HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan penerimaan citarasa minuman fungsional berbasis kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq) dengan menggunakan beberapa ekstrak jeruk dari varietas yang berbeda dan flavor enhancer

47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Pembuatan Ekstrak Komponen Minuman dan Pengukuran Aktivitas Antioksidan Minuman Standar Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ekstrak penyusun minuman terutama ekstrak jahe dan temulawak adalah prinsip pembuatan ekstrak penyusun minuman. Pembuatan ekstrak penyusun minuman berpengaruh terhadap rendemen ekstrak yang dihasilkan. Hal tersebut perlu dipahami agar dalam pembuatan ekstrak penyusun minuman tidak terpaku dengan cara yang sudah ada. Pembuatan ekstrak penyusun minuman yang sudah adadimungkinkan menghasilkan rendemen ekstrak yang sangat kecil, sehingga diperlukan pembuatan dengan cara yang lain yang menghasilkan rendemen ekstrak yang lebih banyak dan lebih efisien. Kendala yang ditemukan dalam pembuatan ekstrak jahe dan temulawak pada penelitian ini adalah rendemen ekstrak yang terlalu kecil jika digunakan alat juice extractor, sehingga dilakukan pengekstrakan jahe dan temulawak secara manual dengan parutan kelapa. Rendemen ekstrak yang terlalu kecil mungkin disebabkan pisau parut juice extractor yang sudah tidak terlalu tajam sehingga efektivitas pengekstrakannya menjadi kecil. Prinsip pembuatan ekstrak jahe dan temulawak meliputi pembersihan rimpang, pemblansiran, pengekstrakan, pendekantasian, dan pasteurisasi. Pembersihan rimpang dilakukan dengan cara mencuci dan menyikatnya. Pemblansiran dilakukan dengan merebus rimpang yang telah dibersihkan selama tiga menit. Pengekstrakan dilakukan dengan memarut rimpang kemudian diperas tanpa penambahan air. Pengekstrakan ini menghasilkan ekstrak jahe I dan temulawak I. Ekstrak jahe I dan temulawak I selanjutnya disaring untuk mendapatkan ekstrak jahe II dan temulawak II. Ekstrak jahe II dan temulawak II didekantasi dalam lemari pendingin selama 12 jam untuk mengendapkan pati. Endapan pati selanjutnya dibuang untuk mendapatkan ekstrak jahe III dan temulawak III. Ekstrak jahe III dan temulawak III dimasukkan ke dalam botol steril dan dipasteurisasi pada suhu 80 o C selama 30 menit. Ekstrak jahe III dan temulawak III yang telah dipasteurisasi kemudian dishock cooling untuk menghasilkan larutan stok ekstrak jahe dan temulawak. Larutan stok yang dihasilkan selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin. Pembuatan ekstrak jahe dan temulawak dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 6. Pembuatan minuman standar Lampiran 10 dan pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan sebelum pembuatan model minuman. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari bias yang diakibatkan oleh komponen penyusun minuman, sehingga perbedaan yang dihasilkan di antara model minuman merupakan perbedaan akibat perlakuan pada minuman. Pembuatan minuman standar dengan menggunakan ekstrak daun kumis kucing berbunga putih menghasilkan aktivitas antioksidan sebesar 307.59 ppm AEAC. Aktivitas antioksidan tersebut memiliki nilai yang jauh berbeda dibandingkan dengan minuman standar yang yang dibuat oleh Kordial 2009. Minuman standar yang dibuat oleh Kordial 2009 memiliki aktivitas antioksidan sebesar 621.70 ppm AEAC, sehingga dilakukan pembuatan minuman standar kembali dengan menggunakan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu. Aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari penggunaan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu adalah sebesar 509.90 ppm AEAC. Aktivitas antioksidan tersebut relatif mendekati aktivitas antioksidan minuman standar yang dibuat oleh Kordial 2009, sehingga penelitian dapat dilanjutkan dengan pembuatan model minuman sesuai perlakuan yang telah ditentukan. Aktivitas antioksidan minuman standar dapat dilihat pada Gambar 3. 48 Aktivitas antioksidan minuman standar yang diukur pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak kumis kucing yang berbeda varietasnya meskipun berasal dari tempat yang sama pusat studi biofarmaka PSB IPB menghasilkan aktivitas antioksidan minuman standar yang berbeda. Aktivitas antioksidan minuman standar dipengaruhi oleh komponen tunggal penyusun minuman. Komponen tunggal penyusun minuman yang memiliki pengaruh besar terhadap aktivitas antioksidan minuman adalah ekstrak kumis kucing, ekstrak jahe, ekstrak lemon, ekstrak secang, dan ekstrak temulawak. Hasil penelitian Herold 2007 menunjukkan minuman komponen tunggal kumis kucing memiliki aktivitas antioksidan sebesar 650.11 ppm AEAC, minuman komponen tunggal jahe memiliki aktivitas antioksidan sebesar 310 ppm AEAC, minuman komponen tunggal lemon memiliki aktivitas antioksidan sebesar 290 ppm AEAC, minuman komponen tunggal secang memiliki aktivitas antioksidan sebesar 210 ppm AEAC, dan minuman komponen tunggal temulawak memiliki aktivitas antioksidan sebesar 150 ppm AEAC. Oleh karena itu, komponen tunggal penyusun minuman standar yang memiliki aktivitas antioksidan yang relatif rendah akan menghasilkan aktivitas antioksidan minuman standar yang rendah dan sebaliknya. Keterangan : MS KK putih PSB: Minuman formula standar yang dibuat dengan stok larutan ekstrak daun kumis kucing berbunga putih pusat studi biofarmaka IPB; MS KK ungu PSB: Minuman formula standar yang dibuat dengan stok larutan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu pusat studi biofarmaka IPB ; MS Kordial : Minuman formula standar pembanding Kordial 2009, dengan ekstrak daun kumis kucing dari pekarangan sekitar kampus IPB Darmaga. Gambar 3. Grafik aktivitas antioksidan minuman standar yang dilakukan pada penelitian pendahuluan Syukur 2008 mengatakan varietas kumis kucing berbunga putih paling produktif dan terbaik mutunya untuk ekspor di antara 3 varietas kumis kucing satu varietas berbunga ungu dan dua varietas berbunga putih. Meskipun demikian, tumbuhan yang hidup pada kondisi yang berbeda memiliki sifat morfologi dan fisiologi yang berbeda. Oleh karena itu, minuman komponen tunggal ekstrak kumis kucing yang berbeda varietasnya berbunga ungu putih dan asalnya PSB BALITRO diukur aktivitas antioksidannya. Minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu yang berasal dari PSB 729 ppm AEAC memiliki nilai aktivitas antioksidan berbeda nyata pada taraf α = 5 dibandingkan dengan nilai aktivitas antioksidan minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga 308 510 622 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 MS KK putih MS KK ungu MS Kordial p p m A E A C MS KK putih PSB MS KK ungu PSB MS Kordial 49 putih yang berasal dari PSB 570 ppm AEAC. Oleh karena itu, minuman formula standar pada penelitian pendahuluan yang dibuat dengan stok larutan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu PSB memiliki nilai aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan minuman formula standar pada penelitian pendahuluan yang dibuat dengan stok larutan ekstrak daun kumis kucing berbunga putih PSB. Minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu yang berasal dari PSB memiliki nilai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan minuman komponen tunggal ekstrak kumis kucing lainnya yaitu sebesar 729 ppm AEAC. Minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu PSB 729 ppm AEAC memiliki nilai aktivitas antioksidan yang berbeda nyata pada taraf α =5 dibandingkan dengan aktivitas antioksidan minuman komponen tunggal ekstrak kumis kucing berbunga putih yang berasal dari PSB 570 ppm AEAC. Minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu yang berasal dari BALITRO Sukabumi 617 ppm AEAC memiliki nilai aktivitas antioksidan yang tidak berbeda nyata α = 5 dibandingkan dengan aktivitas antioksidan minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga putih yang berasal dari BALITRO Sukabumi 673 ppm AEAC. Meskipun demikian, minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga putih yang berasal dari BALITRO Sukabumi 673 ppm AEAC memiliki aktivitas antioksidan yang tidak berbeda nyata pada taraf α =5 jika dibandingkan dengan minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu yang berasal dari PSB. Oleh karena itu, pembuatan minuman fungsional berbasis kumis kucing dapat menggunakan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu PSB atau ekstrak daun kumis kucing berbunga putih BALITRO. Aktivitas antioksidan minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga putih dan ungu yang masing-masing berasal dari BALITRO Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah-rempah Sukabumi dan PSB Pusat Studi Biofarmaka taman kencana Bogor dapat dilihat pada Gambar 4. Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikasi 5 KKP BAL Kumis Kucing Putih BALITRO Sukabumi KKU BAL Kumis Kucing Ungu BALITRO Sukabumi KKP PSB Kumis Kucing Putih Pusat Studi Biofarmaka KKU PSB Kumis Kucing Ungu Pusat Studi Biofarmaka Gambar 4. Perbandingan aktivitas antioksidan jenis dan asal komponen tunggal ekstrak kumis kucing dalam minuman 100 200 300 400 500 600 700 800 900 KKP BAL KKU BAL KKP PSB KKU PSB p p m A E A C Jenis dan Asal Komponen ekstrak Kumis Kucing dalam Minuman 673 bc 729 c 570 a 617 ab 50 Aktivitas antioksidan ekstrak tanaman kumis kucing dipengaruhi oleh lokasi tempat tanaman tersebut ditanam. Aktivitas antioksidan tanaman kumis kucing yang berasal dari daerah geografis yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan pada taraf α 0.05 dan aktivitas antioksidan ekstrak tanaman kumis kucing tidak semata-mata dipengaruhi oleh kandungan komponen fenol yang terdapat di dalamnya Khamsah et al. 2006. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti: kandungan unsur hara tanah, ketinggian tempat, intensitas cahaya, suhu udara, iklim, dan lain-lain Syukur 2008. Oleh karena itu, standardisasi ekstrak kumis kucing yang digunakan sangat diperlukan agar dihasilkan ekstrak kumis kucing yang terstandar. Standardisasi ekstrak kumis kucing dapat dilakukan melalui penggunaan tanaman kumis kucing dari lahan yang menghasilkan daun kumis kucing yang memiliki aktivitas antioksidan minuman komponen tunggal yang tidak jauh berbeda dari aktivitas antioksidan minuman komponen tunggal yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu sebesar 673 ppm AEAC. Standardisasi ingridien minuman lainnya juga diperlukan agar menghasilkan minuman fungsional berbasis kumis kucing yang terstandar.

4.1.2. Penentuan Jenis Perlakuan Berdasarkan Mutu Organoleptik

Minuman fungsional berbasis kumis kucing yang dihasilkan dari formula optimal menggunakan jeruk lemon 1.3 g dalam 100 ml minuman Wijaya et al. 2007 memiliki skor kesukaan terhadap citarasa minuman antara netral dan suka skor hedonik 3.32 dari skala 5.00 dengan menggunakan 30 orang panelis tidak terlatih. Perbaikan citarasa minuman fungsional berbasis kumis kucing yang dilakukan Kordial 2009 menunjukkan hasil secara sensori formula minuman yang ditambahkan ekstrak jeruk y memiliki skor kesukaan 5.57 dari skala 7.00 yang tidak berbeda nyata pada taraf α =5 dengan skor kesukaan minuman yang ditambahkan ekstrak jeruk limau 5.57 dari skala 7.00 dan ekstrak jeruk nipis 5.57 dari skala 7.00, tetapi berbeda nyata pada taraf α =5 dengan skor kesukaan minuman yang ditambahkan ekstrak jeruk lemon 4.2 dari skala 7.00. Skor kesukaan panelis terhadap citarasa minuman yang ditambahkan ekstrak jeruk y 1.5 g ekstrak dalam 100 ml minuman adalah antara agak suka dan suka skala hedonik 5.57 dari skala 7.00. Akan tetapi penilaian sensori secara individu terhadap minuman tersebut menunjukkan bahwa after taste pahit pada formula ini masih dapat dirasakan. Oleh karena itu, upaya peningkatan penerimaan citarasa minuman ini perlu dilakukan dengan cara menekan citarasa yang tidak disukai jamu, pahit, sepat, dll. dan meningkatkan citarasa yang disukai manis,jeruk,dll.. Upaya peningkatan penerimaan minuman berbasis kumis kucing pada penelitian pendahuluan masih menggunakan pendekatan trial and error dengan menambahkan ekstrak kayu manis karena dimungkinkan dapat menekan rasa pahit, meningkatkan persentase ekstrak jeruk jeruk x atau jeruk y, meningkatkan persentase ekstrak jahe, dan menambahkan bitter blockerflavor enhancer A ke dalam minuman. Hasil uji coba ditabulasikan pada Tabel 5. Bitter blockerflavor enhancer termasuk bahan tambahan pangan penyedap rasa dan aroma. Hal tersebut dikarenakan bitter blockerflavor enhancer dapat membentuk aroma baru atau menetralisir citarasa yang tidak disukai bila bergabung dengan komponen lain dalam bahan pangan. Keduanya dapat digunakan dalam formulasi produk pangan minuman dengan jumlah P-Q. Flavor enhancer IMP dan GMP diperbolehkan penggunaannya dalam pangan dengan batas maksimum penggunaan secukupnya menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.722MenkesPerIX88. Hal tersebut dikarenakan nilai ADI dari keduanya tidak ditentukan Cahyadi 2006; Noordam dan Meijer 2006; Pszczola 2010. 51 Penambahan ekstrak kayu manis dilakukan dengan alasan kayu manis banyak digunakan pada industri makanan dan minuman sebagai sumber citarasa dan aroma dan sebagai “pewangi” atau peningkat citarasa, sehingga diharapkan akan diperoleh formulasi minuman yang lebih disukai secara organoleptik. Selain itu juga, kayu manis dapat berperan sebagai antioksidan karena mengandung senyawa tannin dan eugenol yang memiliki kapasitas antioksidan yang tinggi terutama senyawa antioksidan glutation, memiliki aktivitas antimikroba, dan dapat meningkatkan umur simpan produk pangan Krishnamoorthy dan Rema 2004. Hasil penilaian sensori secara individu menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kayu manis sebanyak A g dalam 100 ml minuman uji ternyata memperkuat aroma jamu dan hal ini tidak dikehendaki. Tabel 5. Perlakuan pada percobaan pendahuluan untuk menentukan perlakuan yang relatif dapat meningkatkan penerimaan citarasa minuman fungsional berbasis kumis kucing No. Perlakuan Hasil Penilaian Sensori Secara Individu 1 Formula standar jeruk y sebanyak A g100 ml minuman sedikit rasa jeruk, sedikit after taste jahe, aroma jahe 2 Ekstrak jeruk y sebanyak B g100 ml minuman rasa jeruk agak terasa , after taste jahe agak terasa, aroma jeruk 3 Ekstrak jeruk y sebanyak C g100 ml minuman rasa jeruk terasa, after taste jahe agak terasa, aroma jamu 4 Ekstrak jeruk y sebanyak D g100 ml minuman rasa jeruk lebih terasa,after taste jahe terasa, aroma jeruk 5 Ekstrak jeruk x sebanyak E g100 ml minuman rasa asamnya lebih enak dari pada jeruk purut, namun aroma jeruknya tidak kuat 6 Ekstrak jahe sebanyak F g100 ml minuman masih ada rasa jamu, ditambahkan jahe atau tidak, rasanya tidak berbeda nyata 7 Ekstrak jahe sebanyak G g100 ml minuman masih ada rasa jamu,ditambahkan jahe atau tidak, rasanya tidak berbeda nyata 8 Ekstrak jahe sebanyak H g100 ml minuman masih ada rasa jamu,ditambahkan jahe atau tidak, rasanya tidak berbeda nyata 9 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak I g dan ekstrak jeruk y sebanyak J g100ml minuman rasa enak lebih disukai, sedikit pahit + 10 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak K g dan ekstrak jeruk y sebanyak L g100ml minuman agak pahit++ 11 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak M g dan ekstrak jeruk y sebanyak N g100ml minuman agak pahit +++ 12 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter blocker I frutarom sebanyak Y g100 ml minuman muncul rasa jamu 52 Tabel 5. Perlakuan pada percobaan pendahuluan untuk menentukan perlakuan yang relatif dapat meningkatkan penerimaan citarasa minuman fungsional berbasis kumis kucing lanjutan No. Perlakuan Hasil Penilaian Sensori Secara Individu 13 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter blocker II flavor enhancer P:P sebanyak Y g100 ml minuman rasa jeruk agak kuat 14 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter blocker III flavor enhancer sebanyak Y g100 ml minuman rasanya manis 15 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter blocker IV lavarian Y g100 ml minuman manis dan sedikit rasa jamu 16 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter blocker I frutarom Y g100 ml minuman pahit +++ 17 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter blocker II flavor enhancer P:P sebanyak Y g100 ml minuman enak, rasa pahit hampir tidak ada 18 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter blocker III flavor enhancer sebanyak Y g100 ml minuman pahit hampir tidak ada 19 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter blocker IV lavarian sebanyak Y g100 ml minuman enak, manis 20 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter blocker I frutarom sebanyak Y g100 ml minuman muncul sedikit rasa obat 21 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter blocker II sebanyak Y g100 ml minuman enak ++,rasa liquorize 22 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter blocker III sebanyak Y g100 ml minuman agak pahit ++ 23 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter blocker IV lavarian sebanyak Y g100 ml minuman sedikit pahit ada rasa semriwing 24 Ekstrak jahe merah sebanyak A g dan ekstrak jeruk y sebanyak B g100 ml minuman rasa jeruk, rasa jahe pedas 25 Ekstrak kayu manis sebanyak C g 100 ml minuman menonjolkan aroma jamu 26 Ekstrak jahe merah sebanyak D g 100 ml minuman sepat dan pahit Upaya peningkatan penerimaan citarasa minuman selanjutnya adalah dengan menggunakan ekstrak jahe merah. Jahe merah selain memiliki aroma yang kuat juga dilaporkan memiliki khasiat yang lebih baik dibandingkan jahe yang lain. Hasil penelitian Herold 2007 menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak jahe gajah 858.44 ppm AEAC dan ekstrak jahe merah 890.11 ppm AEAC 53 secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas antioksidan ekstrak jahe emprit 806.78 ppm AEAC. Aktivitas antioksidan ekstrak jahe gajah dan ekstrak jahe merah tidak berbeda nyata pada taraf signifikasi 5 . Jahe merah juga dapat memberikan karakter citarasa yang tajam dan pedas dikarenakan memiliki kandungan minyak atsiri tertinggi diantara ketiga jenis jahe tersebut Wijayakusuma 2002, sehingga diharapkan ekstrak jahe merah dapat digunakan dalam konsentrasi yang lebih kecil. Hasil pengamatan sensori pada minuman yang ditambahkan ekstrak jahe merah sebanyak A g dan ekstrak jeruk y sebanyak B g dalam 100 ml minuman menghasilkan karakteristik minuman yang bercitarasa jahe dengan tingkat kepedasan yang tajam dan rasa jeruk yang terasa. Hasil tersebut hampir sama dengan hasil pengamatan sensori yang dilakukan Herold 2007 yang menambahkan ekstrak jahe merah sebanyak C g dalam 100 ml minuman. Penambahan jumlah ekstrak jahe yang lebih banyak ke dalam minuman dilatarbelakangi oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusviani 2007, mengenai aspek flavor dan penerimaan sensori minuman tradisional berbasis jahe MTJ oleh konsumen di Kota Bogor. Formula-formula yang diujicobakan pada penelitian tersebut jika dianalisis dari aspek rasa pedas maka persentase jahe yang digunakan adalah persentase jahe yang paling tinggi yaitu 5 dari skala 2-5. Penilaian sensori secara individu menunjukkan bahwa penambahan ekstrak jahe merah sebanyak D g dalam 100 ml minuman menghasilkan karakteristik minuman yang bercitarasa sepat dan pahit. Hal ini mungkin dikarenakan ekstrak jahe merah memberikan karakteristik minuman dengan tingkat kepedasan pungent yang tajam sehingga dapat menutupi karakter citarasa bahan penyusun lain jeruk dalam minuman, namun rasa sepat dan pahit dari ingridien herbal yang terdapat dalam minuman tetap ada Rismunandar 1988 dan Winarno Agustinah 2007. Selain itu juga, penambahan ekstrak jahe menjadi G g dan H g dalam 100 ml minuman menghasilkan karakteristik minuman yang masih memiliki citarasa seperti jamu sepat dan pahit. Pengurangan jumlah ekstrak jahe menjadi F g menghasilkan karakteristik minuman yang serupa sepat dan pahit, sehingga penambahan atau pengurangan ekstrak jahe dari jumlah yang seharusnya ditambahkan ke dalam minuman secara pengamatan sensori individual hasilnya tidak terlalu berbeda. Oleh karena itu, ekstrak jahe yang ditambahkan ke dalam minuman jumlahnya tidak berubah, yaitu sebesar C g dalam 100 ml minuman Penelitian pendahuluan dilakukan dengan pendekatan trial and error untuk menentukan jenis perlakuan yang akan digunakan. Penilaian sensori secara individu menunjukkan penambahan ekstrak jeruk x, ekstrak jeruk y, dan flavor enhancer relatif dapat meningkatkan penerimaan citarasa minuman. Penggunaan ekstrak jeruk x, ekstrak jeruk y pada minuman dilatarbelakangi oleh hasil penelitian Kordial 2009 yang menunjukkan bahwa minuman yang ditambahkan ekstrak jeruk x dan jeruk y memiliki skor kesukaan rasa yang tidak berbeda nyata pada α = 0.05. Hal tersebut mungkin dikarenakan keduanya masih memiliki kekerabatan yang dekat dengan jeruk lemon Sarwono 1994. Penilaian sensori secara individu menunjukkan ekstrak jeruk x cenderung berperan memperbaiki rasa minuman, ekstrak jeruk y cenderung berperan memperbaiki aroma minuman, sedangkan flavor enhancer cenderung berperan menguatkan rasa yang disukai manis jeruk dan menurunkan rasa yang tidak disukai pahit, sepat, dan jamu. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa ekstrak jeruk x dapat memperbaiki citarasa dari minuman, ekstrak jeruk y dapat memperbaiki aroma dari minuman dan keduanya dapat berkombinasi dengan baik, sedangkan flavor enhancer dapat berfungsi untuk meningkatkan citarasa yang disukai sekaligus menutupi citarasa yang tidak disukai Colombo 2002 dan Pszczola 2010. 54 Perlakuan yang dilakukan selanjutnya adalah dengan menambahkan jumlah ekstrak jeruk y yang lebih banyak ke dalam minuman menjadi B g, C g, dan D g ke dalam 100 ml minuman. Penambahan ini diharapkan dapat memperbaiki citarasa dari minuman karena jeruk y memiliki citarasa terpilih berdasarkan penelitian terhadap penerimaan mutu organoleptiknya Kordial 2009. Ketiga perlakuan tersebut ternyata masih menghasilkan karakteristik minuman yang memiliki after taste jahe. Penambahan ekstrak jeruk x menjadi E g dalam 100 ml minuman selanjutnya dilakukan dengan harapan dapat memperbaiki citarasa dari minuman. Perlakuan tersebut menghasilkan karkteristik minuman yang citarasa asamnya relatif lebih enak daripada jeruk purut, namun aroma jeruknya tidak sekuat jeruk purut. Sifat ekstrak jeruk x yang cenderung berperan memperbaiki citarasa minuman dan ekstrak jeruk y yang cenderung berperan memperbaiki aroma minuman, sehingga proporsi relatif ekstrak jeruk x yang ditambahkan ke dalam minuman lebih banyak daripada ekstrak jeruk y. Oleh karena itu, perlakuan kombinasi antara ekstrak jeruk x dan jeruk y ke dalam minuman secara berturut-turut adalah ekstrak jeruk x sebanyak I g dan ekstrak jeruk y sebanyak J g100 ml minuman; ekstrak jeruk x sebanyak K g dan ekstrak jeruk y sebanyak L g100 ml minuman; ekstrak jeruk x sebanyak M g dan ekstrak jeruk y sebanyak N g100 ml minuman juga dilakukan. Perlakuan kombinasi yang pertama menghasilkan karakteristik minuman dengan citarasa yang relatif enak dan lebih sedikit rasa pahitnya dibandingkan dengan perlakuan kombinasi yang kedua dan yang ketiga. Colombo et al. 2002 menyatakan bahwa ekstrak jeruk memiliki sifat kelarutan dalam air yang cukup baik. Ekstrak jeruk yang digunakan pada pembuatan minuman diantaranya adalah ekstrak jeruk x dan ekstrak jeruk y. Kedua ekstrak jeruk tersebut memiliki aroma dan rasa yang tajam, segar, dan relatif disukai serta mampu menutupi off-odours, sehingga penambahan yang relatif sedikit dari kedua ekstrak jeruk tersebut dapat memberikan rasa dan aroma yang khas dalam memperbaiki citarasa minuman. Selain itu juga, ekstrak jeruk y dapat berfungsi sebagai masking agent yang baik dan dapat bersinergi dengan ekstrak jeruk x dalam memperbaiki citarasa minuman. Kombinasi kedua ekstrak jeruk tersebut digunakan karena masih berkerabat dekat dengan jeruk lemon Sarwono 1994. Penambahan ekstrak jeruk lemon ke dalam minuman fungsional berbasis kumis kucing berkorelasi positif dengan citarasa dan aktivitas antioksidan minuman Herold 2007. Kombinasi antara ekstrak jeruk y dengan bitter blocker dan ekstrak jeruk x dengan bitter blocker juga dilakukan dalam penelitian pendahuluan. Ekstrak jeruk y yang digunakan adalah Q g dan V g yang dikombinasikan dengan bitter blocker I, II, III, dan IV dalam jumlah Y g dalam 100 ml minuman, sedangkan ekstrak jeruk x yang digunakan adalah V g yang dikombinasikan dengan bitter blocker I, II, III, dan IV dalam jumlah Y g dalam 100 ml minuman. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh hasil pengujian sebelumnya yang mengindikasikan bahwa ekstrak jeruk y cenderung dapat memperbaiki citarasa minuman sedangkan ekstrak jeruk x cenderung dapat memperbaiki aroma dari minuman. Bitter blocker diharapkan dapat menutupi rasa pahit dari minuman fungsional berbasis kumis kucing sekaligus meningkatkan rasa yang disukai dari minuman Pszczola 2010. Hasil penilaian sensori secara individu menunjukkan bahwa penggunaan bitter blocker I frutarom cenderung menghasilkan karakteristik minuman yang bercitarasa pahit rasa jamu, obat, dll.. Penggunaan bitter blocker II flavor enhancer P:P cenderung menghasilkan karakteristik minuman yang relatif enak, menguatkan citarasa jeruk, dan dapat menekan rasa pahit dari minuman. Penggunaan bitter blocker III flavor enhancer cenderung menghasilkan karakteristik minuman yang relatif manis dan dapat menekan rasa pahit dari minuman jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk y, namun jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk x menghasilkan karakteristik minuman yang relatif agak pahit. Penggunaan bitter blocker IV lavarian cenderung menghasilkan karakteristik minuman 55 yang relatif didominasi rasa manis dan sedikit rasa pahit jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk y, namun jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk x menghasilkan karakteristik minuman yang relatif sedikit pahit dan muncul rasa “semriwing” effect cooling. Hasil yang diperoleh dari penelitian pendahuluan selanjutnya digunakan untuk memutuskan jenis perlakuan yang akan digunakan. Upaya peningkatan penerimaan citarasa minuman berbasis kumis kucing dilakukan dengan menggunakan kombinasi ekstrak jeruk x, jeruk y, dan flavor enhancer jenis dari bitter blocker II dan III dengan jumlah total C g dalam 100 ml minuman. Pertimbangan perlakuan yang diberikan tersebut didasarkan pada kemampuan untuk memperbaiki citarasa minuman, memperbaiki aroma minuman, meningkatkan rasa manis, menutupi rasa pahit jamu, mengurangi after taste jahe, meningkatkan rasa jeruk, dan menghasilkan citarasa yang relatif disukai. Selain itu juga, ekstrak jeruk yang ditambahkan ke dalam minuman dapat berfungsi sebagai asidulan alami. Jumlah masing-masing komponen ditentukan berdasarkan rancangan percobaan hasil keluaran Design Expert 7.0 ®. 4.2. PENELITIAN LANJUTAN 4.2.1. Pemilihan Formula Minuman yang Memiliki Citarasa Paling Disukai dari Masing-masing Perlakuan Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian lanjutan adalah pembuatan model minuman sesuai rancangan percobaan hasil keluaran Design Expert 7.0 ® dengan variasi komposisi ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer. Piranti lunak Design Expert 7.0 ® D-optimal digunakan sebagai alat bantu utama untuk mendapatkan rancangan percobaan agar diperoleh variasi komposisi ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer terhadap total ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer yang digunakan Anonim 2006. Bahan penyusun minuman lainnya diasumsikan sebagai variabel tetap yang ditambahkan ke dalam minuman sehingga konsentrasi variabel tetap tersebut tidak dimasukkan ke dalam rancangan percobaan. Variabel tetap adalah komponen yang tidak berubah komposisinya dalam pembuatan formula, dalam hal ini adalah ekstrak kumis kucing, ekstrak jahe, ekstrak secang, ekstrak temulawak, larutan stok gula, CMC, natrium benzoat, dan air. Oleh karena itu, variabel uji yang dimasukkan ke dalam piranti lunak Design Expert 7.0 ® berupa konsentrasi ekstrak jeruk x, ekstrak jeruk y, dan flavor enhancer flavor enhancer 1 atau flavor enhancer 2 yang jumlah totalnya dalam minuman adalah P g 100 ml minuman. Batas atas dan batas bawah konsentrasi ekstrak jeruk dan flavor enhancer dirancang dengan rentang yang relatif besar agar menghasilkan respon yang berbeda nyata antar model formulanya. Rentang konsentrasi masing- masing variabel uji berdasarkan hasil trial and error pada penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kisaran konsentrasi masing-masing variabel uji Komponen variable uji Batas bawah g Batas atas g Ekstrak jeruk x A D Ekstrak jeruk y B E Flavor enhancer C F Pembuatan model minuman sesuai rancangan percobaan hasil keluaran Design Expert 7.0 ® dengan variasi komposisi ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer kemudian diuji secara hedonik untuk mendapatkan skor kesukaan panelis terhadap aspek citarasa secara overall. Skor 56 kesukaan tersebut dinyatakan dalam skala hedonik, mulai dari skala 1 amat sangat tidak suka hingga skala 9 amat sangat suka. Respon citarasa yang diharapkan adalah semakin mendekati skor 9, artinya panelis semakin menyukai formula minuman tersebut dari aspek citarasa secara overall. Format lembar uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran 11. Rancangan percobaan hasil keluaran Design Expert 7.0 ® menghasilkan 12 variasi komposisi ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer yang digunakan selanjutnya disebut 12 model atau formula minuman dengan dua kali pengulangan pada 2 formula minuman yaitu formula ke-1= formula ke-4 dan formula ke-10= formula ke-14 di antara 12 formula yang ada sehingga diperoleh 14 formula minuman untuk masing-masing flavor enhancer Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Rancangan percobaan 14 formula minuman dengan variabel respon citarasa perlakuan minuman dengan menggunakan gula dan Na-benzoat serta flavor enhancer 1 P:P per 100 ml minuman Formula ke- Jenis flavor enhancer Jeruk x g Jeruk y g Flavor enhancer g Hasil uji hedonik skala 1-9 1 Flavor enhancer 1 P:P 6.88 2 6.62 3 6.80 4 6.76 5 6.58 6 6.78 7 6.46 8 7.12 9 7.10 10 6.88 11 7.06 12 6.84 13 6.73 14 6.82 Keterangan semua angka disamarkan Penyajian formula minuman pada penelitian ini dilakukan secara bertahap. Panelis diberikan tujuh formula minuman pada setiap tahapnya untuk dinilai tingkat kesukaannya terhadap citarasa minuman secara overall. Penyajian formula minuman pada penelitaian ini dilakukan sebanyak 7 tahap dengan jeda waktu sekitar 2-3 hari antar tiap tahapnya. Tahap kedua yang dilakukan pada penelitian lanjutan adalah pemilihan tiga formula terpilih berdasarkan perlakuan ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer. Flavor enhancer yang digunakan pada perlakuan yang diberikan ada 2 jenis, yaitu flavor enhancer 1P:P dan flavor enhancer 2. Hal tersebut menjadikan total formula yang didasarkan perlakuan flavor enhancer menjadi 28 formula minuman yang akan diuji hedonik satu per satu untuk memperoleh data tingkat kesukaan panelis terhadap citarasa minuman secara overall. Formula yang dipilih pada tahap ini adalah 3 formula terpilih. Tiga formula terpilih berdasarkan perlakuan ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer adalah formula dengan ekstrak jeruk x sejumlah A g, ekstrak jeruk y sejumlah B g, dan flavor 57 enhancer P:P sejumlah C g dalam 100 ml minuman; formula dengan ekstrak jeruk x sejumlah D g, ekstrak jeruk y sejumlah E g, dan flavor enhancer P:P sejumlah F g dalam 100 ml minuman; dan formula dengan ekstrak jeruk x sejumlah G g, ekstrak jeruk y sejumlah H g, dan flavor enhancer sejumlah I g dalam 100 ml minuman. Dasar pemilihan formula tersebut berdasarkan skor kesukaan yang dimiliki oleh ketiga formula tersebut. Ketiga formula tersebut memiliki skor kesukaan citarasa antara suka dan sangat suka dengan skala hedonik secara berturut-turut 7.12, 7.10, dan 7.08 dari skala 9.00. Tabel 8. Rancangan percobaan 14 formula minuman dengan variabel respon citarasa perlakuan minuman dengan menggunakan gula dan Na-benzoat serta flavor enhancer 2 per 100 ml minuman Formula ke- Jenis flavor enhancer Jeruk x g Jeruk y g Flavor enhancer g Hasil uji hedonik skala 1-9 1 flavor enhancer 2 6.94 2 7.08 3 7.06 4 6.76 5 6.92 6 6.78 7 6.50 8 6.86 9 6.49 10 6.16 11 6.16 12 6.59 13 6.67 14 6.80 Keterangan semua angka disamarkan Dua formula di antara 3 formula terpilih berasal dari formula yang menggunakan flavor enhancer 1 P:P, adapun satu formula lainnya berasal dari formula yang menggunakan flavor enhancer 2. Kombinasi penggunaan flavor enhancer P:P menghasilkan citarasa yang lebih baik dibandingkan dengan komponen tunggalnya Pszczola 2010. Penggunaan gula, jenis pemanis, pengawet, dan non-pengawet berdasarkan studi literatur dapat mempengaruhi penerimaan panelis terhadap citarasa minuman. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan sifat sensori di antara senyawa-senyawa tersebut Wijaya Mulyono 2010 dan Kordial 2009. Pemanis yang digunakan pada pada penelitian ini ada 2 jenis, yaitu pemanis 1 dan pemanis 2. Pemanis 1 adalah sukralosa pemanis A sejumlah P g100 ml minuman. Pemanis 2 adalah kombinasi antara sukralosa, aspartam, dan natrium siklamat pemanis A sejumlah Q g, pemanis B sejumlah R g, dan pemanis C sejumlah S mg100 ml minuman. Takaran pemanis yang digunakan ditentukan berdasarkan kesetaraaan tingkat kemanisan dengan gula melalui penilaian sensori secara individu. Pengawet yang digunakan pada penelitian ini adalah natirum benzoat dan kalium sorbat. Sukralosa, aspartam, dan natrium siklamat termasuk pemanis berintensitas tinggi yang boleh digunakan sebagai BTP dan dapat digunakan pada produk minuman CAC 2007 dan SNI 2004. 58 Penggunaan kombinasi dari beberapa pemanis berfungsi untuk meningkatkan keamanan, kualitas, dan kestabilan rasa pada produk pangan Wijaya dan Mulyono 2010. Sifat-sifat sensori dari 3 pemanis tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sifat-sifat sensori beberapa pemanis berintensitas tinggi dibandingkan dengan sukrosa dan batas penggunaannya Pemanis Kelarutan dan kestabilan dalam air Tingkat kemani san Kualitas kemanisan CAC 2007 SNI 2004 Sukrosa Sukralosa Aspartam Na- siklamat Baik Sangat baik Sedang Sangat baik 1 400-800 160-200 30-140 Tidak ada after taste Seperti sukrosa After taste manis Bau kimia, tidak ada after taste - 120-5000 mgkg 300-5000 mgkg 250-3000 mgkg CPPB 150-5000 mgkg 300-1000 mgkg 100-3000 mgkg Sumber: de Cock Bechert 2002, CAC 2007, dan SNI 2004 Pengujian terhadap tiga formula terpilih dilakukan kembali dengan menggunakan variasi perlakuan jenis pemanis gula, pemanis 1 atau pemanis 2 dan pengawet natrium benzoat, kalium sorbat, dan perlakuan tanpa pengawet dapat dilihat pada Lampiran 16. Formula diujikan secara bertahap. Setiap tahap pengujian disajikan 7 sampel formula minuman. Pemanis buatan pemanis 1 dan pemanis 2 yang memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa digunakan agar penderita diabetes dapat mengonsumsinya dan produsen dapat mengurangi biaya produksi Kemp dan Schweppes 2006. Tabel 10. Perlakuan kombinasi gula, pengawet, dan non pengawet Perlakuan Hasil uji hedonik skala 1-9 Gula dan tanpa pengawet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Gula dan natrium benzoat Formula 1 Formula 2 Formula 3 Gula dan kalium sorbat Formula 1 Formula 2 Formula 3 7.42 7.20 7.26 7.12 7.10 7.08 6.86 6.98 6.86 Keterangan: Formula 1 : formula minuman dengan penambahan ekstrak jeruk x A g, ekstrak jeruk y B g, dan flavor enhancer 1P:P C g dalam 100 ml minuman. Formula 2 : formula minuman dengan penambahan ekstrak jeruk x D g, ekstrak jeruk y E g, dan flavor enhancer 1P:P F g dalam 100 ml minuman. Formula 3 : formula minuman dengan penambahan ekstrak jeruk x G g, ekstrak jeruk y H g, dan flavor enhancer 2 I g dalam 100 ml minuman. 59 Penggunaan pengawet dan non-pengawet pada penelitian ini perlu diperhatikan karena keduanya dapat mempengaruhi skor kesukaan panelis terhadap citarasa minuman. Minuman yang tidak ditambah bahan pengawet, ditambah natrium benzoat, dan ditambah kalium sorbat masih memenuhi syarat mutu mikrobiologi minuman setelah penyimpanan selama 12 minggu menurut SNI 01-3719-1995 Kordial 2009. Tahap ketiga dari penelitian lanjutan adalah pemilihan formula terpilih dari penggunaan kombinasi gula, pengawet natrium benzoat kalium sorbat, dan non-pengawet menggunakan tiga formula terpilih pada tahap kedua. Perlakuan yang diberikan ada 3 macam , yaitu perlakuan gula natium benzoat, gula kalium sorbat, dan gula non-pengawet. Hasil yang diperoleh adalah 9 formula minuman. Formula yang dipilih adalah formula terpilih dari masing-masing perlakuan dengan syarat memiliki nilai kesukaan ≥ 6.60 dari skala 9.00 dengan menggunakan panelis yang sama dengan panelis pada uji hedonik tahap kedua. Perlakuan kombinasi gula, pengawet, dan non- pengawet dapat dilihat pada Tabel 10. Minuman yang diberikan perlakuan gula dan kalium sorbat memiliki tingkat kesukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan minuman yang diberikan perlakuan gula non-pengawet dan gula natrium benzoat. Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan tidak dilakukannya perlakuan pemanis pemanis 1 atau pemanis 2 dengan kalium sorbat. Tabel 11. Perlakuan kombinasi pemanis, pengawet natrium benzoat, dan non pengawet Perlakuan Hasil uji hedonik skala 1-9 Pemanis 1 dan tanpa pengawet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Pemanis 2 dan tanpa pengawet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Pemanis 1 dan natrium benzoat Formula 1 Formula 2 Formula 3 Pemanis 2 dan natrium benzoat Formula 1 Formula 2 Formula 3 6.86 6.68 6.78 6.58 6.78 6.68 6.82 6.54 6.62 6.52 6.56 6.58 Keterangan: Pemanis 1 : pemanis A sejumlah P g100 ml minuman. Pemanis 2 : pemanis A sejumlah Q g, pemanis B sejumlah R g, dan pemanis C sejumlah S mg100 ml minuman. Tahap keempat dari penelitian lanjutan adalah pemilihan formula terpilih dari penggunaan kombinasi pemanis pemanis 1 atau pemanis 2, pengawet natrium benzoat, dan non-pengawet hasil dengan menggunakan tiga formula terpilih pada tahap kedua. Perlakuan yang diberikan ada 4 macam, yaitu perlakuan pemanis 1 natium benzoat, pemanis 2 natium benzoat, pemanis 1 non- pengawet, dan pemanis Formula yang dipilih ada nilai kesukaan ≥ 6.60 dari hedonik tahap kedua da pengawet, dan non-pengaw Pemilihan formula kesukaan lebih dari sama Kordial 2009 hanya dip 7.00. Formula minuman pengawet selanjutnya di perlakuan yang berbeda. menggunakan ANOVA. Keterangan: huruf yang sa perlakuan yang dikatakan terja 2009 GT1: minuman GN1: minuman GK2: minuman P1T1:minuman P2T2: minuman P1N1:minuman Gambar 5. Hasil analisis gula, pemani sama dengan Hasil pengujian m mengonsumsi minuman menerima produk tersebu suka dan amat sangat suka Faktor perlakuan y panelis terhadap enam for ragam ANOVA. Tingk natrium benzoat, dan for 7.42 b 6.20 6.40 6.60 6.80 7.00 7.20 7.40 7.60 GT1 N il ai k e su k aan s 2 non-pengawet. Hasil yang diperoleh adalah dalah formula terpilih dari masing-masing perlakuan d ari skala 9.00 dengan menggunakan panelis yang sama d dan ketiga. Perlakuan kombinasi pemanis pemani gawet dapat dilihat pada Tabel 11. ula terpilih dari masing-masing perlakuan mengguna a dengan 6.6. Hal tersebut dikarenakan pada penelitia iperoleh tingkat kesukaan terhadap citarasa minuman s an terpilih dari masing-masing perlakuan gula, peman disajikan menjadi satu sehingga diperoleh 6 form . Enam formula minuman tersebut kemudian dianalisis . Gambar 5. sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan warna yan ng berbeda; garis pada gambar adalah batas minimum yang rjadi peningkatan penerimaan citarasa dari formula minum an yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 an yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 an yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2 an yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formu an yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formu an yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan form sis ANOVA enam formula minuman terpilih dari ma nis, pengawet, dan non pengawet yang memiliki nila n 6.6. menunjukkan di antara 50 panelis terdapat 3 pane n jahe atau minuman berbasis rempah lainnya dik but. Meskipun demikian tiga panelis tersebut membe ka di antara enam formula minuman terpilih. yang diberikan pada minuman berpengaruh nyata terh formula minuman terpilih pada taraf signifikasi 5 ber gkat kesukaan panelis terhadap minuman yang men formula 1 tidak berbeda nyata dengan minuman yan b 7.12 ab 6.98 a 6.86 a 6.78 GN1 GK2 P1T1 P2T Formula minuman terpilih 60 h 12 formula minuman. dengan syarat memiliki a dengan panelis pada uji nis 1 atau pemanis 2, nakan persyaratan nilai itian yang dilakukan oleh n sebesar 5.57 dari skala anis, pengawet, dan non rmula minuman dengan sis secara statistik dengan ang berbeda menunjukkan ng harus dicapai agar dapat uman sebelumnya Kordial ula 1 ula 2 mula 1 asing-masing perlakuan ilai kesukaan lebih atau nelis yang tidak pernah dikarenakan tidak dapat berikan penilaian antara erhadap tingkat kesukaan erdasarkan hasil analisis enggunakan pemanis 1, ang menggunakan gula, 78 a 6.82 a T2 P1N1 61 natrium benzoat, dan formula 1; minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2; minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1; dan minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2. Tingkat kesukaan minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 berbeda nyata dengan minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2; minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1; minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2; dan minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1, namun tidak berbeda nyata dengan minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1. Formula minuman akan semakin disukai jika nilai kesukaannya semakin tinggi Setyaningsih et al. 2010. Minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 mempunyai nilai kesukaan yang paling tinggi 7.42 sehingga minuman tersebut merupakan minuman dengan tingkat penerimaan citarasa yang paling tinggi. Hasil analisis ragam dan uji Duncan terhadap nilai kesukaan enam formula minuman terpilih dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 12.

4.2.2. Nilai pH Formula Minuman Terpilih

Nilai pH menyatakan tingkat keasaman suatu bahan pangan. Nilai pH merupakan parameter yang penting untuk diketahui di dalam pengolahan maupun pengawetan bahan makanan. Nilai pH enam formula minuman terpilih dari masing-masing perlakuan diukur untuk mengetahui tingkat keamanan minuman dan kesesuaian pengawet yang digunakan pada minuman. Nilai pH yang diharapkan adalah kurang dari 4.5. Hal tersebut dikarenakan pada nilai pH di atas 4.5 - 4.6 bakteri pembusuk anaerobik dan pembentuk spora yang bersifat patogen Clostridium botulinum dapat tumbuh Buckle et al. 1987. Ekstrak jeruk dapat menurunkan nilai pH karena mengandung asam organik khususnya asam sitrat Vandercook 1977. Nilai pH enam formula minuman terpilih dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6. Keterangan: huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata GT1: minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 GN1: minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2: minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2 P1T1: minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2: minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2 P1N1: minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1 Gambar 6. pH minuman formula terpilih 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 611 138 792 691 714 585 p H m in u m an Kode Minuman 3.33 a 3.55 d 3.55 d 3.37 b 3.57 e 3.41 c GT1 GN1 GK2 P1T1 P2T2 P1N1 62

4.2.3. Pengukuran Aktivitas Antioksidan dan Inhibisi

αααα -amilase Formula Minuman Terpilih Klaim fungsional produk minuman ini berdasarkan aktivitas antioksidannya Herold 2007 dan Kordial 2009. Pengukuran aktivitas antioksidan dari enam formula minuman terpilih perlu dilakukan untuk mengetahui nilai aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan pada minuman herbal disebabkan adanya kandungan flavonoid Fuhrman dan Aviram 2002. Senyawa flavonoid ini banyak terdapat dalam tanaman dalam hal ini tanaman kumis kucing, mengingat ekstrak kumis kucing merupakan ingridien terbanyak dalam campuran rempah yang terdapat dalam minuman Mahendra 2005. Antioksidan adalah zat yang memilki kemampuan untuk memperlambat oksidasi substrat dengan cara menghambat tahap inisiasi atau propagasi dari reaksi rantai oksidasi yang diakibatkan oleh radikal bebas. Antioksidan diperlukan tubuh untuk menangkal radikal bebas yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia Azlim et al. 2010. Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang sangat tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas berbahaya bagi tubuh karena sangat reaktif mencari pasangan elektronnya. Radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh akan mengalami reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang jumlahnya terus bertambah. Radikal bebas tersebut selanjutnya akan menyerang sel-sel tubuh sehingga akan terjadi kerusakan jaringan yang akan mempercepat proses penuaan Winarno dan Kartawidjajaputra 2007. Senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan antara lain: vitamin C, vitamin E, betakaroten, selenium, pigmen likopen pada tomat, flavonoid, dan klorofil, dan enzim Glutation peroksida, koenzim Q-10. Senyawa-senyawa flavonoid tersebut merupakan antioksidan yang sangat potensial. Flavonoid memiliki gugus ortho-dihidroksilasi yang terletak pada cincin β yang dapat meningkatkan stabilitas terhadap bentuk radikal serta berpartisipasi terhadap delokalisasi elektron. Flavonoid juga memiliki gugus keto pada cincin C dan gugus hidroksil pada cincin A C yang berperan dalam penangkapan radikal bebas secara maksimal Fuhrman dan Aviram 2002. Antioksidan alami yang berasal dari rempah-rempah sangat ideal digunakan pada produk pangan fungsional. Masyarakat meyakini produk-produk yang bersifat alami lebih sehat dibandingkan dengan produk-produk yang bersifat sintetis sehingga produk-produk tersebut lebih diterima oleh konsumen Azlim et al. 2010. Minuman fungsional berbasis kumis kucing terbuat dari herbal dan rempah-rempah alami. Herbal dan rempah-rempah merupakan sumber antioksidan alami yang sangat baik karena kaya dengan komponen fenol Zheng dan Wang 2001. Pengukuran aktivitas antioksidan enam formula minuman terpilih dilakukan dengan metode penangkapan radikal bebas stabil DPPH. DPPH 1,1-diphenyl-2-picrylhydraziyl adalah suatu radikal bebas stabil yang dapat bereaksi dengan radikal lain membentuk suatu senyawa stabil. DPPH bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi yang stabil DPP Hidrazin Molyneux 2004. Asam askorbat digunakan sebagai standar pengukuran aktivitas antioksidan sehingga hasil pengukuran aktivitas antioksidan sampel dinyatakan dalam AEAC Ascorbic acid Equivalent Antioxidant Capacity. Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan metode DPPH menggunakan prinsip spektrofotometri dengan λ = 520 nm. Metode DPPH dapat mengukur aktivitas antioksidan semua jenis substrat dalam sampel, baik yang bersifat hidrofilik maupun lipofilik. Oleh karena itu, hasil pengukuran yang diperoleh diharapkan dapat lebih baik dibandingkan dengan metode pengukuran aktivitas antioksidan lainnya Vankar et al. 2006. Perlakuan pada enam formula minuman terpilih berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan minuman pada taraf signifikasi 5. Hasil analisis ragam ANOVA nilai aktivitas 63 antioksidan enam formula minuman terpilih dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 17. Aktivitas antioksidan minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2 memiliki nilai tertinggi, yaitu sebesar 727 ppm AEAC. Aktivitas antioksidan antar enam formula minuman terpilih berbeda nyata pada taraf α 0.05 Gambar 7. Penderita diabetes mellitus diperkirakan berjumlah sekitar 170 juta orang di seluruh dunia dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 366 juta orang. Penyakit diabetes mellitus dalam jangka waktu lama dapat mengganggu fungsi organ tubuh lainnya WHO 1999 dan 2003. Penyakit diabetes mellitus DM dibagi menjadi dua, yaitu: diabetes mellitus tipe 1 DM 1 dan diabetes mellitus tipe 2 DM 2. DM 1 adalah diabetes yang terjadi akibat tubuh kekurangan insulin atau menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh patogen yang merusak sel β pankreas. DM 2 adalah diabetes yang diakibatkan insulin yang sekresinya menurun atau insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh reseptor insulin yang berkurang atau strukturnya berubah, sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk ke dalam sel Stumvoll et al. diacu dalam Suarsana 2009. Penanggulangan DM 1 adalah dengan memasukkan insulin ke dalam tubuh. Penanggulangan DM 2 diantaranya dengan menghambat pemecahan oligoskarida dan disakarida menjadi monosakarida dalam tubuh Groop et al. 1997 dan Perfetti 1998. Keterangan: huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata GT1: minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 GN1: minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2: minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2 P1T1: minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2: minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2 P1N1: minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1 Gambar 7. Grafik aktivitas antioksidan dari enam formula minuman terpilih Tanaman obat dan ekstrak herbal dapat menghambat aktivitas enzim α -amilase dan α - glukosidase Mccue dan Shetty 2004. Daun kumis kucing yang dikombinasikan dengan daun sambiloto dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci lebih besar dibandingkan dengan daun sambiloto saja Minggawati 1990. Daun kumis kucing dapat mempercepat keluarnya glukosa dari sirkulasi darah karena kumis kucing mengandung garam kalium sebagai komponen diuretik yang dapat mempercepat filtrasi dan ekskresi ginjal. Hal tersebut dapat meningkatkan produksi urin yang 606 b 414 a 685 c 679 c 727 c 658 bc 0.000 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000 GT1 GN1 GK2 P1T1 P2T2 P1N1 A k ti v it as A n ti o k si d an p p m A E A C Kode Minuman 64 berakibat pada penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan regenerasi reseptor insulin Yoon dan Jun 1998. Aktivitas antidiabetes minuman diukur dengan metode inhibisi α -amilase. Metode inhibisi α - amilase dapat menggambarkan aktivitas antidiabetes sampel dengan biaya yang relatif ekonomis Funke dan Melzig 2006. Prinsip inhibisi α -amilase adalah dengan mencegah pecahnya pati menjadi glukosa. Glukosa yang dihasilkan dari pemecahan pati jika berkurang akan glukosa dalam darah berkurang. Hal tersebut dikarenakan glukosa yang melewati membran usus menuju ke dalam darah menjadi berkurang. Inhibitor α -amilase yang baik dengan inhibisi di atas 50 dan tergolong senyawa flavonoid adalah astragalin, isorhamnetin 3-O-rutinoside, kaemferol-3-O-[6”-O-3-hidroksi-3-metilguaroil glukosida], hiperin, luteolin, linocerin, rhoifolin, luteolin 7-O-glukosida, dan daidzein. Inhibitor α - amilase yang kurang baik dan tergolong senyawa flavonoid adalah rutin, quercitin, bilobetin, genistein, dan genistin Kim et al. 2000. Pengukuran inhibisi α -amilase pada penelitian ini hanya menggunakan konsentrasi minuman 1x. Hal tersebut dilakukan karena hanya ingin melihat pengaruh dari perubahan formula terhadap aktivitas antidiabetes. Perubahan formula yang dilakukan mengakibatkan perubahan persentase relatif aktivitas antidiabetes minuman. Persentase inhibisi α -amilase relatif formula minuman konsentrasi 1 x dengan faktor koreksi gula dapat dilihat pada Gambar 8. Keterangan: GT1: minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 GN1: minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2: minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2 P1T1: minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2: minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2 P1N1: minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1 Gambar 8. Grafik persentase inhibisi α -amilase relatif formula minuman terpilih pada konsentrasi 1 x dengan faktor koreksi gula pada minuman yang mengandung gula Persentase inhibisi relatif keenam formula minuman terpilih diperoleh dengan membandingkan kemampuan inhibisinya dengan kemampuan inhibisi minuman standar Kordial 2009. Minuman yang menggunakan pemanis 1 memilki persentase inhibisi relatif yang paling besar di antara enam formula minuman terpilih, yaitu sebesar 56 . Perlakuan yang diberikan pada enam formula minuman terpilih tidak berpengaruh nyata terhadap persentase inhibisi relatif minuman pada taraf α 0.05. 25 31 19 20 56 45 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 GT1 GN1 GK2 P1T1 P2T2 P1N1 i n h ib is i re lat if Kode minuman 65 Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Diana 2010 yang menunjukkan persen inhibisi minuman standar konsentrasi 1 x bernilai negatif -5.91. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan perlakuan persiapan sampel minuman. Persiapan sampel minuman yang dilakukan Diana 2010 adalah dengan melakukan freeze drying pada masing-masing ingridien minuman. Hasil freeze drying tersebut kemudian dicampurkan dengan proporsi tertentu dalam air destilata. Persiapan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan membuat minuman fungsional kumis kucing dari ekstrak masing-masing ingridien tanpa pemekatan. Enam formula minuman terpilih memiliki kemampuan inhibisi α -amilase relatif yang lebih kecil dibandingkan dengan formula minuman standar. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh jumlah ekstrak jeruk y yang digunakan pada formula standar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ekstrak jeruk y pada 6 formula minuman terpilih. Diana 2010 menyatakan bahwa ingridien minuman yang berperan dalam inhibisi α -amilase minuman adalah ekstrak jeruk y IC 50 = 15.08 mgml yang memiliki komponen aktif rutin, sedangkan ingridien lain seperti kumis kucing, kayu secang, dan jahe gajah tidak mempunyai kemampuan inhibisi α -amilase. Jahe gajah justru memiliki potensi dalam mengaktivasi enzim α -amilase. Perlakuan minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 memiliki persentase inhibisi relatif yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan minuman yang menggunakan gula. Selain itu, persentase inhibisi α -amilase yang diperoleh masih memiliki sebaran nilai yang bias Lampiran 18. Hal tersebut mungkin disebabkan pengujian inhibisi α -amilase pada sampel yang berbeda dilakukan pada hari yang berbeda sehingga relatif sulit untuk mendapatkan kondisi lingkungan pengujian yang sama. Oleh karena itu, pengujian inhibisi α -amilase sebaiknya dilakukan pada kondisi lingkungan suhu yang terkontrol. Pengujian antidiabetes melalui penelitian penyerapan glukosa pada sel diafragma mencit yang dilakukan oleh peneliti lainnya juga menunjukkan minuman standar memiliki penyerapan glukosa yang lebih besar dibandingkan dengan minuman yang menggunakan pemanis, natrium benzoat, dan formula 1.

4.2.4 Pemilihan Perlakuan Terbaik

Setyaningsih et al. 2010 menyatakan metode perbandingan eksponensial merupakan salah satu teknik pengambilan keputusan untuk menentukan peringkat dari beberapa alternatif keputusan berdasarkan beberapa kriteria keputusan. Asumsi dasar yang digunakan dalam MPE adalah pengambil keputusan harus mampu menentukan tingkat nilai kriteria keputusan dan tingkat nilai alternatif keputusan terhadap setiap kriteria keputusan, yang merupakan penilaian subjektif berdasarkan intuisi, data riset, observasi, wawancara, atau pengetahuan umum mengenai kriteria tersebut. Tahap-tahap penerapan MPE adalah sebagai berikut: a. penentuan alternatif-alternatif keputusan; b. penentuan kriteria-kriteria penilaian alternatif; c. penentuan tingkat nilai rating setiap kriteria keputusan; d. penentuan tingkat nilai setiap alternatif keputusan terhadap setiap kriteria keputusan; e. penghitungan skor total setiap alternatif keputusan; f. pembuatan peringkat alternatif keputusan. Pemilihan perlakuan terbaik diperoleh dari hasil pembobotan secara subjektif. Setiap parameter diberikan nilai dari skala 1 sampai 5 berdasarkan tingkat kepentingannya untuk menentukan perlakuan terbaik. Nilai 5 diberikan jika parameter pengujian tersebut dianggap sangat penting, 4 jika penting, 3 jika biasa, 2 jika tidak penting, dan 1 jika sangat tidak penting. Nilai kepentingan 66 kemudian dibobotkan ke dalam persen Ginting 2004. Nilai kepentingan setiap parameter ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai hasil analisa dari setiap parameter pengujian kemudian dirata-rata dan diurutkan berdasarkan rangking terbaik. Peringkat terbaik diberi nilai 6, terbaik kedua 5, terbaik ketiga 4, dan seterusnya hingga peringkat yang paling rendah diberi nilai 1. Nilai peringkat diberikan karena pembobotan tidak dapat dilakukan hanya dengan mengalikan nilai analisa dan bobot. Nilai analisa yang semakin besar maka nilai peringkatnya akan semakain tinggi. Nilai total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai peringkat dikalikan dengan bobot setiap parameter pengujian. Nilai total kemudian diranking hingga diperoleh perlakuan terbaik. Tabel perhitungan penentuan perlakuan terbaik dengan cara pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 22. \Tabel 12. Penilaian kepentingan karakteristik minuman fungsional berbasis kumis kucing. Parameter Dasar Pertimbangan Kepentingan Nilai N Bobot W Kesukaan terhadap citarasa Kesukaan terhadap citarasa merupakan parameter organoleptik yang sangat penting dalam minuman. 5 0.63 Aktivitas antioksidan Aktivitas antioksidan merupakan salah satu daya tawar minuman fungsional, namun umumnya produk minuman yang ada di pasaran sudah menawarkan nilai fungsional tersebut. 3 0.37 TOTAL 8 1.00 . Minuman dengan perlakuan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 GT1 merupakan minuman formula terbaik dari hasil pembobotan secara subjektif. Tabel 13. Skor hasil pembobotan produk dari enam formula terpilih. Ranking Perlakuan Skor Rata-rata 1 2 3 4 5 6 GT1 GK2 GN1 P1T1 P2T2 P1N1 4.52 4.37 3.52 3.37 2.85 2.37 2.26 2.18 1.76 1.68 1.42 1.18 Keterangan: GT1: minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 GN1: minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2: minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2 P1T1: minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2: minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2 P1N1: minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN