33
pengeluaran  air  seni,  anti-inflamasi,  dan  anti-bakteri.    Tanaman  jeruk  nipis  mengandung  limonene, linalin asetat, geranil asetat, asam sitrat, vitamin C, kalsium, fosfor, vitamin B1, zat besi, fellandren,
dan  sitral  Muhlisah  2008.    Jeruk  nipis  selain  kaya  vitamin  dan  mineral    juga  mengandung  zat bioflavonoid yang berguna untuk mencegah terjadinya pendarahan pada pembuluh nadi, kemunduran
mental dan fisik, serta mengurangi luka memar Rukmana 2000 Tabel 2.  Komposisi kimia buah jeruk nipis per 100 g berat dapat dimakan
Komposisi Jeruk Nipis
Kadar air g Kadar abu g
Kadar protein g Kadar lemak g
Hidrat arang total g Serat g
Energi kkal Kalsium mg
Fosfor mg Besi mg
Karoten mg Thiamin mg
Riboflavin mg Asam askorbat mg
88.90 0.40
0.50 0.20
10.00 0.40
44.00 18.00
22.00 0.20
0.004 0.000
0.010 19.70
Sumber: Departemen Kesehatan R1 1990 dan Anonim
2009
2.5.6. Temulawak Curcuma xanthorriza Roxb.
Temulawak  Curcuma  xanthorriza  Roxb.  merupakan  tanaman  asli  Indonesia  yang  termasuk salah satu jenis temu-temuan dari divisi Spermatophyta, subdivisi Angibrerales, bangsa Zingiberales,
suku  Zingiberaceae,  marga  Curcuma  dan  jenis  Curcuma  xanthorriza  Roxb.    Muhlisah  2008 menyatakan bahwa temulawak telah lama dikenal sebagai bahan ramuan obat.  Aroma dan warna khas
dari temulawak adalah berbau tajam, rasanya pahit, dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Rimpang  temulawak  telah  diketahui  mempunyai  efek  antiinflamasi,  antioksidan,  antibakteri,
antikolesterol, antikanker, dan antiplatelet agregasi  Septiatin 2008. Temulawak  mengandung  minyak  atsiri,  curcumin,    kamfer,  glukosida,  phellandrene,  tomerol,
myrcene,  xathorrihizol,  isofuranog-germacreene,  p-tplyletycarbinol,  dan  tepung  Muhlisah  2008. Komponen
bioaktif yang
terdapat dalam
temulawak diantaranya
adalah kurkumin,
demethoxycurcumin,  dan  bisdemetoxy-curcumin.    Kurkumin  merupakan  komponen  utama  yang berpengaruh  terhadap  aktivitas  antioksidan  Kikuzaki  2000.    Kurkumin  berwarna  kuning  pada  pH
rendah,  jingga  pada  kondisi  basa,  dan  hijau  pada  pH  tinggi.    Kurkumin  merupakan  pewarna  alami yang  termasuk  dalam  kelompok  flavonoid.    Kurkumin  stabil  terhadap  panas,  tetapi  sensitif  terhadap
cahaya Wijaya dan Mulyono 2009.
34
2.5.7. Flavor Enhancer
Pszczola 2010 menyatakan  zat yang dapat memunculkan citarasa yang baru disebut dengan taste
modulatorsflavor enhancermasking
agentssalt replacersbitterness
blockersugar extenderssweetness  enhancers  inhibitorsumami  potentiator.    Taste  modulator  dapat  digunakan
dalam proses formulasi suatu produk untuk memberikan keseimbangan citarasa yang sesuai di antara citarasa yang berbeda.  Oleh karena itu, taste modulator memiliki  peranan yang sangat penting dalam
proses formulasi produk pangan. Flavor  enhancer  tidak  hanya  memiliki  pengaruh  terhadap  peningkatan  citarasa,  tetapi  juga
memiliki  pengaruh  negatif    terhadap  kesehatan.    Flavor  enhancer  biasanya  ditambahkan  dalam konsentrasi  tertentu  sesuai  dengan    jenis  produk  pangannya.    Citarasa  yang  kurang  sesuai  yang
dihasilkan setelah penambahan flavor enhancer  biasanya disebabkan oleh adanya suatu penambahan misalnya  mineral  atau  adanya  sesuatu  yang  dihilangkan  misalnya  :  gula  atau  garam  dari  produk
pangan tersebut. Mekanisme  kerja  flavor  enhancermasking  agent  umumnya  sudah  dicampur  dengan
modifier,inhibitor,  dan  enhancer  yaitu  dengan  menutupi  karakteristik  flavor  yang  tidak  diinginkan melalui adanya sensasi lain, berkompetisi dengan reseptor spesifik, atau dengan meningkatkan flavor
yang lain Gascon 2006. Seseorang  akan  merasakan  citarasa  dari  suatu  produk  ketika  makanan  ataupun  minuman
tersebut berinteraksi dengan reseptor citarasa di dalam  mulut.  Proses lebih detilnya adalah senyawa flavordari  makanan  maupun  minuman  berikatan  dengan  reseptor  pengecap  yang  terdapat  di  dalam
lidah.    Reseptor  pada  lidah  selanjutnya  akan  mengirimkan  sinyal  kepada  bagian  otak  yang  spesifik menerima rangsangan citarasa untuk diberikan suatu respon Winarno 2008.
Flavor  sangat  penting  dalam    proses  formulasi  atau  pengembangan  produk  pangan  De  Ross dan Nederland  2006.  Hal tersebut dikarenakan  flavor dapat mempengaruhi penerimaan  konsumen
terhadap  produk  pangan  tersebut.    Flavor    yang  dimaksud  di  sini  adalah  aroma  dan  rasa.    Aroma adalah sensasi yang dihasilkan dari interaksi senyawa kimia volatil dengan reseptor yang ada di dalam
hidung.  Rasa adalah sensasi yang dihasilkan dari interaksi senyawa kimia dengan reseptor yang ada di  dalam  hidung.    Citarasa  dapat  dirasakan  ketika  senyawa  kimia  tersebut  larut  dalam  saliva.    Rasa
dapat timbul dari sensasi trigeminal , seperti astrigency dan pungency Carpenter et al. 2000.  Faktor- faktor    yang  dapat  mempengaruhi  kestabilan  flavor  yaitu  keberadaan  air,  protein,  sulfit,  sistein,
mikroorganisme, asam, enzim, dan ion logam Winarno 2002a. Seseorang  yang  memformulasi  pangan  dapat  meningkatkan  atau  menguatkan  citarasa  dari
produk  pangan  tersebut  dengan  cara  mengoptimalkan  lima  rasa  dasar  yang  ada  di  lidah.    Salah  satu citarasa  dasar  yang  dapat  dikembangkan  adalah  rasa  umami.    Umami  dapat  dirasakan  sebagai  rasa
gurih  yang  ditimbulkan  oleh  glutamat  dan  5’    ribonukleotida  IMP  dan  GMP.    Rasa  umami  sangat penting dalam memahami adanya sinergi yang terdapat pada citarasa yang lainnya.  Rasa umami dapat
ditingkatkan dengan sinergisitas interaksi antara glutamate bebas, IMP, dan GMP.  Rasa umami yang ditimbulkan dari kombinasi IMP dan GMP menghasilkan sensasi rasa yang jauh lebih besar dari pada
komponen tunggalnya.  Keberhasilan dalam proses formulasi minuman tergantung pada kombinasi zat yang kita tambahkan pada sistem flavor yang ada pada minuman tersebut.  Penggunaan flavor alami
dalam  proses  formulasi  dapat  memberikan  manfaat  melalui  peningkatan  rasa  manis,  penutupan citarasa, pengeblokan rasa pahit, bahkan dapat membentuk persepsi pada mouthfeel Pszczola 2010.
Masking  flavor  dapat  digunakan  untuk  mengurangi  aftertaste  dari  ekstrak  herbal.  Bentuk masking  flavor  bermacam-macam  yaitu:  cair,  bubuk  kering,  alami,  buatan,  dan  organik.    Jumlah
35
masking  flavor  yang  digunakan  dalam  pangan  yaitu  antara  0.05-0.25.    Nukleotida  hasil  ekstrak khamir misalnya : IMP dan GMP dapat berfungsi menutupi citarasa yang tidak diinginkan.
Sweetness  enhancer  dapat  membantu  mengurangi  rasa  pahit  dan  juga  memblok  rasa  asam sehingga dapat memunculkan persepsi manis.  Ekstrak khamir bernukleotida tinggi dengan komposisi
sampai dengan 20  5’GMP + 5’IMP dapat digunakan untuk meningkatkan penerimaan citarasa suatu produk  pangan.  Hal  tersebut  dikarenakan  adanya  interaksi  yang  sangat  baik  dengan  komponen
citarasa  yang  lainnya  pada  sistem  pangan  mouthfeel,  creaminess,  freshness,  dan    mengurangi aftertaste  pahit.    Ekstrak  khamir  tersebut  pada  asalnya  memiliki  sedikit  rasa  gurih,  namun  secara
alami  nukleotida hampir tidak memiliki rasa.  Meskipun bahan tersebut digunakan dengan dosis yang rendah,  namun  dapat  meningkatkan    rasa  gurih  ketika  ditambahkan  dalam  pangan  Noordam  dan
Meijer 2006. Upaya peningkatan penerimaan citarasa muniman fungsional berbasis kumis kucing dilakukan
dengan menggunakan flavor enhancer A dengan konsentrasi X-Y  atau PP flavor enhancer dengan konsentrasi  A-B  .    Penggunaan  PP  flavor  enhancer  dengan  konsentrasi  A-B    pada  minuman
diharapkan  menimbulkan  efek  sinergi  sebagaimana  pencampuran  P:P  MSG  dan  IMP  dapat menimbulkan efek sinergi Marcus 2006.
Bahan  tambahan  pangan,  penyedap  rasa  dan  aroma,  dan  penguat  rasa  menurut  Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.722MenkesPerIX88 didefinisikan sebagai bahan tambahan pangan yang
dapat  memberikan,  menambah  atau  mempertegas  rasa  dan  aroma.    Bahan  penyedap  mempunyai beberapa  fungsi  dalam  bahan  pangan  sehingga  dapat  memperbaiki,  membuat  lebih  bernilai  atau
diterima,  dan  lebih  menarik  di  antaranya  dengan  menutupi  after  taste  dan  membentu  aroma  baru. Sifat utama pada penyedap adalah memberi ciri khusus suatu pangan seperti flavor jeruk manis, jeruk
nipis, lemon, dan sebagainya Cahyadi 2006. Bentuk  produk-produk  5-ribonukleotida,  disodium  Inosine-5-monophosphate  IMP,
disodium-5-guanosine monophosphate GMP,  dan campuran I + G adalah kristal putih atau bubuk kristal.    Produk-produk  tersebut  larut  dalam  air  dan  dalam  alkohol  tetapi  tidak  larut  dalam  eter.
Produk-produk tersebut dibuat dari proses fermentasi gula diikuti dengan proses pemurnian.  Produk- produk tersebut  memiliki  kemampuan  yang  sangat kuat dalam  meningkatkan cita rasa.   Penggunaan
produk 5-ribonukleotida dalam pangan telah disetujui oleh FDA Anonim 2010c. Guanosin monofosfat GMP adalah sebuah nukleotida yang ditemukan pada RNA.  Senyawa
tersebut  adalah  ester  dari  asam  fosfat  dengan  guanosin  nukleosida.    GMP  terdiri  atas  gugus  fosfat, gula  pentosa  ribosa,  dan  basa  nukleotida  guanin.    Guanosin  monofosfat  dihasilkan  dari  ikan  kering
atau ganggang laut kering.  Guanosin monofosfat dalam bentuk garamnya, seperti dinatrium guanilat E627,  dipotassium  guanilat  E628  dan  kalsium  guanilat  E629,  adalah  bahan  tambahan  pangan
yang digunakan sebagai penguat rasa untuk memberikan rasa umami.  Senyawa ini sering digunakan bersamaan  dengan  dinatrium  inosinat  agar  lebih  bersinergi.    Kombinasi  keduanya  dikenal  sebagai
dinatrium  5-ribonukleotida.    Dinatrium  guanilat  digunakan  pada  mi  instan,  keripik  kentang  snack, sayuran kaleng, daging curing, dan sup Anonim
2010
d
.  Spesifikasi flavor enhancer GMP dan IMP dapat dilihat pada Tabel 3.
Dinatrium inosinat E631 [1] dengan rumus kimia C
10
H
11
N
2
Na
2
O
8
P, adalah garam dinatrium asam inosinat.  Senyawa ini adalah bahan tambahan pangan pemberi rasa umami yang digunakan pada
mi instan, keripik kentang, dan berbagai makanan ringan lainnya.  Senyawa ini terdapat pada babi dan ikan.    Senyawa  ini  sering  ditambahkan  pada  pangan  bersama  dengan  dinatrium  guanilat  dan
kombinasinya  dikenal  sebagai  dinatrium  5-ribonukleotida  Anonim 2010
e
.    Pengaruh  penggunaan guanosin  5  ‘-disodium  fosfat,  inosin  5  ‘-disodium  fosfat,  dan  sodium  5  ‘-ribonukleotida  terhadap
36
kesehatan tidak diketahui, namun tidak boleh digunakan pada pangan bayi, anak-anak, dan penderita encok Cahyadi 2006.
Tabel 3. Spesifikasi Flavor Enhancer GMP dan IMP  Anonim 2010c
Disodium Inosine-5’-monophosphate IMP Disodium Guanosine-5’-monophosphate GMP
CAS No.:4691-65-0 anhydrous CAS No.:85-32-5 anhydrous
Formula : C
10
H
11
O
8
N
4
PNa
2
.7.5H
2
O Formula : C
10
H
12
O
8
N
5
PNa
2
.7H
2
O Berat molekul : 527.25
Berat molekul : 533.26 Properti
IMP GMP
Penampakan bubuk kristal putih
Kadar logam 97.0 -102.0
97.0 -102.0 Kehilangan saat  pengeringan
max. 28.5 max. 25.0
Logam berat max. 10 ppm
max. 10 ppm Kandungan arsen
max. 1 ppm max. 1 ppm
pH 7.0-8.5
7.0-8.5 Properti
Flavor enhancer P:P Penampakan
bubuk kristal putih Kadar logam
97.0 -102.0 Kehilangan saat  pengeringan
max. 25.0 Logam berat
max. 10 ppm Kandungan arsen
max. 1 ppm pH
7.0-8.5 Proporsi campuran
P-P Aplikasi
food additive, flavor enhancer
2.5.8. Pemanis