47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1.  Pembuatan  Ekstrak  Komponen  Minuman  dan  Pengukuran  Aktivitas
Antioksidan Minuman Standar
Hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  pembuatan  ekstrak  penyusun  minuman  terutama  ekstrak jahe  dan  temulawak  adalah  prinsip  pembuatan  ekstrak  penyusun  minuman.    Pembuatan  ekstrak
penyusun  minuman  berpengaruh  terhadap  rendemen  ekstrak  yang  dihasilkan.    Hal  tersebut  perlu dipahami  agar  dalam  pembuatan  ekstrak  penyusun  minuman  tidak  terpaku  dengan  cara  yang  sudah
ada.    Pembuatan  ekstrak  penyusun  minuman  yang  sudah  adadimungkinkan  menghasilkan  rendemen ekstrak yang sangat kecil, sehingga diperlukan pembuatan dengan cara yang lain yang menghasilkan
rendemen ekstrak yang lebih banyak dan lebih efisien. Kendala  yang  ditemukan  dalam  pembuatan  ekstrak  jahe  dan  temulawak  pada  penelitian  ini
adalah  rendemen  ekstrak  yang  terlalu  kecil  jika  digunakan  alat  juice  extractor,  sehingga  dilakukan pengekstrakan  jahe  dan  temulawak  secara  manual  dengan  parutan  kelapa.    Rendemen  ekstrak  yang
terlalu kecil mungkin disebabkan pisau parut juice extractor yang sudah tidak terlalu tajam sehingga efektivitas pengekstrakannya menjadi kecil.
Prinsip pembuatan ekstrak jahe dan temulawak  meliputi pembersihan rimpang, pemblansiran, pengekstrakan,  pendekantasian,  dan  pasteurisasi.    Pembersihan  rimpang  dilakukan  dengan  cara
mencuci dan menyikatnya.  Pemblansiran dilakukan dengan merebus rimpang yang telah dibersihkan selama  tiga  menit.    Pengekstrakan  dilakukan  dengan  memarut  rimpang  kemudian  diperas  tanpa
penambahan air.  Pengekstrakan ini menghasilkan ekstrak jahe I dan temulawak I.  Ekstrak jahe I dan temulawak I selanjutnya  disaring untuk mendapatkan ekstrak jahe II dan temulawak II.  Ekstrak jahe
II  dan  temulawak  II  didekantasi  dalam  lemari  pendingin  selama  12  jam  untuk  mengendapkan  pati. Endapan  pati  selanjutnya  dibuang  untuk  mendapatkan  ekstrak  jahe  III  dan  temulawak  III.    Ekstrak
jahe  III  dan  temulawak  III  dimasukkan  ke  dalam  botol  steril  dan  dipasteurisasi  pada  suhu  80
o
C selama  30  menit.    Ekstrak  jahe  III  dan  temulawak  III  yang  telah  dipasteurisasi  kemudian  dishock
cooling untuk  menghasilkan larutan  stok ekstrak jahe dan temulawak.   Larutan  stok  yang dihasilkan selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin.  Pembuatan ekstrak jahe dan  temulawak  dapat dilihat
pada Lampiran 4 dan 6. Pembuatan  minuman  standar  Lampiran  10  dan  pengukuran  aktivitas  antioksidan  dilakukan
sebelum  pembuatan  model  minuman.    Hal  tersebut  dilakukan  untuk  menghindari  bias  yang diakibatkan oleh komponen penyusun minuman, sehingga perbedaan yang dihasilkan di antara model
minuman merupakan perbedaan akibat perlakuan pada minuman. Pembuatan minuman standar dengan menggunakan ekstrak daun kumis kucing berbunga putih
menghasilkan  aktivitas  antioksidan  sebesar  307.59  ppm  AEAC.    Aktivitas  antioksidan  tersebut memiliki  nilai  yang  jauh  berbeda    dibandingkan  dengan  minuman  standar    yang  yang  dibuat  oleh
Kordial  2009.    Minuman  standar  yang  dibuat  oleh  Kordial  2009  memiliki  aktivitas  antioksidan sebesar  621.70  ppm  AEAC,  sehingga  dilakukan  pembuatan  minuman  standar  kembali  dengan
menggunakan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu.  Aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari penggunaan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu adalah sebesar 509.90 ppm AEAC.  Aktivitas
antioksidan tersebut relatif mendekati aktivitas antioksidan minuman standar yang dibuat oleh Kordial 2009,  sehingga  penelitian  dapat  dilanjutkan  dengan  pembuatan  model  minuman  sesuai  perlakuan
yang telah ditentukan.  Aktivitas antioksidan minuman standar dapat dilihat pada Gambar 3.
48
Aktivitas antioksidan minuman standar yang diukur pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak kumis kucing yang berbeda varietasnya meskipun berasal dari tempat yang
sama pusat studi biofarmaka PSB IPB menghasilkan aktivitas antioksidan minuman standar yang berbeda.    Aktivitas  antioksidan  minuman  standar  dipengaruhi  oleh  komponen  tunggal  penyusun
minuman.    Komponen  tunggal  penyusun  minuman  yang  memiliki  pengaruh  besar  terhadap  aktivitas antioksidan  minuman adalah  ekstrak  kumis kucing, ekstrak jahe, ekstrak lemon, ekstrak  secang, dan
ekstrak temulawak.  Hasil penelitian Herold 2007 menunjukkan  minuman komponen tunggal kumis kucing memiliki aktivitas antioksidan sebesar 650.11 ppm AEAC,  minuman komponen tunggal jahe
memiliki aktivitas antioksidan sebesar  310 ppm AEAC, minuman komponen tunggal lemon memiliki aktivitas antioksidan sebesar 290 ppm AEAC, minuman komponen tunggal secang memiliki aktivitas
antioksidan sebesar 210 ppm AEAC, dan minuman komponen tunggal temulawak memiliki aktivitas antioksidan sebesar 150 ppm AEAC.  Oleh karena itu, komponen tunggal penyusun minuman standar
yang  memiliki  aktivitas  antioksidan  yang  relatif  rendah  akan  menghasilkan  aktivitas  antioksidan minuman standar yang rendah dan sebaliknya.
Keterangan : MS KK putih PSB:   Minuman formula standar yang dibuat dengan stok larutan ekstrak daun kumis kucing
berbunga putih pusat studi biofarmaka IPB; MS KK ungu PSB:   Minuman formula standar yang dibuat dengan stok larutan ekstrak daun kumis kucing
berbunga ungu pusat studi biofarmaka IPB ; MS Kordial           :    Minuman formula standar pembanding Kordial 2009, dengan ekstrak daun kumis kucing
dari pekarangan sekitar kampus IPB Darmaga.
Gambar 3. Grafik aktivitas antioksidan minuman standar yang dilakukan pada penelitian pendahuluan Syukur 2008 mengatakan varietas kumis kucing berbunga putih paling produktif dan terbaik
mutunya untuk ekspor di antara 3 varietas kumis kucing satu varietas berbunga ungu dan dua varietas berbunga putih.  Meskipun demikian, tumbuhan yang hidup pada kondisi yang berbeda memiliki sifat
morfologi  dan  fisiologi  yang  berbeda.    Oleh  karena  itu,  minuman  komponen  tunggal  ekstrak  kumis kucing  yang  berbeda  varietasnya  berbunga  ungu    putih  dan  asalnya  PSB    BALITRO  diukur
aktivitas antioksidannya. Minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu yang berasal dari PSB
729 ppm AEAC memiliki nilai aktivitas antioksidan berbeda nyata pada taraf α
= 5 dibandingkan dengan  nilai aktivitas antioksidan  minuman komponen tunggal ekstrak daun  kumis  kucing berbunga
308 510
622
0.00 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
800.00
MS KK putih MS KK ungu
MS Kordial
p p
m A
E A
C
MS KK putih PSB MS KK ungu PSB
MS Kordial
49
putih  yang  berasal  dari  PSB  570  ppm  AEAC.    Oleh  karena  itu,  minuman  formula  standar  pada penelitian  pendahuluan  yang  dibuat  dengan  stok  larutan  ekstrak  daun  kumis  kucing  berbunga  ungu
PSB  memiliki  nilai  aktivitas  antioksidan  yang  lebih  besar  dibandingkan  dengan  minuman  formula standar  pada  penelitian  pendahuluan  yang  dibuat  dengan  stok  larutan  ekstrak  daun  kumis  kucing
berbunga putih PSB. Minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu yang berasal dari  PSB
memiliki  nilai  aktivitas  antioksidan  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  minuman  komponen tunggal  ekstrak  kumis  kucing  lainnya  yaitu  sebesar  729  ppm  AEAC.    Minuman  komponen  tunggal
ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu PSB 729 ppm AEAC memiliki nilai aktivitas antioksidan yang berbeda nyata pada taraf
α =5 dibandingkan dengan aktivitas antioksidan minuman komponen
tunggal  ekstrak  kumis  kucing  berbunga  putih  yang  berasal  dari  PSB  570  ppm  AEAC.    Minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu yang berasal dari BALITRO Sukabumi
617 ppm AEAC memiliki nilai aktivitas antioksidan yang tidak berbeda nyata α
= 5  dibandingkan dengan aktivitas antioksidan minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga putih
yang berasal dari BALITRO Sukabumi  673 ppm AEAC.  Meskipun demikian, minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga putih yang berasal dari BALITRO Sukabumi 673 ppm
AEAC memiliki aktivitas antioksidan yang tidak berbeda nyata pada taraf α
=5  jika dibandingkan dengan  minuman  komponen  tunggal  ekstrak  daun  kumis  kucing  berbunga  ungu  yang  berasal  dari
PSB.    Oleh  karena  itu,  pembuatan  minuman  fungsional  berbasis  kumis  kucing  dapat  menggunakan ekstrak  daun  kumis  kucing  berbunga  ungu  PSB  atau  ekstrak  daun  kumis  kucing  berbunga  putih
BALITRO.  Aktivitas antioksidan  minuman komponen tunggal ekstrak daun kumis kucing berbunga putih  dan  ungu  yang  masing-masing  berasal  dari  BALITRO  Balai  Penelitian  Tanaman  Obat  dan
Rempah-rempah  Sukabumi  dan  PSB  Pusat  Studi  Biofarmaka  taman  kencana  Bogor  dapat  dilihat pada Gambar 4.
Keterangan :  huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikasi 5 KKP BAL  Kumis Kucing Putih BALITRO Sukabumi
KKU BAL  Kumis Kucing Ungu BALITRO Sukabumi KKP PSB  Kumis Kucing Putih Pusat Studi Biofarmaka
KKU PSB  Kumis Kucing Ungu Pusat Studi Biofarmaka
Gambar 4.   Perbandingan  aktivitas  antioksidan  jenis  dan  asal  komponen  tunggal  ekstrak  kumis kucing dalam minuman
100 200
300 400
500 600
700 800
900
KKP BAL KKU BAL
KKP PSB KKU PSB
p p
m A
E A
C
Jenis dan Asal Komponen ekstrak Kumis Kucing dalam Minuman
673 bc 729 c
570 a 617 ab
50
Aktivitas  antioksidan  ekstrak  tanaman  kumis  kucing  dipengaruhi  oleh  lokasi  tempat  tanaman tersebut  ditanam.    Aktivitas  antioksidan  tanaman  kumis  kucing  yang  berasal  dari  daerah  geografis
yang  berbeda  menunjukkan  perbedaan  yang  signifikan  pada  taraf α
0.05  dan  aktivitas  antioksidan ekstrak tanaman kumis kucing tidak semata-mata dipengaruhi oleh kandungan komponen fenol yang
terdapat  di  dalamnya  Khamsah  et  al.  2006.    Hal  tersebut  mungkin  disebabkan  oleh  faktor-faktor lingkungan  seperti:  kandungan  unsur  hara  tanah,  ketinggian  tempat,  intensitas  cahaya,  suhu  udara,
iklim,  dan  lain-lain  Syukur  2008.    Oleh  karena  itu,  standardisasi  ekstrak  kumis  kucing  yang digunakan sangat diperlukan agar dihasilkan ekstrak kumis kucing yang terstandar.
Standardisasi  ekstrak  kumis  kucing  dapat  dilakukan  melalui  penggunaan  tanaman  kumis kucing  dari  lahan  yang  menghasilkan  daun  kumis  kucing  yang  memiliki  aktivitas  antioksidan
minuman  komponen tunggal  yang tidak jauh berbeda dari aktivitas antioksidan  minuman  komponen tunggal  yang  dilakukan  pada  penelitian  ini,  yaitu  sebesar  673  ppm  AEAC.    Standardisasi  ingridien
minuman  lainnya  juga  diperlukan  agar  menghasilkan  minuman  fungsional  berbasis  kumis  kucing yang terstandar.
4.1.2.  Penentuan Jenis Perlakuan Berdasarkan Mutu Organoleptik
Minuman  fungsional  berbasis  kumis  kucing  yang  dihasilkan  dari  formula  optimal menggunakan  jeruk  lemon  1.3  g  dalam  100  ml  minuman  Wijaya  et  al.  2007  memiliki    skor
kesukaan terhadap citarasa minuman antara netral dan suka skor hedonik 3.32 dari skala 5.00 dengan menggunakan 30 orang panelis tidak terlatih.  Perbaikan citarasa minuman fungsional berbasis kumis
kucing  yang  dilakukan  Kordial  2009  menunjukkan  hasil  secara  sensori  formula  minuman  yang ditambahkan ekstrak jeruk y memiliki skor kesukaan 5.57 dari skala 7.00  yang tidak berbeda nyata
pada  taraf α
=5  dengan  skor  kesukaan  minuman  yang  ditambahkan  ekstrak  jeruk  limau  5.57  dari skala  7.00  dan  ekstrak  jeruk  nipis  5.57  dari  skala  7.00,  tetapi  berbeda  nyata  pada  taraf
α =5
dengan  skor  kesukaan  minuman  yang  ditambahkan  ekstrak  jeruk  lemon  4.2  dari  skala  7.00.    Skor kesukaan panelis terhadap citarasa  minuman  yang ditambahkan ekstrak jeruk  y 1.5 g ekstrak dalam
100 ml minuman adalah antara agak suka dan suka skala hedonik 5.57 dari skala 7.00.  Akan tetapi penilaian  sensori  secara  individu  terhadap  minuman  tersebut  menunjukkan  bahwa  after  taste  pahit
pada  formula  ini  masih  dapat  dirasakan.    Oleh  karena  itu,  upaya  peningkatan  penerimaan  citarasa minuman  ini  perlu  dilakukan  dengan  cara  menekan  citarasa  yang  tidak  disukai  jamu,  pahit,  sepat,
dll. dan meningkatkan citarasa yang disukai manis,jeruk,dll.. Upaya peningkatan penerimaan minuman berbasis kumis kucing pada penelitian pendahuluan
masih  menggunakan  pendekatan  trial  and  error  dengan  menambahkan  ekstrak  kayu  manis  karena dimungkinkan dapat  menekan rasa pahit, meningkatkan persentase ekstrak jeruk jeruk x atau jeruk
y, meningkatkan persentase ekstrak jahe, dan menambahkan bitter blockerflavor enhancer A ke dalam minuman.  Hasil uji coba ditabulasikan pada Tabel 5.
Bitter  blockerflavor  enhancer  termasuk  bahan  tambahan  pangan  penyedap  rasa  dan  aroma. Hal  tersebut  dikarenakan  bitter  blockerflavor  enhancer  dapat  membentuk  aroma  baru  atau
menetralisir  citarasa  yang  tidak  disukai  bila  bergabung  dengan  komponen  lain  dalam  bahan  pangan. Keduanya dapat digunakan dalam formulasi produk pangan minuman dengan jumlah P-Q.  Flavor
enhancer  IMP  dan  GMP  diperbolehkan  penggunaannya  dalam  pangan  dengan  batas  maksimum penggunaan  secukupnya  menurut  Peraturan  Menteri  Kesehatan  R.I  No.722MenkesPerIX88.    Hal
tersebut dikarenakan  nilai  ADI dari keduanya  tidak  ditentukan Cahyadi 2006; Noordam dan Meijer 2006; Pszczola 2010.
51
Penambahan ekstrak kayu manis dilakukan dengan alasan kayu manis banyak digunakan pada industri  makanan  dan  minuman  sebagai  sumber  citarasa  dan  aroma    dan  sebagai  “pewangi”  atau
peningkat citarasa, sehingga diharapkan akan diperoleh formulasi minuman yang lebih disukai secara organoleptik.    Selain  itu  juga,  kayu  manis  dapat  berperan  sebagai  antioksidan  karena  mengandung
senyawa  tannin  dan  eugenol  yang  memiliki  kapasitas  antioksidan  yang  tinggi  terutama  senyawa antioksidan  glutation,  memiliki  aktivitas  antimikroba,  dan  dapat  meningkatkan  umur  simpan  produk
pangan  Krishnamoorthy  dan  Rema  2004.    Hasil  penilaian  sensori  secara  individu  menunjukkan bahwa  penambahan  ekstrak  kayu  manis  sebanyak  A  g  dalam  100  ml  minuman  uji  ternyata
memperkuat aroma jamu dan hal ini tidak dikehendaki.
Tabel 5.  Perlakuan  pada  percobaan  pendahuluan  untuk  menentukan  perlakuan  yang  relatif  dapat
meningkatkan penerimaan citarasa minuman fungsional berbasis kumis kucing No.
Perlakuan Hasil Penilaian Sensori Secara Individu
1 Formula standar jeruk y sebanyak A g100
ml minuman sedikit rasa jeruk, sedikit after taste jahe,
aroma jahe 2
Ekstrak jeruk y sebanyak B g100 ml minuman
rasa jeruk agak terasa , after taste jahe agak terasa, aroma jeruk
3 Ekstrak jeruk y sebanyak C g100 ml
minuman rasa jeruk terasa, after taste jahe agak
terasa, aroma jamu 4
Ekstrak jeruk y sebanyak D g100 ml minuman
rasa jeruk lebih terasa,after taste jahe terasa, aroma jeruk
5 Ekstrak jeruk x sebanyak E g100 ml
minuman rasa asamnya lebih enak dari pada jeruk
purut, namun aroma jeruknya tidak kuat 6
Ekstrak jahe sebanyak F g100 ml minuman masih ada rasa jamu, ditambahkan jahe
atau tidak,  rasanya tidak berbeda nyata 7
Ekstrak jahe sebanyak G g100 ml minuman masih ada rasa jamu,ditambahkan jahe atau
tidak,  rasanya tidak berbeda nyata 8
Ekstrak jahe sebanyak H g100 ml minuman masih ada rasa jamu,ditambahkan jahe atau
tidak,  rasanya tidak berbeda nyata 9
Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak I g dan ekstrak jeruk y sebanyak J g100ml minuman
rasa enak lebih disukai, sedikit pahit + 10
Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak K g dan ekstrak jeruk y sebanyak L g100ml minuman
agak pahit++ 11
Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak M g dan ekstrak jeruk y sebanyak N g100ml minuman
agak pahit +++ 12
Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter blocker I frutarom sebanyak Y g100
ml minuman muncul rasa jamu
52
Tabel 5.  Perlakuan  pada  percobaan  pendahuluan  untuk  menentukan  perlakuan  yang  relatif  dapat
meningkatkan penerimaan citarasa minuman fungsional berbasis kumis kucing lanjutan No.
Perlakuan Hasil Penilaian Sensori
Secara Individu 13
Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter blocker II flavor enhancer P:P sebanyak Y g100 ml
minuman rasa jeruk agak kuat
14 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter
blocker III  flavor enhancer sebanyak Y g100 ml minuman
rasanya manis
15 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak Q g dan bitter
blocker IV lavarian Y g100 ml minuman manis dan sedikit rasa jamu
16 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter
blocker I frutarom Y g100 ml minuman pahit +++
17 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter
blocker II flavor enhancer P:P sebanyak Y g100 ml minuman
enak, rasa pahit hampir tidak ada
18 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter
blocker III flavor enhancer sebanyak Y  g100 ml minuman
pahit hampir tidak ada
19 Kombinasi ekstrak jeruk y sebanyak V g dan bitter
blocker IV lavarian sebanyak Y g100 ml minuman enak, manis
20 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter
blocker I  frutarom sebanyak Y g100 ml minuman muncul sedikit rasa obat
21 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter
blocker II sebanyak Y g100 ml minuman enak ++,rasa liquorize
22 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter
blocker III sebanyak Y g100 ml minuman agak pahit ++
23 Kombinasi ekstrak jeruk x sebanyak V g dan bitter
blocker IV lavarian sebanyak Y g100 ml minuman sedikit pahit ada rasa
semriwing 24
Ekstrak jahe merah sebanyak A g dan ekstrak jeruk y sebanyak  B g100 ml minuman
rasa jeruk, rasa jahe pedas 25
Ekstrak kayu manis sebanyak C g 100 ml minuman menonjolkan aroma jamu
26 Ekstrak jahe merah sebanyak D g 100 ml minuman
sepat dan pahit Upaya  peningkatan  penerimaan  citarasa  minuman  selanjutnya  adalah  dengan  menggunakan
ekstrak  jahe  merah.    Jahe  merah  selain  memiliki  aroma  yang  kuat  juga  dilaporkan  memiliki  khasiat yang lebih baik dibandingkan jahe yang lain.  Hasil penelitian Herold 2007 menunjukkan aktivitas
antioksidan  ekstrak  jahe  gajah  858.44  ppm  AEAC  dan  ekstrak  jahe  merah  890.11  ppm  AEAC
53
secara nyata lebih tinggi  dibandingkan dengan aktivitas antioksidan ekstrak jahe emprit 806.78 ppm AEAC.    Aktivitas  antioksidan  ekstrak  jahe  gajah  dan  ekstrak  jahe  merah  tidak  berbeda  nyata  pada
taraf signifikasi 5 . Jahe  merah  juga  dapat  memberikan  karakter  citarasa  yang  tajam  dan  pedas  dikarenakan
memiliki kandungan minyak atsiri  tertinggi diantara ketiga jenis jahe tersebut Wijayakusuma 2002, sehingga  diharapkan  ekstrak  jahe  merah  dapat  digunakan  dalam  konsentrasi  yang  lebih  kecil.    Hasil
pengamatan sensori pada minuman  yang ditambahkan ekstrak jahe  merah  sebanyak  A  g  dan ekstrak jeruk y sebanyak B g dalam 100 ml minuman menghasilkan karakteristik minuman yang bercitarasa
jahe  dengan  tingkat  kepedasan  yang  tajam  dan  rasa  jeruk  yang  terasa.    Hasil  tersebut  hampir  sama dengan  hasil  pengamatan  sensori  yang  dilakukan  Herold  2007  yang  menambahkan  ekstrak  jahe
merah sebanyak C g dalam 100 ml minuman.  Penambahan jumlah ekstrak jahe yang lebih banyak ke dalam minuman dilatarbelakangi oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusviani 2007, mengenai
aspek flavor dan penerimaan sensori minuman tradisional berbasis jahe MTJ oleh konsumen di Kota Bogor.    Formula-formula  yang  diujicobakan  pada  penelitian  tersebut  jika  dianalisis  dari  aspek  rasa
pedas maka persentase jahe yang digunakan adalah persentase jahe yang paling tinggi yaitu 5  dari skala 2-5.
Penilaian  sensori  secara  individu  menunjukkan  bahwa  penambahan  ekstrak  jahe  merah sebanyak D g dalam 100 ml minuman menghasilkan karakteristik minuman yang bercitarasa sepat dan
pahit.    Hal  ini  mungkin  dikarenakan  ekstrak  jahe  merah  memberikan  karakteristik  minuman  dengan tingkat  kepedasan  pungent  yang  tajam  sehingga  dapat  menutupi  karakter  citarasa  bahan  penyusun
lain  jeruk  dalam  minuman,  namun    rasa  sepat  dan  pahit  dari  ingridien  herbal  yang  terdapat  dalam minuman  tetap  ada  Rismunandar  1988  dan  Winarno    Agustinah  2007.    Selain  itu  juga,
penambahan ekstrak jahe  menjadi G g dan H  g dalam 100 ml minuman menghasilkan karakteristik minuman  yang  masih  memiliki citarasa  seperti jamu sepat dan pahit.  Pengurangan jumlah ekstrak
jahe  menjadi  F  g  menghasilkan  karakteristik  minuman  yang  serupa  sepat  dan  pahit,  sehingga penambahan  atau  pengurangan  ekstrak  jahe  dari  jumlah  yang  seharusnya  ditambahkan  ke  dalam
minuman  secara  pengamatan  sensori  individual  hasilnya  tidak  terlalu  berbeda.    Oleh  karena  itu, ekstrak jahe yang ditambahkan ke dalam minuman jumlahnya tidak berubah, yaitu sebesar C g dalam
100 ml minuman Penelitian pendahuluan dilakukan dengan pendekatan  trial and error untuk  menentukan jenis
perlakuan yang akan digunakan.  Penilaian sensori secara individu menunjukkan penambahan ekstrak jeruk  x,  ekstrak  jeruk  y,  dan  flavor  enhancer  relatif  dapat  meningkatkan  penerimaan  citarasa
minuman. Penggunaan  ekstrak  jeruk  x,  ekstrak  jeruk  y  pada  minuman  dilatarbelakangi  oleh  hasil
penelitian Kordial 2009 yang menunjukkan bahwa minuman yang ditambahkan ekstrak jeruk x dan jeruk  y  memiliki skor kesukaan rasa  yang tidak berbeda nyata pada
α = 0.05.  Hal tersebut  mungkin
dikarenakan keduanya masih memiliki kekerabatan yang dekat dengan jeruk lemon Sarwono 1994. Penilaian  sensori  secara  individu  menunjukkan  ekstrak  jeruk  x  cenderung  berperan
memperbaiki  rasa  minuman,  ekstrak  jeruk  y  cenderung  berperan  memperbaiki  aroma  minuman, sedangkan    flavor  enhancer  cenderung  berperan  menguatkan  rasa  yang  disukai  manis    jeruk  dan
menurunkan  rasa  yang  tidak  disukai  pahit,  sepat,  dan  jamu.    Hal  ini  sesuai  dengan  literatur  yang menyebutkan bahwa ekstrak jeruk x dapat memperbaiki citarasa dari minuman, ekstrak jeruk y dapat
memperbaiki aroma dari minuman dan keduanya dapat berkombinasi dengan baik, sedangkan  flavor enhancer dapat berfungsi untuk meningkatkan citarasa yang disukai sekaligus  menutupi citarasa yang
tidak disukai Colombo 2002 dan Pszczola 2010.
54
Perlakuan  yang  dilakukan  selanjutnya  adalah  dengan  menambahkan  jumlah  ekstrak  jeruk  y yang  lebih  banyak  ke  dalam  minuman  menjadi  B  g,  C  g,  dan  D  g  ke  dalam  100  ml  minuman.
Penambahan  ini  diharapkan  dapat  memperbaiki  citarasa  dari  minuman  karena  jeruk  y  memiliki citarasa  terpilih  berdasarkan  penelitian  terhadap  penerimaan  mutu  organoleptiknya  Kordial  2009.
Ketiga  perlakuan  tersebut  ternyata  masih  menghasilkan  karakteristik  minuman  yang  memiliki  after taste jahe.
Penambahan  ekstrak  jeruk  x  menjadi  E  g  dalam  100  ml  minuman  selanjutnya  dilakukan dengan  harapan  dapat  memperbaiki  citarasa  dari  minuman.  Perlakuan  tersebut  menghasilkan
karkteristik  minuman  yang  citarasa  asamnya  relatif  lebih  enak  daripada  jeruk  purut,  namun  aroma jeruknya tidak sekuat jeruk purut.
Sifat  ekstrak  jeruk  x  yang  cenderung  berperan  memperbaiki  citarasa  minuman  dan  ekstrak jeruk  y  yang  cenderung  berperan  memperbaiki  aroma  minuman,    sehingga  proporsi  relatif  ekstrak
jeruk x yang ditambahkan ke dalam minuman lebih banyak daripada ekstrak jeruk y.  Oleh karena itu, perlakuan  kombinasi    antara  ekstrak  jeruk  x  dan  jeruk  y  ke  dalam  minuman  secara  berturut-turut
adalah ekstrak jeruk x sebanyak I g dan ekstrak jeruk y sebanyak J g100 ml minuman; ekstrak jeruk x sebanyak K g dan ekstrak jeruk y sebanyak L g100 ml minuman; ekstrak jeruk x sebanyak M g dan
ekstrak  jeruk  y  sebanyak  N  g100  ml  minuman  juga  dilakukan.    Perlakuan  kombinasi  yang  pertama menghasilkan karakteristik minuman dengan citarasa yang relatif enak dan lebih sedikit rasa pahitnya
dibandingkan dengan perlakuan kombinasi yang kedua dan yang ketiga. Colombo et al. 2002 menyatakan bahwa ekstrak jeruk memiliki sifat kelarutan dalam air yang
cukup  baik.    Ekstrak  jeruk  yang  digunakan  pada  pembuatan  minuman  diantaranya  adalah  ekstrak jeruk x dan ekstrak jeruk y.  Kedua ekstrak jeruk tersebut memiliki aroma dan rasa yang tajam, segar,
dan  relatif  disukai  serta  mampu  menutupi  off-odours,  sehingga  penambahan  yang  relatif  sedikit  dari kedua ekstrak jeruk tersebut dapat memberikan rasa dan aroma yang khas dalam memperbaiki citarasa
minuman.  Selain itu juga, ekstrak jeruk y dapat berfungsi sebagai masking agent yang baik dan dapat bersinergi  dengan  ekstrak  jeruk  x  dalam  memperbaiki  citarasa  minuman.    Kombinasi  kedua  ekstrak
jeruk  tersebut  digunakan  karena  masih  berkerabat  dekat  dengan  jeruk  lemon  Sarwono  1994. Penambahan  ekstrak  jeruk  lemon  ke  dalam  minuman  fungsional  berbasis  kumis  kucing  berkorelasi
positif dengan citarasa dan aktivitas antioksidan minuman Herold 2007. Kombinasi  antara  ekstrak  jeruk  y  dengan  bitter  blocker    dan  ekstrak  jeruk  x  dengan  bitter
blocker juga dilakukan dalam penelitian pendahuluan. Ekstrak jeruk y yang digunakan adalah Q g dan V  g  yang  dikombinasikan  dengan  bitter  blocker  I,  II,  III,  dan  IV  dalam  jumlah  Y  g  dalam  100  ml
minuman, sedangkan ekstrak jeruk x yang digunakan adalah V g yang dikombinasikan dengan bitter blocker I, II, III, dan IV dalam jumlah Y g dalam 100 ml minuman.  Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
hasil  pengujian  sebelumnya  yang  mengindikasikan  bahwa  ekstrak  jeruk  y  cenderung  dapat memperbaiki citarasa  minuman sedangkan ekstrak jeruk x cenderung dapat  memperbaiki  aroma dari
minuman.    Bitter  blocker  diharapkan  dapat  menutupi  rasa  pahit  dari  minuman  fungsional  berbasis kumis kucing sekaligus meningkatkan rasa yang disukai dari minuman Pszczola 2010.
Hasil  penilaian  sensori  secara  individu  menunjukkan  bahwa  penggunaan  bitter  blocker  I frutarom  cenderung  menghasilkan  karakteristik  minuman  yang  bercitarasa  pahit  rasa  jamu,  obat,
dll..    Penggunaan  bitter  blocker  II  flavor  enhancer  P:P  cenderung  menghasilkan  karakteristik minuman yang relatif enak, menguatkan citarasa jeruk, dan dapat menekan rasa pahit dari minuman.
Penggunaan bitter blocker III flavor enhancer cenderung menghasilkan karakteristik minuman yang relatif manis dan dapat menekan rasa pahit dari minuman jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk y,
namun jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk x menghasilkan karakteristik minuman yang relatif agak pahit.  Penggunaan bitter blocker IV lavarian cenderung menghasilkan karakteristik minuman
55
yang relatif didominasi rasa manis dan sedikit rasa pahit jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk y, namun jika dikombinasikan dengan ekstrak jeruk x menghasilkan karakteristik minuman yang relatif
sedikit pahit dan muncul rasa “semriwing” effect cooling. Hasil  yang  diperoleh  dari  penelitian  pendahuluan  selanjutnya  digunakan  untuk  memutuskan
jenis  perlakuan  yang  akan  digunakan.    Upaya  peningkatan  penerimaan  citarasa  minuman  berbasis kumis  kucing  dilakukan  dengan  menggunakan  kombinasi  ekstrak  jeruk  x,    jeruk  y,  dan  flavor
enhancer  jenis  dari  bitter  blocker  II  dan  III  dengan  jumlah  total  C  g  dalam  100  ml  minuman. Pertimbangan  perlakuan  yang  diberikan  tersebut  didasarkan  pada  kemampuan  untuk  memperbaiki
citarasa  minuman,  memperbaiki  aroma  minuman,  meningkatkan  rasa  manis,  menutupi  rasa  pahit jamu, mengurangi after taste jahe, meningkatkan rasa jeruk, dan menghasilkan citarasa yang relatif
disukai.  Selain itu juga, ekstrak jeruk yang ditambahkan ke dalam minuman dapat berfungsi sebagai asidulan alami.  Jumlah masing-masing komponen ditentukan berdasarkan rancangan percobaan hasil
keluaran Design Expert 7.0 ®.
4.2. PENELITIAN LANJUTAN 4.2.1.  Pemilihan  Formula  Minuman  yang  Memiliki  Citarasa  Paling  Disukai
dari Masing-masing Perlakuan
Tahap  pertama  yang  dilakukan  pada  penelitian  lanjutan  adalah  pembuatan  model  minuman sesuai  rancangan  percobaan  hasil  keluaran  Design  Expert  7.0  ®  dengan  variasi  komposisi  ekstrak
jeruk  yang  berbeda  dan  flavor  enhancer.    Piranti  lunak  Design  Expert  7.0  ®  D-optimal  digunakan sebagai  alat  bantu  utama  untuk  mendapatkan  rancangan  percobaan  agar  diperoleh  variasi  komposisi
ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer terhadap total ekstrak jeruk yang berbeda dan flavor enhancer  yang  digunakan  Anonim  2006.    Bahan  penyusun  minuman  lainnya  diasumsikan  sebagai
variabel tetap yang ditambahkan ke dalam minuman sehingga konsentrasi variabel tetap tersebut tidak dimasukkan  ke  dalam  rancangan  percobaan.    Variabel  tetap  adalah  komponen  yang  tidak  berubah
komposisinya  dalam  pembuatan  formula,  dalam  hal  ini  adalah  ekstrak  kumis  kucing,  ekstrak  jahe, ekstrak  secang,  ekstrak  temulawak,  larutan  stok  gula,  CMC,  natrium  benzoat,  dan  air.    Oleh  karena
itu,  variabel  uji  yang  dimasukkan  ke  dalam  piranti  lunak  Design  Expert  7.0  ®  berupa  konsentrasi ekstrak jeruk x, ekstrak jeruk y, dan  flavor enhancer flavor enhancer 1 atau flavor enhancer 2 yang
jumlah  totalnya  dalam    minuman  adalah  P  g    100  ml  minuman.    Batas  atas  dan  batas  bawah konsentrasi  ekstrak  jeruk  dan  flavor  enhancer  dirancang  dengan  rentang  yang  relatif  besar  agar
menghasilkan  respon  yang  berbeda  nyata  antar  model  formulanya.    Rentang  konsentrasi  masing- masing variabel uji berdasarkan hasil trial and error pada penelitian pendahuluan dapat dilihat pada
Tabel 6. Tabel 6. Kisaran konsentrasi masing-masing variabel uji
Komponen variable uji                                  Batas bawah g                                      Batas atas g Ekstrak jeruk x                                                            A                                                          D
Ekstrak jeruk y                                                            B                                                           E Flavor enhancer                                                          C                                                           F
Pembuatan  model  minuman  sesuai  rancangan  percobaan  hasil  keluaran  Design  Expert  7.0  ® dengan  variasi  komposisi  ekstrak  jeruk  yang  berbeda  dan  flavor  enhancer  kemudian  diuji  secara
hedonik  untuk  mendapatkan  skor  kesukaan  panelis  terhadap  aspek  citarasa  secara  overall.    Skor
56
kesukaan tersebut dinyatakan dalam skala hedonik, mulai dari skala 1 amat sangat tidak suka hingga skala  9  amat  sangat  suka.    Respon  citarasa  yang  diharapkan  adalah  semakin  mendekati  skor  9,
artinya  panelis  semakin  menyukai  formula  minuman  tersebut  dari  aspek  citarasa  secara  overall. Format lembar uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Rancangan percobaan hasil keluaran Design Expert 7.0 ® menghasilkan 12 variasi komposisi ekstrak  jeruk  yang  berbeda dan  flavor  enhancer  yang  digunakan  selanjutnya  disebut  12  model  atau
formula  minuman  dengan  dua  kali  pengulangan  pada  2  formula  minuman  yaitu  formula  ke-1= formula ke-4 dan formula ke-10= formula ke-14 di antara 12 formula yang ada  sehingga diperoleh
14 formula minuman untuk masing-masing flavor enhancer Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7.   Rancangan  percobaan  14  formula  minuman  dengan  variabel  respon  citarasa  perlakuan
minuman dengan menggunakan gula dan Na-benzoat serta  flavor enhancer 1 P:P per 100 ml minuman
Formula ke-
Jenis flavor enhancer
Jeruk x g
Jeruk y g Flavor
enhancer g Hasil uji hedonik
skala 1-9 1
Flavor enhancer 1
P:P 6.88
2 6.62
3 6.80
4 6.76
5 6.58
6 6.78
7 6.46
8 7.12
9 7.10
10 6.88
11 7.06
12 6.84
13 6.73
14 6.82
Keterangan semua angka disamarkan
Penyajian formula  minuman  pada penelitian ini dilakukan  secara bertahap.  Panelis diberikan tujuh  formula  minuman  pada  setiap  tahapnya  untuk  dinilai  tingkat  kesukaannya  terhadap  citarasa
minuman  secara  overall.    Penyajian  formula  minuman  pada  penelitaian  ini  dilakukan  sebanyak  7 tahap dengan jeda waktu sekitar 2-3 hari antar tiap tahapnya.
Tahap  kedua  yang  dilakukan  pada  penelitian  lanjutan  adalah  pemilihan  tiga  formula  terpilih berdasarkan  perlakuan  ekstrak  jeruk  yang  berbeda  dan  flavor  enhancer.      Flavor  enhancer  yang
digunakan  pada  perlakuan  yang  diberikan  ada  2  jenis,  yaitu  flavor  enhancer  1P:P  dan  flavor enhancer  2.    Hal  tersebut  menjadikan  total  formula  yang  didasarkan  perlakuan  flavor  enhancer
menjadi  28  formula  minuman  yang  akan  diuji  hedonik  satu  per  satu  untuk  memperoleh  data  tingkat kesukaan  panelis  terhadap  citarasa  minuman  secara  overall.    Formula  yang  dipilih  pada  tahap  ini
adalah 3 formula terpilih. Tiga  formula  terpilih  berdasarkan  perlakuan  ekstrak  jeruk  yang  berbeda  dan  flavor  enhancer
adalah  formula  dengan  ekstrak  jeruk  x  sejumlah  A  g,  ekstrak  jeruk  y  sejumlah  B  g,  dan  flavor
57
enhancer P:P sejumlah C g dalam 100 ml minuman; formula dengan ekstrak jeruk x sejumlah D g, ekstrak  jeruk  y  sejumlah  E  g,  dan  flavor  enhancer  P:P  sejumlah  F  g  dalam  100  ml  minuman;  dan
formula  dengan  ekstrak  jeruk  x  sejumlah  G  g,  ekstrak  jeruk  y  sejumlah  H  g,  dan  flavor  enhancer sejumlah  I  g  dalam  100  ml  minuman.  Dasar  pemilihan  formula  tersebut  berdasarkan  skor  kesukaan
yang dimiliki oleh ketiga formula tersebut.  Ketiga formula tersebut memiliki skor kesukaan citarasa antara suka dan sangat suka dengan skala hedonik secara berturut-turut 7.12, 7.10, dan 7.08 dari skala
9.00. Tabel 8.   Rancangan  percobaan  14  formula  minuman  dengan  variabel  respon  citarasa  perlakuan
minuman  dengan  menggunakan  gula  dan  Na-benzoat  serta    flavor  enhancer 2  per  100 ml minuman
Formula ke-
Jenis flavor enhancer
Jeruk x g
Jeruk y g Flavor
enhancer g Hasil uji hedonik
skala 1-9 1
flavor enhancer 2
6.94 2
7.08 3
7.06 4
6.76 5
6.92 6
6.78 7
6.50 8
6.86 9
6.49 10
6.16 11
6.16 12
6.59 13
6.67 14
6.80
Keterangan semua angka disamarkan
Dua  formula  di  antara  3  formula  terpilih  berasal  dari  formula  yang  menggunakan  flavor enhancer  1  P:P,  adapun  satu  formula  lainnya  berasal  dari  formula  yang  menggunakan  flavor
enhancer  2.  Kombinasi  penggunaan  flavor  enhancer  P:P  menghasilkan  citarasa  yang  lebih  baik dibandingkan dengan komponen tunggalnya Pszczola 2010.
Penggunaan gula, jenis pemanis, pengawet, dan non-pengawet berdasarkan studi literatur dapat mempengaruhi  penerimaan  panelis  terhadap  citarasa  minuman.    Hal  tersebut  dikarenakan  adanya
perbedaan  sifat  sensori  di  antara  senyawa-senyawa  tersebut  Wijaya    Mulyono  2010  dan  Kordial 2009.   Pemanis yang digunakan pada pada penelitian ini ada 2 jenis, yaitu pemanis 1 dan pemanis 2.
Pemanis 1 adalah sukralosa pemanis A sejumlah P g100 ml minuman.  Pemanis 2 adalah kombinasi antara sukralosa, aspartam, dan natrium  siklamat pemanis A sejumlah Q g, pemanis B sejumlah R g,
dan  pemanis  C  sejumlah  S  mg100  ml  minuman.    Takaran  pemanis  yang  digunakan  ditentukan berdasarkan  kesetaraaan  tingkat  kemanisan  dengan  gula  melalui  penilaian  sensori  secara  individu.
Pengawet yang digunakan pada penelitian ini adalah natirum benzoat dan kalium sorbat. Sukralosa,  aspartam,  dan  natrium  siklamat  termasuk  pemanis  berintensitas  tinggi  yang  boleh
digunakan  sebagai  BTP  dan  dapat  digunakan  pada  produk  minuman  CAC  2007  dan  SNI  2004.
58
Penggunaan kombinasi dari beberapa pemanis berfungsi untuk meningkatkan keamanan, kualitas, dan kestabilan rasa pada produk pangan Wijaya dan Mulyono  2010.  Sifat-sifat sensori dari 3 pemanis
tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.   Sifat-sifat sensori beberapa pemanis berintensitas tinggi dibandingkan dengan sukrosa dan
batas penggunaannya Pemanis
Kelarutan dan
kestabilan dalam air
Tingkat kemani
san Kualitas kemanisan
CAC 2007 SNI 2004
Sukrosa Sukralosa
Aspartam
Na- siklamat
Baik Sangat baik
Sedang Sangat baik
1 400-800
160-200 30-140
Tidak ada after taste Seperti sukrosa
After taste manis Bau kimia,
tidak ada after taste -
120-5000 mgkg 300-5000 mgkg
250-3000 mgkg CPPB
150-5000 mgkg 300-1000 mgkg
100-3000 mgkg
Sumber: de Cock  Bechert 2002, CAC 2007, dan SNI 2004
Pengujian  terhadap  tiga  formula  terpilih  dilakukan  kembali  dengan  menggunakan  variasi perlakuan  jenis  pemanis  gula,  pemanis  1  atau  pemanis  2  dan  pengawet  natrium  benzoat,  kalium
sorbat,  dan  perlakuan  tanpa  pengawet  dapat  dilihat  pada  Lampiran  16.    Formula  diujikan  secara bertahap.  Setiap tahap pengujian disajikan 7 sampel formula minuman.  Pemanis buatan pemanis 1
dan pemanis 2 yang memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa digunakan agar  penderita  diabetes  dapat  mengonsumsinya  dan  produsen  dapat  mengurangi  biaya  produksi
Kemp dan Schweppes 2006. Tabel 10. Perlakuan kombinasi gula, pengawet, dan non pengawet
Perlakuan Hasil uji hedonik skala 1-9
Gula dan tanpa pengawet Formula 1
Formula 2 Formula 3
Gula dan natrium benzoat Formula 1
Formula 2 Formula 3
Gula dan kalium sorbat Formula 1
Formula 2 Formula 3
7.42 7.20
7.26 7.12
7.10 7.08
6.86 6.98
6.86
Keterangan: Formula  1  :  formula  minuman  dengan  penambahan  ekstrak  jeruk  x  A  g,  ekstrak  jeruk  y  B  g,  dan  flavor
enhancer 1P:P C g dalam 100 ml minuman. Formula  2  :  formula  minuman  dengan  penambahan  ekstrak  jeruk  x  D  g,  ekstrak  jeruk  y  E  g,  dan  flavor
enhancer 1P:P F g dalam 100 ml minuman. Formula  3  :  formula  minuman  dengan  penambahan  ekstrak  jeruk  x  G  g,  ekstrak  jeruk  y  H  g,  dan  flavor
enhancer 2 I g dalam 100 ml minuman.
59
Penggunaan  pengawet  dan  non-pengawet  pada  penelitian  ini  perlu  diperhatikan  karena keduanya  dapat  mempengaruhi  skor  kesukaan  panelis  terhadap  citarasa  minuman.    Minuman  yang
tidak  ditambah  bahan  pengawet,  ditambah  natrium  benzoat,  dan  ditambah  kalium  sorbat  masih memenuhi syarat mutu mikrobiologi minuman setelah penyimpanan selama 12 minggu menurut SNI
01-3719-1995 Kordial 2009. Tahap  ketiga  dari  penelitian  lanjutan  adalah  pemilihan  formula  terpilih  dari  penggunaan
kombinasi  gula,  pengawet  natrium  benzoat    kalium  sorbat,  dan  non-pengawet  menggunakan  tiga formula terpilih pada tahap kedua.  Perlakuan yang diberikan ada 3 macam , yaitu perlakuan gula
natium  benzoat,  gula    kalium  sorbat,  dan  gula    non-pengawet.    Hasil  yang  diperoleh  adalah  9 formula  minuman.    Formula  yang  dipilih  adalah  formula  terpilih  dari  masing-masing  perlakuan
dengan  syarat  memiliki  nilai  kesukaan    ≥  6.60  dari  skala  9.00  dengan  menggunakan  panelis  yang sama  dengan  panelis  pada  uji  hedonik  tahap  kedua.    Perlakuan  kombinasi  gula,  pengawet,  dan  non-
pengawet dapat dilihat pada Tabel 10. Minuman  yang  diberikan  perlakuan  gula  dan  kalium  sorbat  memiliki  tingkat  kesukaan  yang
lebih rendah dibandingkan dengan minuman yang diberikan perlakuan gula  non-pengawet dan gula natrium  benzoat.    Hasil  tersebut  digunakan  sebagai  dasar  pertimbangan  tidak  dilakukannya
perlakuan pemanis pemanis 1 atau pemanis 2 dengan kalium sorbat. Tabel 11. Perlakuan kombinasi pemanis, pengawet natrium benzoat, dan non pengawet
Perlakuan Hasil uji hedonik skala 1-9
Pemanis 1 dan tanpa pengawet Formula 1
Formula 2 Formula 3
Pemanis 2 dan tanpa pengawet Formula 1
Formula 2 Formula 3
Pemanis 1 dan natrium benzoat Formula 1
Formula 2 Formula 3
Pemanis 2 dan natrium benzoat Formula 1
Formula 2 Formula 3
6.86 6.68
6.78 6.58
6.78 6.68
6.82 6.54
6.62 6.52
6.56 6.58
Keterangan: Pemanis 1 :    pemanis A sejumlah P g100 ml minuman.
Pemanis 2 :   pemanis  A  sejumlah  Q  g,  pemanis  B  sejumlah  R  g,  dan  pemanis  C  sejumlah  S  mg100  ml minuman.
Tahap  keempat  dari  penelitian  lanjutan  adalah  pemilihan  formula  terpilih  dari  penggunaan kombinasi pemanis pemanis 1 atau pemanis 2, pengawet natrium benzoat, dan non-pengawet hasil
dengan menggunakan tiga formula terpilih pada tahap kedua.  Perlakuan yang diberikan ada 4 macam, yaitu  perlakuan  pemanis  1    natium  benzoat,  pemanis  2    natium  benzoat,  pemanis  1    non-
pengawet,  dan  pemanis Formula  yang  dipilih  ada
nilai kesukaan ≥ 6.60 dari hedonik  tahap  kedua  da
pengawet, dan non-pengaw Pemilihan  formula
kesukaan lebih dari sama Kordial  2009  hanya  dip
7.00.    Formula  minuman pengawet  selanjutnya  di
perlakuan yang berbeda. menggunakan ANOVA.
Keterangan:   huruf  yang  sa perlakuan  yang
dikatakan  terja 2009
GT1:  minuman GN1:  minuman
GK2:  minuman P1T1:minuman
P2T2: minuman P1N1:minuman
Gambar 5.  Hasil  analisis gula,  pemani
sama dengan Hasil  pengujian  m
mengonsumsi  minuman menerima  produk  tersebu
suka dan amat sangat suka Faktor perlakuan y
panelis terhadap enam for ragam  ANOVA.  Tingk
natrium  benzoat,  dan  for 7.42 b
6.20 6.40
6.60 6.80
7.00 7.20
7.40 7.60
GT1 N
il ai
k e
su k
aan
s  2    non-pengawet.    Hasil  yang  diperoleh  adalah dalah  formula  terpilih  dari  masing-masing  perlakuan  d
ari skala 9.00 dengan menggunakan panelis yang sama d dan  ketiga.    Perlakuan  kombinasi  pemanis  pemani
gawet dapat dilihat pada Tabel 11. ula  terpilih  dari  masing-masing  perlakuan  mengguna
a dengan 6.6.  Hal tersebut dikarenakan pada penelitia iperoleh  tingkat  kesukaan  terhadap  citarasa  minuman  s
an  terpilih  dari  masing-masing  perlakuan  gula,  peman disajikan  menjadi  satu  sehingga  diperoleh  6  form
.  Enam formula minuman tersebut kemudian dianalisis . Gambar 5.
sama  menunjukkan  tidak  berbeda  nyata  dan  warna  yan ng  berbeda;  garis  pada  gambar  adalah  batas  minimum  yang
rjadi  peningkatan  penerimaan  citarasa  dari  formula  minum an yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1
an yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 an yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2
an yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formu an yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formu
an yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan form
sis  ANOVA  enam  formula  minuman  terpilih  dari  ma nis,  pengawet,  dan  non  pengawet  yang  memiliki  nila
n 6.6. menunjukkan  di  antara  50  panelis  terdapat  3  pane
n  jahe  atau  minuman  berbasis  rempah  lainnya  dik but.    Meskipun  demikian  tiga  panelis  tersebut  membe
ka di antara enam formula minuman terpilih. yang diberikan pada minuman berpengaruh nyata terh
formula minuman terpilih pada taraf signifikasi 5 ber gkat  kesukaan  panelis  terhadap  minuman  yang  men
formula  1  tidak  berbeda  nyata  dengan  minuman  yan b
7.12 ab 6.98 a
6.86 a 6.78
GN1 GK2
P1T1 P2T
Formula minuman terpilih
60
h  12  formula  minuman. dengan  syarat  memiliki
a dengan panelis pada uji nis  1  atau  pemanis  2,
nakan  persyaratan  nilai itian yang dilakukan oleh
n  sebesar  5.57  dari  skala anis,  pengawet,  dan  non
rmula  minuman  dengan sis secara statistik dengan
ang  berbeda  menunjukkan ng  harus  dicapai  agar  dapat
uman  sebelumnya  Kordial
ula 1 ula 2
mula 1
asing-masing  perlakuan ilai  kesukaan  lebih  atau
nelis  yang  tidak  pernah dikarenakan  tidak  dapat
berikan  penilaian  antara erhadap tingkat kesukaan
erdasarkan hasil analisis enggunakan  pemanis  1,
ang  menggunakan  gula, 78 a
6.82 a
T2 P1N1
61
natrium  benzoat,  dan  formula  1;  minuman  yang  menggunakan  gula,  kalium  sorbat,  dan  formula  2; minuman  yang  menggunakan  pemanis  1,  tanpa  pengawet,  dan  formula  1;  dan  minuman  yang
menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2. Tingkat kesukaan minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 berbeda
nyata  dengan  minuman  yang  menggunakan  gula,  kalium  sorbat,  dan  formula  2;  minuman  yang menggunakan  pemanis  1,  tanpa  pengawet,  dan  formula  1;  minuman  yang  menggunakan  pemanis  2,
tanpa  pengawet,  dan  formula  2;  dan  minuman  yang  menggunakan  pemanis  1,  natrium  benzoat,  dan formula  1,  namun  tidak  berbeda  nyata  dengan  minuman  yang  menggunakan  gula,  natrium  benzoat,
dan  formula  1.    Formula  minuman  akan  semakin  disukai  jika  nilai  kesukaannya  semakin  tinggi Setyaningsih  et  al.  2010.    Minuman  yang  menggunakan  gula,  tanpa  pengawet,  dan  formula  1
mempunyai nilai kesukaan yang paling tinggi 7.42 sehingga minuman tersebut merupakan minuman dengan tingkat penerimaan citarasa yang paling tinggi. Hasil analisis ragam dan uji Duncan terhadap
nilai  kesukaan  enam  formula  minuman  terpilih  dari  masing-masing  perlakuan  dapat  dilihat  pada Lampiran 12.
4.2.2. Nilai pH Formula Minuman Terpilih
Nilai  pH  menyatakan  tingkat  keasaman  suatu  bahan  pangan.    Nilai  pH  merupakan  parameter yang  penting  untuk  diketahui  di  dalam  pengolahan  maupun  pengawetan  bahan  makanan.    Nilai  pH
enam  formula  minuman  terpilih  dari  masing-masing  perlakuan  diukur  untuk  mengetahui  tingkat keamanan  minuman  dan  kesesuaian  pengawet  yang  digunakan  pada  minuman.    Nilai  pH  yang
diharapkan adalah kurang dari 4.5.  Hal tersebut dikarenakan  pada nilai pH di atas 4.5 - 4.6 bakteri pembusuk  anaerobik  dan  pembentuk  spora  yang  bersifat  patogen  Clostridium  botulinum  dapat
tumbuh  Buckle  et  al.  1987.    Ekstrak  jeruk  dapat  menurunkan  nilai  pH  karena  mengandung  asam organik  khususnya  asam  sitrat  Vandercook  1977.    Nilai  pH    enam  formula  minuman  terpilih  dari
masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6.
Keterangan:   huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata GT1:   minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1
GN1:   minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2:   minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2
P1T1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2:  minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2
P1N1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1
Gambar 6. pH minuman formula terpilih 3
3.1 3.2
3.3 3.4
3.5 3.6
3.7
611 138
792 691
714 585
p H
m in
u m
an
Kode Minuman
3.33 a 3.55 d
3.55 d 3.37 b
3.57 e 3.41 c
GT1 GN1
GK2 P1T1
P2T2 P1N1
62
4.2.3.  Pengukuran  Aktivitas  Antioksidan  dan  Inhibisi
αααα
-amilase  Formula Minuman Terpilih
Klaim fungsional produk minuman ini berdasarkan aktivitas antioksidannya Herold 2007 dan Kordial 2009.  Pengukuran aktivitas antioksidan dari enam formula minuman terpilih perlu dilakukan
untuk  mengetahui  nilai  aktivitas  antioksidannya.    Aktivitas  antioksidan  pada  minuman  herbal disebabkan adanya kandungan flavonoid Fuhrman dan Aviram 2002.  Senyawa flavonoid ini banyak
terdapat  dalam  tanaman  dalam  hal  ini  tanaman  kumis  kucing,  mengingat  ekstrak  kumis  kucing merupakan  ingridien  terbanyak  dalam  campuran  rempah  yang  terdapat  dalam  minuman  Mahendra
2005. Antioksidan  adalah  zat  yang  memilki  kemampuan  untuk  memperlambat  oksidasi  substrat
dengan  cara  menghambat  tahap  inisiasi  atau  propagasi  dari  reaksi  rantai  oksidasi  yang  diakibatkan oleh  radikal  bebas.    Antioksidan  diperlukan  tubuh  untuk  menangkal  radikal  bebas  yang  berpotensi
mengganggu kesehatan manusia Azlim et al. 2010.  Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang  sangat  tidak  stabil  karena  memiliki  satu  atau  lebih  elektron  yang  tidak  berpasangan.    Radikal
bebas berbahaya bagi tubuh karena sangat reaktif mencari pasangan elektronnya.  Radikal bebas yang terbentuk  dalam  tubuh  akan  mengalami  reaksi  berantai  dan  menghasilkan  radikal  bebas  baru  yang
jumlahnya  terus  bertambah.    Radikal  bebas  tersebut  selanjutnya  akan  menyerang  sel-sel  tubuh sehingga  akan  terjadi  kerusakan  jaringan  yang  akan  mempercepat  proses  penuaan  Winarno  dan
Kartawidjajaputra 2007. Senyawa-senyawa  yang  berfungsi  sebagai  antioksidan  antara  lain:  vitamin  C,  vitamin  E,
betakaroten,  selenium,  pigmen  likopen  pada  tomat,  flavonoid,  dan  klorofil,  dan  enzim  Glutation peroksida, koenzim Q-10.  Senyawa-senyawa flavonoid tersebut merupakan antioksidan yang sangat
potensial.    Flavonoid  memiliki  gugus  ortho-dihidroksilasi  yang  terletak  pada  cincin  β  yang  dapat meningkatkan  stabilitas  terhadap  bentuk  radikal  serta  berpartisipasi  terhadap  delokalisasi  elektron.
Flavonoid  juga  memiliki  gugus  keto  pada  cincin  C  dan  gugus  hidroksil  pada  cincin  A    C  yang berperan dalam penangkapan radikal bebas secara maksimal Fuhrman dan Aviram 2002.
Antioksidan  alami  yang  berasal  dari  rempah-rempah  sangat  ideal  digunakan  pada  produk pangan  fungsional.    Masyarakat  meyakini  produk-produk  yang  bersifat  alami  lebih  sehat
dibandingkan    dengan  produk-produk  yang  bersifat  sintetis  sehingga  produk-produk  tersebut  lebih diterima oleh konsumen Azlim et al. 2010.  Minuman fungsional berbasis kumis kucing terbuat dari
herbal dan rempah-rempah alami.  Herbal dan rempah-rempah  merupakan sumber antioksidan alami yang sangat baik karena kaya dengan komponen fenol Zheng dan Wang 2001.
Pengukuran  aktivitas  antioksidan  enam  formula  minuman  terpilih  dilakukan  dengan  metode penangkapan radikal bebas stabil DPPH.  DPPH 1,1-diphenyl-2-picrylhydraziyl adalah suatu radikal
bebas  stabil  yang  dapat  bereaksi  dengan  radikal  lain  membentuk  suatu  senyawa  stabil.    DPPH bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi yang
stabil  DPP  Hidrazin  Molyneux  2004.    Asam  askorbat  digunakan  sebagai  standar  pengukuran aktivitas antioksidan sehingga hasil pengukuran aktivitas antioksidan sampel dinyatakan dalam AEAC
Ascorbic  acid  Equivalent  Antioxidant  Capacity.    Prinsip  pengukuran  aktivitas  antioksidan  metode DPPH  menggunakan  prinsip  spektrofotometri  dengan
λ =  520  nm.    Metode  DPPH  dapat  mengukur
aktivitas  antioksidan  semua  jenis  substrat  dalam  sampel,  baik  yang  bersifat  hidrofilik  maupun lipofilik.  Oleh karena itu, hasil pengukuran yang diperoleh diharapkan dapat lebih baik dibandingkan
dengan metode pengukuran aktivitas antioksidan lainnya Vankar et al. 2006. Perlakuan  pada  enam  formula  minuman  terpilih  berpengaruh  nyata  terhadap  aktivitas
antioksidan  minuman  pada  taraf  signifikasi  5.    Hasil  analisis  ragam  ANOVA  nilai  aktivitas
63
antioksidan  enam  formula  minuman  terpilih  dari  masing-masing  perlakuan  dapat  dilihat  pada Lampiran  17.    Aktivitas  antioksidan  minuman  yang  menggunakan  pemanis  2,  tanpa  pengawet,  dan
formula 2  memiliki nilai  tertinggi,  yaitu sebesar 727 ppm  AEAC.    Aktivitas antioksidan antar enam formula minuman terpilih berbeda nyata pada taraf
α 0.05 Gambar 7.
Penderita diabetes mellitus diperkirakan berjumlah sekitar 170 juta orang di seluruh dunia dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 366 juta orang.  Penyakit diabetes mellitus dalam jangka
waktu lama dapat mengganggu fungsi organ tubuh lainnya WHO 1999 dan 2003.  Penyakit diabetes mellitus DM dibagi menjadi dua, yaitu: diabetes mellitus tipe 1 DM 1 dan diabetes mellitus tipe 2
DM  2.    DM  1  adalah  diabetes  yang  terjadi  akibat  tubuh  kekurangan  insulin  atau  menghasilkan sedikit  insulin  atau  sama  sekali  tidak  menghasilkan  insulin.    Hal  tersebut  dapat  disebabkan  oleh
patogen  yang  merusak  sel  β    pankreas.    DM  2  adalah  diabetes  yang  diakibatkan  insulin  yang sekresinya menurun atau insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik.  Hal tersebut disebabkan
oleh reseptor insulin  yang berkurang atau strukturnya berubah, sehingga  hanya sedikit  glukosa  yang berhasil  masuk  ke  dalam  sel  Stumvoll  et  al.  diacu  dalam  Suarsana  2009.    Penanggulangan  DM  1
adalah  dengan  memasukkan  insulin  ke  dalam  tubuh.    Penanggulangan  DM  2  diantaranya  dengan menghambat pemecahan oligoskarida dan disakarida menjadi monosakarida dalam tubuh Groop et al.
1997 dan Perfetti 1998.
Keterangan: huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata GT1:   minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1
GN1:   minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2:   minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2
P1T1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2:  minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2
P1N1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1
Gambar 7. Grafik aktivitas antioksidan dari enam formula minuman terpilih Tanaman  obat  dan  ekstrak  herbal  dapat  menghambat  aktivitas  enzim
α -amilase  dan
α -
glukosidase  Mccue  dan  Shetty  2004.  Daun  kumis  kucing  yang  dikombinasikan  dengan  daun sambiloto  dapat  menurunkan  kadar  glukosa  darah  kelinci  lebih  besar  dibandingkan  dengan  daun
sambiloto  saja  Minggawati  1990.  Daun  kumis  kucing  dapat  mempercepat  keluarnya  glukosa  dari sirkulasi  darah  karena  kumis  kucing  mengandung  garam  kalium  sebagai  komponen  diuretik  yang
dapat mempercepat filtrasi dan ekskresi ginjal.  Hal tersebut dapat meningkatkan produksi urin yang 606 b
414 a 685 c
679 c 727 c
658 bc
0.000 100.000
200.000 300.000
400.000 500.000
600.000 700.000
800.000 900.000
GT1 GN1
GK2 P1T1
P2T2 P1N1
A k
ti v
it as
A n
ti o
k si
d an
p p
m A
E A
C
Kode Minuman
64
berakibat pada penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan regenerasi reseptor insulin Yoon dan Jun 1998.
Aktivitas antidiabetes minuman diukur dengan metode inhibisi α
-amilase.  Metode inhibisi α
- amilase  dapat  menggambarkan  aktivitas  antidiabetes  sampel  dengan  biaya  yang  relatif  ekonomis
Funke dan Melzig 2006.  Prinsip inhibisi α
-amilase adalah dengan mencegah pecahnya pati menjadi glukosa.    Glukosa  yang  dihasilkan  dari  pemecahan  pati  jika  berkurang  akan  glukosa  dalam  darah
berkurang.   Hal tersebut dikarenakan  glukosa  yang  melewati  membran usus  menuju ke  dalam darah menjadi berkurang.
Inhibitor α
-amilase yang baik dengan inhibisi di atas 50  dan tergolong senyawa flavonoid adalah  astragalin,  isorhamnetin  3-O-rutinoside,  kaemferol-3-O-[6”-O-3-hidroksi-3-metilguaroil
glukosida],  hiperin,  luteolin,  linocerin,  rhoifolin,  luteolin  7-O-glukosida,  dan  daidzein.    Inhibitor α
- amilase  yang  kurang  baik  dan  tergolong  senyawa  flavonoid  adalah  rutin,  quercitin,  bilobetin,
genistein, dan genistin Kim et al. 2000. Pengukuran  inhibisi
α -amilase  pada  penelitian  ini  hanya  menggunakan  konsentrasi  minuman
1x.    Hal  tersebut  dilakukan  karena  hanya  ingin  melihat  pengaruh  dari  perubahan  formula  terhadap aktivitas antidiabetes.  Perubahan formula yang dilakukan mengakibatkan perubahan persentase relatif
aktivitas antidiabetes minuman.  Persentase inhibisi α
-amilase relatif formula minuman konsentrasi 1 x dengan faktor koreksi gula dapat dilihat pada Gambar 8.
Keterangan: GT1:   minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1
GN1:   minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2:   minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2
P1T1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2:  minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2
P1N1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1
Gambar 8. Grafik persentase inhibisi
α -amilase relatif formula  minuman terpilih pada konsentrasi
1 x dengan faktor koreksi gula pada minuman yang mengandung gula Persentase inhibisi relatif keenam formula minuman terpilih diperoleh dengan membandingkan
kemampuan  inhibisinya  dengan  kemampuan  inhibisi  minuman  standar  Kordial  2009.    Minuman yang  menggunakan  pemanis  1  memilki  persentase  inhibisi  relatif    yang  paling  besar  di  antara  enam
formula  minuman  terpilih,  yaitu  sebesar  56  .    Perlakuan  yang  diberikan  pada  enam  formula minuman  terpilih  tidak  berpengaruh  nyata  terhadap  persentase  inhibisi  relatif  minuman  pada  taraf
α 0.05.
25 31
19 20
56 45
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
GT1 GN1
GK2 P1T1
P2T2 P1N1
i n
h ib
is i
re lat
if
Kode minuman
65
Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Diana 2010 yang menunjukkan persen inhibisi minuman  standar  konsentrasi  1  x  bernilai  negatif  -5.91.    Hal  tersebut  dikarenakan  adanya
perbedaan perlakuan persiapan sampel minuman.  Persiapan sampel minuman yang dilakukan Diana 2010  adalah  dengan  melakukan    freeze  drying  pada  masing-masing  ingridien  minuman.      Hasil
freeze drying tersebut kemudian dicampurkan dengan proporsi tertentu dalam air destilata.  Persiapan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan membuat minuman fungsional kumis kucing
dari ekstrak masing-masing ingridien tanpa pemekatan. Enam  formula  minuman  terpilih  memiliki  kemampuan  inhibisi
α -amilase  relatif  yang  lebih
kecil dibandingkan dengan formula minuman standar.  Hal tersebut mungkin disebabkan oleh jumlah ekstrak  jeruk  y  yang  digunakan  pada  formula  standar  lebih  banyak  dibandingkan  dengan  jumlah
ekstrak  jeruk  y  pada  6  formula  minuman  terpilih.    Diana  2010  menyatakan  bahwa  ingridien minuman  yang  berperan  dalam  inhibisi
α -amilase  minuman  adalah  ekstrak  jeruk  y  IC
50
=  15.08 mgml  yang  memiliki  komponen  aktif  rutin,  sedangkan  ingridien  lain  seperti  kumis  kucing,  kayu
secang, dan jahe gajah tidak mempunyai kemampuan inhibisi α
-amilase.  Jahe gajah justru memiliki potensi dalam mengaktivasi enzim
α -amilase.
Perlakuan  minuman  yang  menggunakan  pemanis  1,  tanpa  pengawet,  dan  formula  1  memiliki persentase  inhibisi  relatif  yang  lebih  kecil  dibandingkan  dengan  perlakuan  minuman  yang
menggunakan gula.  Selain itu, persentase inhibisi α
-amilase yang diperoleh masih memiliki sebaran nilai  yang  bias  Lampiran  18.    Hal  tersebut  mungkin  disebabkan  pengujian  inhibisi
α -amilase  pada
sampel  yang  berbeda  dilakukan  pada  hari  yang  berbeda  sehingga  relatif  sulit  untuk  mendapatkan kondisi  lingkungan  pengujian  yang  sama.    Oleh  karena  itu,  pengujian  inhibisi
α -amilase  sebaiknya
dilakukan pada kondisi lingkungan suhu yang terkontrol. Pengujian antidiabetes melalui penelitian penyerapan glukosa pada sel diafragma mencit yang
dilakukan  oleh  peneliti  lainnya  juga  menunjukkan  minuman  standar  memiliki  penyerapan  glukosa yang lebih besar dibandingkan  dengan minuman yang  menggunakan pemanis, natrium benzoat, dan
formula 1.
4.2.4 Pemilihan Perlakuan Terbaik
Setyaningsih  et  al.  2010  menyatakan  metode  perbandingan  eksponensial  merupakan  salah satu  teknik  pengambilan  keputusan  untuk  menentukan  peringkat  dari  beberapa  alternatif  keputusan
berdasarkan  beberapa  kriteria  keputusan.    Asumsi  dasar  yang  digunakan  dalam  MPE  adalah pengambil  keputusan  harus  mampu  menentukan  tingkat  nilai  kriteria  keputusan  dan  tingkat  nilai
alternatif  keputusan  terhadap  setiap  kriteria  keputusan,  yang  merupakan  penilaian  subjektif berdasarkan  intuisi,  data  riset,  observasi,  wawancara,  atau  pengetahuan  umum  mengenai  kriteria
tersebut.  Tahap-tahap penerapan MPE adalah sebagai berikut: a. penentuan alternatif-alternatif keputusan;
b. penentuan kriteria-kriteria penilaian alternatif; c. penentuan  tingkat nilai rating setiap kriteria keputusan;
d. penentuan tingkat nilai setiap alternatif keputusan terhadap setiap kriteria keputusan; e. penghitungan skor total setiap alternatif keputusan;
f. pembuatan peringkat alternatif keputusan. Pemilihan  perlakuan  terbaik  diperoleh  dari  hasil  pembobotan  secara  subjektif.    Setiap
parameter diberikan nilai dari skala 1 sampai 5 berdasarkan tingkat kepentingannya untuk menentukan perlakuan terbaik.  Nilai 5 diberikan jika parameter pengujian tersebut dianggap sangat penting, 4 jika
penting,  3  jika  biasa,  2  jika  tidak  penting,  dan  1  jika  sangat  tidak  penting.    Nilai  kepentingan
66
kemudian dibobotkan ke dalam persen Ginting 2004. Nilai kepentingan setiap parameter ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Nilai  hasil  analisa  dari  setiap  parameter  pengujian  kemudian  dirata-rata  dan  diurutkan berdasarkan rangking terbaik.  Peringkat terbaik diberi nilai 6, terbaik kedua  5, terbaik ketiga 4, dan
seterusnya  hingga  peringkat  yang  paling  rendah  diberi  nilai  1.    Nilai  peringkat  diberikan  karena pembobotan  tidak  dapat  dilakukan  hanya  dengan  mengalikan  nilai  analisa  dan  bobot.    Nilai  analisa
yang semakin besar maka nilai peringkatnya akan semakain tinggi. Nilai  total  akhir  diperoleh  dari  akumulasi  perkalian  antara  nilai  peringkat  dikalikan  dengan
bobot setiap parameter pengujian.  Nilai total kemudian diranking hingga diperoleh perlakuan terbaik. Tabel perhitungan penentuan perlakuan terbaik dengan cara pembobotan dapat dilihat pada Lampiran
22. \Tabel 12. Penilaian kepentingan karakteristik minuman fungsional berbasis kumis kucing.
Parameter Dasar Pertimbangan Kepentingan
Nilai N Bobot
W Kesukaan
terhadap citarasa
Kesukaan  terhadap  citarasa  merupakan  parameter organoleptik yang sangat penting dalam minuman.
5 0.63
Aktivitas antioksidan
Aktivitas antioksidan merupakan salah satu daya tawar minuman  fungsional,  namun  umumnya  produk
minuman yang ada di pasaran sudah menawarkan nilai fungsional tersebut.
3 0.37
TOTAL 8
1.00 .
Minuman dengan perlakuan gula, tanpa pengawet, dan formula 1 GT1 merupakan minuman formula terbaik dari hasil pembobotan secara subjektif.
Tabel 13. Skor hasil pembobotan produk dari enam formula terpilih. Ranking
Perlakuan Skor
Rata-rata 1
2 3
4 5
6 GT1
GK2 GN1
P1T1 P2T2
P1N1 4.52
4.37 3.52
3.37 2.85
2.37 2.26
2.18 1.76
1.68 1.42
1.18
Keterangan: GT1:   minuman yang menggunakan gula, tanpa pengawet, dan formula 1
GN1:   minuman yang menggunakan gula, natrium benzoat, dan formula 1 GK2:   minuman yang menggunakan gula, kalium sorbat, dan formula 2
P1T1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, tanpa pengawet, dan formula 1 P2T2:  minuman yang menggunakan pemanis 2, tanpa pengawet, dan formula 2
P1N1:  minuman yang menggunakan pemanis 1, natrium benzoat, dan formula 1
67
V. KESIMPULAN DAN SARAN