Pengelompokkan Stasiun Berdasarkan Nilai SV dan Persentase Substrat Analisis Komponen Utama AKU

46 Gambar 27 Pengelompokkan stasiun berdasarkan nilai akustik dan persentase sedimen Interpretasi dendogram dilakukan secara subjektif karena belum ada cara yang baku untuk diterapkan Gambar 27. Hasil dendogram didasarkan pada nilai akustik dan persentase sedimen masing-masing stasiun. Pembagian kelompok dendogram didasarkan pada kemiripan sifat parameter substrat. Dendogram dibagi menjadi dua kelompok, kelompok 1 terdiri dari 1, 3, 4, 9, 6, 8, dan 7 karena kemiripan sifat tipe substratnya yang dominan mengandung lumpur. Kelompok 2 meliputi stasiun 2 dan 5 karena tipe substrat pada kedua stasiun tersebut dominan pasir Gambar 28. Perbedaan pembentukan kelompok didasarkan pada parameter substrat dan akustik yang memiliki karakteristik kemiripan tersendiri pada masing-masing stasiun.

4.8 Analisis Komponen Utama AKU

Analisis komponen utama digunakan untuk melihat seberapa besar hubungan antara parameter fisika substrat dasar perairan, parameter akustik, dan makrozoobentos. Parameter fisika substrat meliputi fraksi pasir, lanau, dan liat sedangkan parameter akustik meliputi nilai scattering surface SS dan kedalaman. Parameter makrozoobentos meliputi kepadatan, keanekaragaman, dan dominansi Gambar 28. 47 Gambar 28 Loading plot hubungan antara SS, tipe substrat, dan struktur komunitas makrozoobentos Hasil Analisis Komponen Utama AKU menunjukkan 77.55 dari total variansi dalam rata-rata proporsi dan total dari struktur komunitas dalam hubungannya dengan nilai akustik dan substrat. Berdasarkan hasil AKU tersebut didapatkan informasi bahwa distribusi kepadatan dipengaruhi oleh lanau dan liat. Kepadatan tinggi ditemukan di lokasi stasiun yang terletak di muara sungai dengan tipe substrat lumpur. Lumpur mengandung banyak nutrien meskipun miskin oksigen sehingga hanya organisme tertentu saja yang mampu beradaptasi pada kondisi seperti ini. Nybakken 1992 menyatakan kemampuan menjebak bahan organik dalam sedimen semakin meningkat seiiring dengan semakin halusnya substrat. Polychaeta banyak dijumpai karena memiliki kemampuan sebagai pemakan deposit dan cara hidupnya yang mampu menggali dan membuat tabung sehingga mampu memanfaatkan kandungan oksigen yang rendah di dalam substrat. Wilhm 1975 menyatakan sedimen yang kaya akan bahan organik biasanya didukung oleh melimpahnya fauna yang didominasi oleh deposit feeder. Hubungan positif terlihat pada dominansi yang dipengaruhi oleh kedalaman, hal ini karena semakin dalam perairan maka kandungan oksigen dan makanan akan semakin berkurang sehingga hanya organisme yang memiliki rentang toleransi luas yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang buruk. Keadaaan ini akan bertolak belakang dengan keanekaragaman. Pada loading plot ditunjukkan keanekaragaman tidak dipengaruhi oleh parameter apapun, hal ini diduga karena kondisi kualitas lingkungan yang rendah dan buruk sehingga 48 jumlah jenis organisme yang mampu bertahan hidup semakin menurun. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa perairan delta Mahakam mengalami tekanan ekologis yang cukup tinggi dari pengayaan bahan organik yang masuk ke perairan. SS dipengaruhi oleh pasir karena pasir memiliki ukuran butir yang lebih besar dan kasar dibandingkan lanau dan liat sehingga pasir mampu memantulkan energi lebih kuat. Namun pada penelitian ini belum dapat dilihat hubungan antara struktur komunitas dengan pembentukan nilai hambur balik akustik SS artinya struktur komunitas tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan nilai SS. Hal ini diduga karena jumlah makrozoobentos yang sedikit, ukurannya yang terlalu kecil, dan luas bukaan grab yang tidak sama dengan bukaan beam. Hubungan ketiga parameter ini dapat dijelaskan sebesar 77.55 dari total varians yang artinya ada hubungan yang cukup kuat dan saling mempengaruhi antara total delapan varians tersebut pasir, lanau, liat, SS, kedalaman, kepadatan, keanekaragaman, dan dominansi. Bax et al. 1999 menyatakan nilai akustik dapat dilihat dari adanya hubungan antara tipe dasar dan total biomassa biota bentik. Namun persentase kumulatif sebesar 77.55 dari total varians dianggap sudah cukup untuk dapat menjelaskan informasi dari total delapan varians pasir, lanau, liat, SS, kedalaman, kepadatan, keanekaragaman, dan dominansi data dan variabel-variabel tersebut memiliki tingkat korelasi yang tinggi. Ini artinya keragaman data sebesar 77.55 telah mampu menjelaskan keadaan lokasi penelitian. Nilai ini dapat diterima karena menurut Supranto 2010 batas minimum nilai faktor adalah 60. Gambar 29 Sebaran stasiun pengamatan 49 Sebaran stasiun pengamatan secara subjektif menunjukkan 3 kelompok Gambar 29. Kelompok 1 terdiri dari stasiun 2, 5, 7, dan 1 yang mengandung fraksi pasir. Kelompok 2 terdiri dari stasiun 6, 4, dan 9 yang memiliki keanekaragaman makrozoobentos tertinggi. Kelompok 3 meliputi stasiun 8 dan 3 yang memiliki dominansi makrozoobentos tertinggi.

4.9 Hubungan SV Kolom Perairan dan Fraksi Lanau

Pada analisis faktor sebelumnya parameter lanau tidak memberikan pengaruh yang berarti untuk pembentukan kelompok faktor. Lanau memiliki ukuran butir yang halus, lebih ringan, dan mampu melayang mengikuti arus sehingga lebih banyak terdapat di kolom perairan. Analisis regresi linier digunakan untuk melihat hubungan antara SV kolom perairan dan lanau Gambar 30. Variabel dependent terikat adalah SV kolom perairan sedangkan variabel independent bebas adalah lanau karena nilai SV kolom perairan dipengaruhi oleh persentase jumlah lanau yang terdapat di kolom perairan. Gambar 30 Analisis regresi linier kolom terhadap lanau Hasil pengujian regresi linier sederhana diperoleh dua persamaan Gambar 29. Nilai koefisien determinasi r 2 kolom 1 sebesar 0.998 dan kolom 2 sebesar 0.784, hal ini menunjukkan bahwa variabel lanau dapat menerangkan sebesar 99.8 untuk kolom 1 dan 78.4 untuk kolom 2. Variasi nilai SV kolom perairan dan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam perhitungan. Nilai r 2 sebesar 0.998 untuk kolom 1 dan r 2 sebesar 78.4 untuk kolom 2 dianggap dapat diterima serta telah menggambarkan adanya hubungan yang kuat antara SV kolom perairan 1 dan kolom perairan 2 dengan persentase lanau. Sugiyono 2010 menyatakan koefisien determinasi r 2 menjelaskan tentang tingkat keberhasilan model yang digunakan dalam memprediksi nilai variabel dependen terikat. Besar r 2 adalah 0 r 2 1, di mana semakin nilai r 2 mendekati 1 maka semakin besar pula kemampuan model dalam menerangkan variasi perubahan variabel dependen terikat akibat pengaruh variabel independen bebas. 50 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tipe substrat yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah pasir, pasir berlumpur, lumpur berpasir, dan lumpur. Berdasarkan nilai SS pasir sebesar - 12.97 dB, pasir berlumpur sebesar -13.96 dB, lumpur berpasir sebesar -17.14 dB dan -15.64 dB, serta lumpur sebesar -30.87 dB sampai -19.25 dB. Nilai hambur balik substrat pasir lebih besar dibandingkan tipe substrat lumpur karena pasir memiliki tingkat kekasaran, kekerasan, dan ukuran butir lebih besar daripada lumpur. Struktur komunitas yang mendiami lokasi penelitian berada pada kategori sangat buruk dalam kondisi sangat rendah dan tidak stabil. Berdasarkan analisis AKU belum terlihat hubungan antara struktur komunitas makrozoobentos dengan pembentukan nilai SS. Namun hubungan antara nilai akustik, tipe substrat, dan struktur komunitas makrozoobentos dapat dijelaskan sebesar 77.55 yang artinya terdapat hubungan yang kuat antar varians pembentuk komponen dan telah dapat menjelaskan keadaan lokasi penelitian.

5.2 Saran

Penelitian mengenai analisis tipe substrat menggunakan teknologi hidroakustik sebaiknya dilakukan pada daerah yang terkontrol. Pengambilan sampel tanah sebaiknya tidak terganggu sehingga dapat dilakukan analisis lengkap parameter fisika seperti tekstur tanah, densitas tanah, densitas partikel, ruang pori total, ukuran butir, dan lain-lain.