36
kesehatan tidak diketahui, namun tidak boleh digunakan pada pangan bayi, anak-anak, dan penderita encok Cahyadi 2006.
Tabel 3. Spesifikasi Flavor Enhancer GMP dan IMP  Anonim 2010c
Disodium Inosine-5’-monophosphate IMP Disodium Guanosine-5’-monophosphate GMP
CAS No.:4691-65-0 anhydrous CAS No.:85-32-5 anhydrous
Formula : C
10
H
11
O
8
N
4
PNa
2
.7.5H
2
O Formula : C
10
H
12
O
8
N
5
PNa
2
.7H
2
O Berat molekul : 527.25
Berat molekul : 533.26 Properti
IMP GMP
Penampakan bubuk kristal putih
Kadar logam 97.0 -102.0
97.0 -102.0 Kehilangan saat  pengeringan
max. 28.5 max. 25.0
Logam berat max. 10 ppm
max. 10 ppm Kandungan arsen
max. 1 ppm max. 1 ppm
pH 7.0-8.5
7.0-8.5 Properti
Flavor enhancer P:P Penampakan
bubuk kristal putih Kadar logam
97.0 -102.0 Kehilangan saat  pengeringan
max. 25.0 Logam berat
max. 10 ppm Kandungan arsen
max. 1 ppm pH
7.0-8.5 Proporsi campuran
P-P Aplikasi
food additive, flavor enhancer
2.5.8. Pemanis
Pembuatan  minuman  fungsional  berbasis  kumis  kucing  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini menggunakan  tiga  jenis  pemanis,  yaitu:  gula,  sukralosa,  dan  kombinasi  sukralosa,  aspartam,
siklamat.    Penggunaan  pemanis  yang  dikombinasikan  bertujuan  untuk  meningkatkan  keamanan, kualitas,  dan  kestabilan  rasa  produk  pangan  Wijaya  dan  Mulyono  2010.    Penggunaan  gula  pada
minuman ini diperuntukkan bagi orang-orang  yang tidak  menderita diabetes, sedangkan  penggunaan pemanis pada minuman diperuntukkan bagi penderita diabetes.
37
Gula  digunakan  sebagai  sumber  energi  oleh  sel-sel  tubuh  dan  otak,  sehingga  sel-sel  tubuh dapat mempertahankan kelangsungan metabolisme.  Gula yang dikonsumsi lebih mudah dicerna dan
ditransportasikan  ke  dalam  darah.    Hormon  insulin  diperlukan  agar  gula  dari  darah  dapat ditransportasikan  ke  dalam  sel  tubuh  dan  otak,  sehingga  kadar  gula  darah  menjadi  turun.    Penderita
diabetes mengalami gangguan produksi hormon insulin, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa di dalam pembuluh darah hiperglikemia.
Organisasi Pangan Masyarakat Jerman menyarankan kebutuhan kalori bagi wanita dewasa per hari  sekitar  2000  kalori,  laki-laki  dewasa  2400  kalori,  dan untuk  gula  tidak  lebih  dari  10  persennya,
yang berarti sekitar 200-240 kalori ±
2.5 sendok makan.  Para pakar ilmu pangan menyarankan agar penggunaan  gula  per  hari  tidak  dalam  batas  maksimum.    Hal  tersebut  dikarenakan  dalam  berbagai
bahan  pangan  lainnya  yang  dikonsumsi  telah  mengandung  sejumlah  gula  Winarno  dan Kartawidjajaputra 2007.
Bahan  makanan  yang  mengandung  gula  jika  terlalu  banyak  dikonsumsi  dapat  menimbulkan dampak-dampak  yang  merugikan,  antara  lain:  karies  gigi,  gangguan  pada  pencernaan  usus,
kelebihan  berat  badan,  terasa  sakit  pada  persendian,  darah  tinggi,  dan  penyakit  jantung.    Gula mengandung  kalori  yang  cukup  tinggi  akan  tetapi  nilai  gizinya  sangat  sedikit  sehingga  terjadi
ketidakseimbangan energi jika kita mengonsumsi melebihi dari jumlah yang dibutuhkan.  Gula yang dikonsumsi  berlebihan  jika  terjadi  terus-menerus  akan  diubah  menjadi  lemak  di  dalam  tubuh,  yang
dapat  mengakibatkan  kegemukan.    Efek  samping  dari  hal  tersebut  adalah  adanya  gangguan  pada sirkulasi lemak, sirkulasi darah, penyakit gula diabetes, dan nyeri pada persendian.
Pemanis buatan rendah kalori atau bahkan nonkalori sekaligus nonkariogenik dapat digunakan sebagai  pengganti  gula,  sehingga  dapat  menghindari  dampak-dampak  negatif  yang  telah  disebutkan.
Pemanis  digunakan  agar  penderita  diabetes  mellitus  masih  dapat  mengonsumsi  produk  pangan  yang manis  tanpa  menimbulkan  masalah  Wijaya  dan  Mulyono  2010.    Kroger  et  al.  2006  menyatakan
bahwa penggunaan pemanis buatan dapat menekan biaya produksi. Pemanis  merupakan  senyawa  kimia  yang sering ditambahkan dan digunakan untuk  keperluan
produk  olahan  pangan,  industri,  minuman  dan  makanan  kesehatan.    Pemanis  menurut  Peraturan Menteri  Kesehatan  Permenkes  No.  235  termasuk  ke  dalam  bahan  tambahan  pangan,  selain  zat
seperti antioksidan, pemutih,  pewarna, pengawet, dll.  Pemanis berfungsi  meningkatkan  citarasa dan aroma,  memperbaiki  sifat-sifat  fisik,  sebagai  pengawet,  memperbaiki  sifat-sifat  kimia  sekaligus
merupakan sumber kalori bagi tubuh. Pemanis  buatan  adalah  pemanis  yang  dihasilkan  melalui  reaksi-reaksi  kimia  organik
dilaboratorium  atau  dalam  skala  industri  dibuat  secara  sintetis,  dan  tidak  menghasilkan  kalori. WHO  telah  menetapkan  ADI  Acceptable  Daily  Intake,  yaitu  sejumlah  bahan  tertentu  yang  dapat
dikonsumsi tanpa menimbulkan risiko.  Nilai ADI untuk orang dewasa tidak terlalu berarti, tetapi bagi anak-anak  relatif  menimbulkan  kepekaan  yang  besar.    Hal  yang  perlu  diperhatikan  adalah  pemanis
buatan  tidak  diizinkan  penggunaannnya  pada  produk  pangan  untuk  kelompok  tertentu,  seperti:  bayi, balita,  ibu  hamil  dan  menyusui  dalam  upaya  memelihara  dan  meningkatkan  kualitas  kesehatannya
BPOM 2004. Pemanis  buatan  adalah  bahan  tambahan  pangan  BTP  yang  dapat  menyebabkan  rasa  manis
pada produk pangan, tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam  produk  pangan  dalam  jumlah  tertentu  Depkes  1999;  SNI  2004;  BPOM  2004.    BTP  harus
digunakan  dengan  tepat  dan  benar  sesuai  dengan  spesifikasi  dan  karakteristik  penggunaanya  dosis penggunaannya  sehingga  dapat  memberikan  manfaat  positif  bagi  pengadaan  produk  pangan.    BTP
yang  digunakan  dengan  cara  yang  kurang  tepat  dapat  memicu  kecurangan  bahkan  membahayakan
38
kesehatan  manusia.    Selain  itu  juga,  penggunaan  BTP  pada  produk  pangan  harus  dicantumkan  pada label sebagai informasi bagi konsumen.
Sepuluh  persyaratan  ideal  BTP  pemanis  yang  digunakan  sebagai  pemanis  pengganti  gula sukrosa menurut Wijaya dan Mulyono 2010 antara lain:
1. pemanis tersebut mempunyai rasa dan sifat atau karakteristik fungsional seperti sukrosa;
2. nilai kalorinya kurang dari sukrosa pada tingkat kemanisan yang sama;
3. pemanis tersebut tidak berwarna;
4. pemanis tersebut tidak berbau;
5. pemanis tersebut tidak beracun;
6. pemanis tersebut dapat dimetabolisme secara normal atau dikeluarkan dari dalam tubuh;
7. pemanis tersebut tidak menyebabkan alergi;
8. pemanis tersebut stabil terhadap perubahan kimia dan panas;
9. pemanis tersebut dapat dikombinasikan dengan bahan pangan lainnya;
10. pemanis tersebut bersifat ekonomis.
Sukralosa  C
12
H
19
C
13
O
8
dengan  struktur  kimia  4,  1’6’-triklorogalaktosukrosa  pada  kondisi sangat  asam  dan  suhu  tinggi  akan  terhidrolisis  menjadi  glukosa  dan  fruktosa.    Sukralosa  merupakan
pemanis nonkalori yang tidak memberikan after taste.  Sukralosa tidak dapat dicerna oleh tubuh dan termasuk dalam golongan GRAS. Nilai ADInya sebesar 0-15 mgkg bobot badan JECFA 2005a.
Sukralosa  memiliki  tingkat  kemanisan  600  kali  dinbandingkan  sukrosa.    Sukralosa  memiliki beberapa  kelebihan  antara  lain:  tahan  panas  sehingga  tingkat  kemanisan  yang  diperoleh  tidak
menurun, jumlah yang diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan sangat sedikit, memiliki  stabilitas  yang  bagus,  baik  dalam  bentuk  kering  maupun  cair.    Penggunaan  sukralosa
disetujui oleh FDA sejak April 1988.  Sukralosa dapat dikeluarkan melalui urin hampir tanpa adanya perubahan.    FDA  menyimpulkan  bahwa  sukralosa  tidak  bersifat  karsinogenik,  tidak  mengganggu
reproduksi  kesuburan  ataupun  risiko  neurologik  saraf  setelah  dilakukan  lebih  dari  100  penelitian pada hewan dan manusia Winarno dan Kartawidjajaputra 2007.
Aspartam  C
14
H
18
N
2
O
5
dengan  struktur  kimia  3-amino-N α
-carbomethoxy-phenetyl succinamic  acid,  N-L-
α -aspartyl-L-phenilalanine-1-methyl  ester  memiliki  nama  dagang  Equal,
Nutrasweet,  dan  Canderel.    Pemanis  ini  bersifat  slower  onset,  namun  kemanisannya  tahan  lama. Kestabilan  aspartam  dapat  ditingkatkan  dengan  enkapsulasi.    Aspartam  berada  dalam  bentuk
terdisosiasi sehingga rasanya kurang manis pada pH 3.1 dan 7.9 SNI 2004.  Penambahan hidrolisat pati terhidrogenasi disarankan pada produk pangan berkadar air tinggi untuk meningkatkan kestabilan
aspartam  Carrol  dan  Kehoe  1988.    Minuman  berkarbonasi  rasa  jeruk  yang  disimpan  selama  enam bulan  akan  berkurang  kadar  aspartamnya  hingga  52-56  de  Cock  dan  Bechert  2002.    Aspartam
memiliki  waktu  paruh  paling  lama  selama  300  hari  pada  pH  4.3,  namun  waktu  paruhnya  hanya beberapa hari pada pH 7.
Produk  yang  menggunakan  aspartam  harus  mencantumkan  peringatan  khusus  bagi  penderita fenilketonuria.    JECFA  menetapkan  nilai  ADI  sebesar  40  mgkg  bobot  badan  JECFA  2000.    FDA
menyetujui  penggunaan  aspartam  pada  semua  makanan  dan  minuman.    Aspartam  disetujui penggunaannya oleh lebih 100 negara termasuk Indonesia.  Aspartam terdapat dalam berbagai bentuk
seperti  cair,  enkapsulasi  bersifat  tahan  panas,  dan  bubuk.    Aspartam  memiliki  tingkat  kemanisan 160-220  kali  dibandingkan  sukrosa  dan  relatif  tidak  mengandung  kalori.    Meskipun  aspartam
memberikan kalori sebesar 4 kalorig, namun karena pemakaiannnya dalam jumlah yang sangat kecil sehingga kalori yang diberikan boleh dianggap tidak ada Winarno dan Kartawidjajaputra 2007.
Aspartam  dibentuk  dari  penggabungan  asam  aspartat  dan  fenilalanin.    Semua  pemanis nonkalori  tidak  mengalami  proses  metabolisme,  kecuali  aspartam.    Proses  pencernaannya
39
sebagaimana  proses  pencernaan  protein  sehingga  tidak  akan  terakumulasi  dalam  tubuh.    Aspartam telah  dinyatakan  aman  untuk  digunakan  bagi  penderita  kencing  manis,  wanita  hamil,  wanita
menyusui,  bahkan  anak-anak.    Aspartam  tidak  terbukti  sebagai  penyebab  sakit  kepala,  gangguan penglihatan,  meningkatkan  berat  badan,  kejang  alzhemier,  gangguan  janin,  lupus,  sklerosis  multiple
maupun kanker otak Cahyadi 2006. Siklamat  tersedia  dalam  bentuk  asam  siklamat  asam  siklohesilsulfamat,  C
6
H
13
NO
3
S,  garam natrium  atau  kalsiumnya.    Nama  dagang  dari  natrium  siklamat  adalah  “sodium”  atau  “biang  gula”.
Pemanis ini sangat larut dalam air, stabil terhadap suhu tinggi, nonkalori, dan tidak memberika after taste, namun jika terurai akan menghasilkan siklohesilamina dengan rasa pahit Nelson 2000.  Kadar
maksimum asam siklamat yang diperbolehkan pada pangan dan minuman berkalori rendah serta untuk penderita  diabetes  mellitus  menurut  peraturan  Menteri  Kesehatan  RI  No.722MenkesPerIX88
adalah 3 gkg bahan pangan dan minuman. FDA  mengeluarkan  siklamat  dari  daftar  GRAS,  karena  menyebabkan  tumor  kandung  kemih
pada  tikus,  namun  beberapa  penelitian  lain  menunjukkan  bahwa  siklamat  tidak  bersifat  karsinogen Weihrauch  Diehl  2004.    Siklamat  dapat  menurunkan  kandungan  vitamin  B1,  vitamin  C,  dan  asam
amino esensial.  Nilai ADI siklamat 0-11 mgkg bobot badan JECFA 2005b. Siklamat  dalam  penggunaannya  seringkali  dikombinasikan  dengan  pemanis  lain.    Siklamat
memiliki rasa yang enakdan mampu menutupi rasa pahit yang tidak dikehendaki.  Pemanis ini stabil dalam kisaran temperatur dan pH yang luas.  Siklamat memiliki intensitas kemanisan sebesar 30-140
kali  sukrosa.    Pemanis  ini  cocok  digunakan  untuk  produk  buah-buahan  karena  selain  mampu mempertajam  rasanya,  pada  konsentrasi  rendah  ia  dapat  menutupi  rasa  getir  dari  beberapa  buah-
buahan Wijaya dan Mulyono 2010.
2.5.9. Pengawet