44
Gambar 25 Hubungan E2 terhadap fraksi substrat
Persamaan hubungan antara E2 terhadap pasir menunjukkan semakin tinggi persentase substrat berukuran butir besar maka semakin tinggi nilai E2 dan
semakin tinggi persentase substrat berbutir halus maka nilai E2 akan semakin rendah. Nilai r
2
E2 terhadap pasir sebesar 90.9, ini menunjukkan pasir memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan nilai E2. Secara teori E2
menggambarkan kekerasan. Pasir memiliki porositas yang rendah dan densitas yang tinggi sehingga energi yang mengenainya akan langsung dipantulkan ke
transducer, energi yang kuat menyebabkan pasir mampu membentuk pantulan kedua atau lebih. Chivers et al. 1990 menyatakan nilai E2 yang tinggi berasal
dari substrat yang keras dan nilai E2 yang rendah berasal dari substrat yang lunak.
Hubungan antara nilai E2 dengan tipe substrat secara keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan analisis regresi berganda.
E2 = -0.00057 + 3.43 pasir + 2.33 lanau + 1.12 liat Nilai r
2
sebesar 47.9, hal ini menunjukkan hubungan yang lemah antara fraksi tipe substrat terhadap pembentukan nilai E2. Ini terjadi karena fraksi tipe substrat
didominasi oleh lanau dan liat yang berukuran kecil sehingga energi E2 yang terbentuk juga lemah.
4.6.3 SS terhadap fraksi substrat
SS merupakan nilai hambur balik dari permukaan dasar perairan yang merupakan persamaan turunan dari SV. Persamaan di bawah menunjukkan
hubungan SS dengan ukuran butir substrat. Nilai r
2
tertinggi ditunjukkan pada persamaan hubungan SS terhadap pasir Gambar 26.
45
Gambar 26 Hubungan SS terhadap fraksi substrat Pasir memiliki ukuran butir yang lebih besar daripada lanau dan liat,
sehingga pasir mampu memberikan pantulan paling kuat sesuai dengan persamaan SS yang menggunakan SVmax. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manik et al.
2006 menyatakan SS dipengaruhi oleh ukuran butir dan kedalaman perairan karena pasir memiliki porositas yang rendah dibandingkan lanau atau liat.
Hubungan antara nilai SS dengan tipe substrat secara keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan analisis regresi berganda.
SS = 0.129 – 1.28 pasir – 1.98 lanau – 0.8 liat
Nilai r
2
sebesar 99.1., hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara fraksi tipe substrat terhadap pembentukan nilai SS. Besarnya nilai r
2
SS dengan E1 hampir sama karena nilai SS dibentuk dari nilai pantulan SVmax yang pertama.
4.7 Pengelompokkan Stasiun Berdasarkan Nilai SV dan Persentase Substrat
Analisis klaster merupakan salah satu analisis multivariat yang bertujuan untuk mengklasifikasikan objek ke dalam beberapa kelompok berdasarkan sifat
kemiripan objek. Masing-masing kelompok bersifat homogen antar anggota dalam kelompok berdasarkan pada variabel-variabel yang dipertimbangkan untuk diteliti.
46
Gambar 27 Pengelompokkan stasiun berdasarkan nilai akustik dan persentase sedimen
Interpretasi dendogram dilakukan secara subjektif karena belum ada cara yang baku untuk diterapkan Gambar 27. Hasil dendogram didasarkan pada nilai
akustik dan persentase sedimen masing-masing stasiun. Pembagian kelompok dendogram didasarkan pada kemiripan sifat parameter substrat. Dendogram dibagi
menjadi dua kelompok, kelompok 1 terdiri dari 1, 3, 4, 9, 6, 8, dan 7 karena kemiripan sifat tipe substratnya yang dominan mengandung lumpur. Kelompok 2
meliputi stasiun 2 dan 5 karena tipe substrat pada kedua stasiun tersebut dominan pasir Gambar 28. Perbedaan pembentukan kelompok didasarkan pada parameter
substrat dan akustik yang memiliki karakteristik kemiripan tersendiri pada masing-masing stasiun.
4.8 Analisis Komponen Utama AKU
Analisis komponen utama digunakan untuk melihat seberapa besar hubungan antara parameter fisika substrat dasar perairan, parameter akustik, dan
makrozoobentos. Parameter fisika substrat meliputi fraksi pasir, lanau, dan liat sedangkan parameter akustik meliputi nilai scattering surface SS dan kedalaman.
Parameter makrozoobentos meliputi kepadatan, keanekaragaman, dan dominansi Gambar 28.