21
2.3. UJI AFEKSI DAN UJI KESUKAAN UJI HEDONIK
Uji  afeksi  adalah  uji  yang  digunakan  untuk  mengukur  sikap  subjektif  konsumen  terhadap produk  berdasarkan  sifat-sifat  sensori.    Hasil  yang  diperoleh  adalah  penerimaan  diterima  atau
ditolak,  kesukaan  tingkat  suka  atau  tidak  suka,  dan  pilihan  pilih  satu  dari  yang  lain  terhadap produk Meilgaard 1999.  Preferensi atau pilihan pada uji afeksi tidak sama dengan penerimaan, bisa
jadi  panelis  lebih  memilih  contoh  A  dibanding  contoh  B,  akan  tetapi  kedua  contoh  tidak  dapat diterima.
Metode  yang  digunakan  dalam  penyajian  contoh  pada  uji  afeksi  ada  tiga.  yaitu:  monadic, sequential  monadic,  dan  penyajian  berpasangan  paired  presentation.    Pemyajian    monadic  adalah
penyajian  semua  contoh  dalam  satu  waktu.    Penyajian  sequential  monadic  adalah   penyajian  contoh dalam  beberapa  rangkaian  untuk  diujikan  pada  waktu  yang  sama.    Penyajian  berpasangan  adalah
penyajian  sebanyak  dua  buah  atau  satu  pasang  pada  satu  waktu  yang  sama  Lawless  dan  Heymann 1999.
Tujuan utama uji afeksi adalah untuk mengetahui respon individu berupa penerimaan ataupun kesukaan  dari  konsumen  terhadap  produk  yang  sudah  ada,  produk  yang  baru,  ataupun  karakteristik
khusus dari produk yang diuji Meilgaard 1999. Uji  afeksi  menurut  Setyaningsih  et  al.  2010  dapat  bersifat  kualitatif  dan  kuantitatif.    Uji
afeksi kualitatif digunakan untuk mengukur respon subjektif dari sebuah contoh oleh konsumen sesuai karakteristik  sensori  produk  melalui  sebuah  wawancara  atau  diskusi  kelompok.    Moderator  atau
pewawancara  pada  uji  kualitatif  akan  berinteraksi  secara  langsung  dengan  konsumen  panelis, sehingga  moderator  atau  pewawancara  harus  mengetahui  cara  atau  metode  investigasi,  teknik  untuk
tampil netral, cara meringkas serta melaporkan secara jelas, dan memiliki keahlian menjaga kelompok diskusi agar tetap dinamis.  Metode kualitatif dapat diaplikasikan pada beberapa situasi berikut:
a.   situasi  untuk  mengetahui  dan  memahami  kebutuhan  konsumen  yang  tidak  dapat  diekspresikan contoh: Alasan seseorang membeli susu berkalsium tinggi padahal menu sehari-hari sudah cukup
memenuhi  kebutuhan  kalsium.    Metode  ini  berguna  untuk  mengidetifikasi  kecenderungan  atau tren perilaku konsumen dan produk yang digunakan.
b.   situasi untuk  memperkirakan  respon awal  konsumen terhadap konsep atau prototipe produk.  Uji kualitatif  memungkinkan  konsumen  untuk  berdiskusi  secara  terbuka  mengenai  konsep  atau
prototipe  produk  ketika  pembuat  produk  ingin  mengetahui  penerimaan  konsumen  terhadap konsepnya.    Hasil  yang  diperoleh  dapat  membantu  peneliti  untuk  memahami  reaksi  awal
konsumen  terhadap  konsep  atau  prototipe  produk,  sehingga  dimungkinkan  untuk  langsung dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada titik ini.
c.   situasi  untuk  mengajarkan  konsumen  untuk  mendeskripsikan  atribut  sensori  baik  itu  konsep, prototipe,  ataupun  produk  komersial.    Konsumen  mendiskusikan  atribut  produk  secara  terbuka
menggunakan bahasa mereka sendiri pada uji kualitatif. d.  situasi  untuk  mengajarkan  mengenai  perilaku  konsumen  berkenaan  dengan  produk.    Pembuat
produk  dapat  mengetahui  keputusan  penggunaan  produk  oleh  konsumen  dan  respon  konsumen terhadap cara pemakaian produk.
Uji  afeksi  kuantitatif  berguna  untuk  mengetahui  respon  konsumen  dalam  sebuah  kelompok besar  50  sampai  beberapa  ratus  orang  dengan  pertanyaan  mengenai  penerimaan,  kesukaan,  atribut
sensori,  dan  lain-lain  Carpenter  et  al.  2000.    Metode  afeksi  kuantitatif  dapat  diaplikasikan  pada beberapa situasi berikut:
a.   situasi  untuk  mengetahui  penerimaan  atau  kesukaan  produk  dengan  melibatkan  panelis  yang merupakan konsumen yang mewakili populasi pengguna produk.
22
b.  situasi untuk mengetahui panerimaan atau kesukaan panelis terhadap karakteristik sensori produk seperti aroma, flavor, tekstur, penampilan, dan lain-lain.  Karakter produk dipelajari agar diperoleh
informasi  mengenai  faktor  yang  mempengaruhi  penerimaan  atau  kesukaan  konsumen  secara keseluruhan.
c.   situasi  untuk  mengukur  respon  konsumen  terhadap  atribut  sensori  tertentu  yang  spesifik  dari produk  dengan  menggunakan  skala  intensitas  atau  hedonik,  sehingga  menghasilkan  data  yang
dapat menghubungkan antara rating hedonik dan analisis deskripsi. Uji afeksi kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan tugas utamanya, yaitu: uji
kesukaan  dan  uji  penerimaan.    Tugas  utama  pada  uji  kesukaan  adalah  memilih.    Pertanyaan  yang mendasari  pada  uji  kesukaan  menghasilkan  jawaban  produk  yang  dipilih  dan  produk  yang  lebih
disukai di antara produk yang ada.  Tugas utama pada uji penerimaan adalah me-rating.  Pertanyaan yang mendasari pada uji penerimaan menghasilkan jawaban seberapa besar kesukaan dan penerimaan
konsumen  terhadap  produk.    Pertanyaan  lain  juga  dapat  ditanyakan  pada  uji  penerimaan  untuk mengetahui alasan konsumen menyukai atau menerima suatu produk Meilgaard 1999.
Uji afeksi terdiri atas uji penerimaan acceptance test dan uji kesukaan preference test.  Uji penerimaan  berhubungan  dengan  penilaian  seseorang  tentang  suatu  sifat  atau  kualitas  suatu  produk
yang  menyebabkan  seseorang  menyukai  produk  tersebut.    Panelis  pada  uji  penerimaan mengemukakan tanggapan pribadi mengenai kesukaan terhadap sifat sensori atau kualitas yang dinilai
dari suatu produk.  Produk kerupuk yang gurih dan renyah dapat dijadikan contoh sebagai sifat-sifat yang disukai.  Sebaliknya, produk daging  yang  hambar, terlalu asin, dan liat  merupakan contoh dari
sifat-sifat yang tidak disukai Setyaningsih et al. 2010. Uji  penerimaan  bersifat  lebih  subjektif  daripada  uji  pembedaan.    Oleh  karena  itu,  beberapa
panelis  yang  memiliki  kecenderungan  ekstrim  sangat  suka  atau  sangat  tidak  suka  terhadap  suatu produk tidak dapat digunakan pada uji penerimaan.   Uji penerimaan dapat dilakukan  menggunakan
panelis  yang  tidak  terlatih.    Contoh  pembanding  atau  contoh  baku  tidak  digunakan  pada  uji penerimaan.    Panelis  tidak  boleh    mengingat  atau  membandingkan  dengan  contoh  yang  diuji
sebelumnya  pada  uji  penerimaan.    Tanggapan  harus  diberikan  segera  dan  secara  spontan,  bahkan tanggapan  yang  sudah  diberikan  tidak  boleh  ditarik  kembali  meskipun  kemudian  timbul  keraguan.
Tanggapan  kesukaan  yang  dihasilkan  bersifat  sangat  pribadi,  sehingga  kesan  seseorang  tidak  dapat digunakan sebagai petunjuk tentang penerimaan dari suatu produk Lawless dan Heymann 1999.
Tujuan dari uji penerimaan adalah untuk mengetahui penerimaan suatu produk atau suatu sifat sensorik  tertentu  oleh  konsumen.    Oleh  karena  itu,  tanggapan  kesukaan  harus  diperoleh  dari
sekelompok  orang  yang  dapat  mewakili  pendapat  umum  atau  mewakili  suatu  populasi  masyarakat tertentu.  Salah satu jenis uji penerimaan adalah uji kesukaan.
Uji kesukaan atau hedonik dilakukan untuk  memilih satu produk di antara produk lain  secara langsung.    Uji  kesukaan  meminta  panelis  untuk  harus  memilih  satu  pilihan  tingkat  kesukaan.
Penentuan seberapa besar kesukaan konsumen terhadap produk dapat diketahui dengan menggunakan uji  kesukaan.    Produk  dibandingkan  dengan  produk  lain  yang  lebih  baik  atau  lebih  disukai  pada  uji
kesukaan.    Pembandingan  produk  juga  dapat  dilakukan  dengan  produk  yang  sudah  ada  sebelumnya. Skala hedonik kemudian digunakan untuk menunjukkan tingkat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap
suatu produk.  Skala hedonik suka dapat meliputi: amat sangat suka, sangat suka, suka, dan agak suka. Sebaliknya skala hedonik tidak suka dapat meliputi suka dan agak suka.  Penilaian netral bukan suka
tetapi juga bukan tidak suka juga terdapat pada skala hedonik Carpenter et al. 2000.  Skala pada uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 1.
Skala yang dapat digunakan pada uji hedonik adalah skala 1-3,1-5, 1-7, dan 1-9. Hal tersebut digunakan karena dengan menggunakan skala yang seimbang jumlahnya ganjil akan diperoleh hasil
23
yang  paling  baik.    Skor  tertinggi  menunjukkan  bahwa  produk  tersebut  lebih  disukai  dibandingkan dengan skor yang lebih rendah.  Penggunaan skala 1-9 dapat menggambarkan secara lebih detil nilai
kesukaan dari panelis pada uji hedonik Lawless dan Heymann 1999. Tabel 1. Skala pada uji hedonik
Skala 1-9 Skala 1-7
1 = Amat sangat tidak suka 2 = Sangat tidak suka
3 = Tidak suka
4 = Agak tidak suka
5 = Biasa saja 6 = Agak suka
7 = Suka 8 = Sangat suka
9 = Amat sangat suka 1 = Sangat tidak suka
2 = Tidak ska 3 = Agak tidak suka
4 = Biasa saja 5 = Agak suka
6 = Suka 7 = Sangat suka
Penggunaan  skala  hedonik  dapat  digunakan  untuk  mengetahui  perbedaan  antara  sampel  yang diuji,  sehingga  uji  hedonik  sering  digunakan  untuk  menilai  secara  organoleptik  komoditas  yang
sejenis atau produk yang  sedang dalam tahap pengembangan.  Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai  produk  akhir.    Data  yang  diperoleh  dari  hasil  uji  hedonik  biasanya  dianalisis  menggunakan
ANOVA  Analysis  of  variance  dan  jika  ada  perbedaan  digunakan  uji  lanjut  seperti  Duncan. Perlakuan terbaik dapat ditentukan dengan metode perbandingan eksponensial MPE Setyaningsih et
al. 2010.
2.4. PANGAN FUNGSIONAL