. Ditambahkan pula oleh Spitz 1996, bahwa asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat sabun menjadi lebih tahan lama pada kondisi setelah digunakan Hambali dkk, 2004, sehingga jika jumlah asam lemak sabun rendah maka sabun akan cepat habis ketika digunakan Karo, 2011. Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui jumlah asam lemak sabun padat bentonit diperoleh sebesar 0,23. Jumlah asam lemak yang dihasilkan tersebut sangat rendah sehingga tidak memenuhi persyaratan menurut SNI yaitu minimal 70. Hal ini dapat disebabkan karena dalam formulasi sabun padat bentonit ditambahkan beberapa bahan tambahan seperti bentonit, gliserin, NLS, betain dan bahan lainnya dengan jumlah yang tinggi sehingga sabun padat bentonit memiliki lebih sedikit stok sabun dibandingkan dengan sabun mandi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta biasa. Stok sabun yang dihasilkan merupakan hasil reaksi saponifikasi dari asam lemak. 4.4.3 Alkali Bebas Alkali bebas merupakan alkali yang tidak terikat sebagai senyawa pada saat pembuatan sabun karena adanya penambahan alkali yang berlebihan pada proses penyabunan Karo, 2011. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah alkali bebas yang terdapat dalam sabun. Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi standar akan menyebabkan iritasi pada kulit Hambali dkk, 2004. Bila kadar alkali bebas terlalu tinggi, akan menyebabkan kulit menjadi kering Hernani et al., 2010. Alkali bebas yang ada dalam sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah natrium, karena alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah natrium hidroksida. Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui kadar alkali bebas dalam sabun padat bentonit diperoleh sebesar 0,00. Kadar alkali yang dihasilkan tersebut memenuhi persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI 1994 yaitu maksimal 0,1. Hal ini berarti bahwa sabun padat bentonit yang dihasilkan memiliki kadar alkali bebas yang sangat rendah sehingga aman digunakan karena memiliki kecenderungan tidak mengiritasi kulit.

4.4.4 Minyak Mineral

Minyak mineral adalah minyak yang berasal dari penguraian bahan organik oleh jasad renik seperti minyak bumi dan turunannya Hambali dkk, 2004. Keberadaan minyak mineral dalam sabun sangat tidak diharapkan karena akan mempengaruhi proses emulsi sabun dengan air. Apabila terdapat minyak mineral pada sabun, maka akan menyebabkan daya emulsi pada sabun menurun Qisti, 2009. Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui kandungan minyak mineral pada sabun padat bentonit adalah negatif. Hasil pengujian ini telah memenuhi persyaratan mutu sabun menurut SNI bahwa kandungan minyak mineral pada sabun mandi adalah negatif. 45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peningkatan konsentrasi asam stearat dapat mempengaruhi kekerasan sabun padat bentonit. Semakin tinggi konsentrasi asam stearat dalam formula sabun, maka semakin tinggi pula kekerasan sabun padat bentonit yang dihasilkan. 2. Konsentrasi asam stearat 9 merupakan konsentrasi asam stearat yang memberikan kekerasan paling tinggi pada sabun padat bentonit. 3. Peningkatan konsentrasi NLS dapat mempengaruhi pH, tinggi busa, stabilitas busa dan kekerasan sabun padat bentonit. 4. Konsentrasi NLS 4 dan 5 merupakan konsentrasi NLS terbaik dalam memberikan sifat fisika kimia sabun berupa pH, tinggi busa dan stabilitas busa serta kekerasan pada sabun padat bentonit. 5. Berdasarkan hasil uji syarat mutu sabun mandi menurut SNI menunjukkan kadar air dan jumlah asam lemak formula B belum memenuhi syarat mutu sabun mandi menurut SNI. 5.2 Saran 1. Perlu dilakukan optimasi formula untuk mengurangi kadar air dalam sabun padat bentonit. 2. Perlu dilakukan uji daya antimikroba sabun padat bentonit terhadap air liur anjing. 3. Dilakukan uji efektivitas pengawet dalam sabun padat bentonit untuk mencegah pertumbuhan mikroba setelah jangka waktu pemakaian. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR PUSTAKA Ad-imasyqi, Syaikh al- ‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman. 2001. Fiqh Empat Mazhab. Bandung: Hasyimi Press. Al- Faridy, Hasan Rifa’i dan Iqbal Setyarso. 2009. 100 ++ Tanya Jawab Seputar Bersuci. Jakarta Selatan: Qultum Media. Anggraeni, Ika Nustiana. 2014. Optimasi Formula Sabun Bentonit Penyuci Najis Mughalladzah dengan Kombinasi Minyak Kelapa Coconut Oil dan Minyak Kelapa Sawit Palm oil Menggunakan Simplex lattice Design. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Asad, Md. Abdullah., Shantanu Kar., Mohammad Ahmeduzzaman dan Md. Raquibul Hassan. 2013. Suitability of Bentonite Clay: an analytical approach, International Journal of Earth Science 2013; 23: 88-95. Blangladesh: Science Publishing Gruop. Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official Methods of Analisys Chemist, Vol. 1A. Washington: AOAC Incorporation. Attwood, David dan Florence, Alexander T. 2012. FASTtrack: Physical Pharmacy, 2nd edition. Pharmaceutical Press: London, UK. Ayu, Dewi Fortuna., Akhyar Ali., dan Rudianda Sulaiman. 2010. Evaluasi Mutu Sabun Padat Dari Minyak Goreng Bekas Makanan Jajanan Di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dengan Penambahan Natrium Hidroksida dan Lama Waktu Penyabunan, Prosiding SEMNAS 2010. Riau: Fakultas Pertanian Universitas Riau. http:repository.unri.ac.idxmluibitstreamhandle123456789523PROID ING20SEMNAS20LINGKUNGAN20HIDUP202010.pdf?sequen ce=3, diakses pada 26 Januari 2016 pukul 11:47. Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology, 3rd Edition. New York: Informa Healthcare USA, Inc.