20
2.2. EVALUASI SENSORI
Instrumen atau alat dapat digunakan untuk mengukur atau menilai suatu parameter dari produk tertentu,  namun  tidak  semua  hasil  ciptaan  manusia  dapat  digunakan  sebagai  alat  bantu  untuk
mengukur  kualitas  suatu  produk  misalnya  mutu  sensori  bahan  pangan.    Indera  manusia  telah diciptakan  oleh  Tuhan  dengan  sensor  yang  paling  canggih.    Oleh  sebab  itu,  penggunaan  subjek
manusia sebagai instrumen dalam mengevaluasi atribut sensori bahan pangan menjadi sangat penting. Evaluasi sensori adalah disiplin ilmu yang membutuhkan standardisasi dan pengendalian yang
tepat pada setiap tahap, mulai dari persiapan contoh, pengukuran respon, analisis data, dan interpretasi hasil,  sehingga  dibutuhkan  pencatatan  dan  dokumentasi  yang  cermat.    Metode  pengujian  sensori
melibatkan panelis dalam menilai suatu produk pangan.  Panelis adalah orang atau sekelompok orang yang  menilai  dan  memberikan  tanggapan  terhadap  produk  yang  diuji.    Panelis  dapat  dipilih  dari
konsumen  awam  pengguna  produk  sampai  seorang  yang  sangat  ahli  dalam  menilai  kualitas  sensori. Penggunaan  panelis  diharapkan  dapat  menjelaskan  sensasi  dan  persepsi  citarasa  yang  diterima  oleh
indra manusia Setyaningsih et al. 2010. Evaluasi  sensori  menyediakan  informasi  yang  valid  dan  dapat  dipertanggungjawabkan
terhadap  suatu  produk.  Hasil  evaluasi  sensori  terhadap  produk  pangan  menjadi  landasan  penting dalam pengambilan suatu keputusan yang berkaitan dengan sifat sensori yang dimiliki suatu produk.
Beberapa  hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  pelaksanaan  evaluasi  sensori,  yaitu:  jenis  panelis  yang digunakan, metode analisis yang digunakan, kasus yang dihadapi, tujuan pengujian, pertanyaan yang
sesuai,  pengurangan  adanya  bias,  dan  informasi  yang  ingin  diperoleh  dari  pengujian  tersebut Carpenter et al. 2000.
Evaluasi  sensori  ada  yang  bersifat  objektif  dan  subjektif.    Analisis  objektif  digunakan  untuk menilai  kualitas  suatu produk  meliputi uji pembedaan dan  uji deskripsi, sedangkan analisis subjektif
digunakan  untuk  mengetahui  kesukaan  atau  penerimaan  konsumen.    Uji  pembedaan  bertujuan mengetahui perbedaan di antara dua atau lebih contoh.  Uji deskripsi bertujuan mendeskripsikan dan
mengukur  perbedaan  yang  ada  atau  yang  ditemukan  di  antara  suatu  produk.    Uji  kesukaan  atau penerimaan  bertujuan  mengidentifikasi  tingkat  kesukaan  dan  penerimaan  suatu  produk.    Uji  sensori
secara  umum  terdiri  atas  tiga  jenis  yaitu  uji  pembedaan  difference  or  discrimination  test,  uji deskripsi, dan uji afektif preference and acceptability test Meilgaard 1999.
Evaluasi  sensori  dapat  menyediakan  informasi  yang  berkaitan  dengan  mutu  suatu  produk pangan.  Informasi tersebut diantaranya adalah spesifikasi produk pangan, deteksi bau dan flavorasing
dalam  bahan  pangan,  reformulasi  produk,  pemetaan  produk  product  mapping,  dan  penerimaan produk.    Uji  sensori  memiliki  beberapa  tujuan,  yaitu  menemukan  karakteristik  sensori  untuk
memenuhi  fitness  for  use  ,  mengetahui  kesukaan  konsumen,  mengetahui  preferensi  konsumen, mengetahui kepekaan konsumen, inspeksi visual, perancangan produk, dan kesesuaian dengan standar
sensori Muhandiri dan Kadarisman 2008. Evaluasi sensori dapat bersifat subjektif jika jumlah panelis yang terlalu sedikit dan penilaian
yang menimbulkan praanggapan terlebih dahulu terhadap suatu produk yang sedang diuji.  Oleh sebab itu,  teknik  evaluasi  sensori  yang  lebih  formal,  terstruktur,  dan  dengan  metode  yang  baku  perlu
dikembangkan  agar  meminimalkan  subjektivitas  yang  dilakukan  panelis  dalam  menilai  suatu  bahan pangan Meigaard et al. 1999.
Para  analis  sensori  harus  mengetahui  dengan  jelas  tujuan  pengujian  dan  memahami  analisis sensori dengan baik.  Hal tersebut dilakukan agar penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan
dapat  dilakukan  dengan  benar  dan  tepat.    Pengujian  kimia  dan  mikrobiologi  juga  dilakukan  untuk mengetahui kualitas suatu produk Setyaningsih et al. 2010.
21
2.3. UJI AFEKSI DAN UJI KESUKAAN UJI HEDONIK