3 Analisis nilai hambur balik dasar perairan berupa SV E1 kekasaran, SV E2
kekerasan, dan SS. Nilai parameter E1 dan E2 dihubungkan untuk mengklasifikasi tipe sedimen atau dengan nilai SS saja. Hasil pengukuran tersebut
dihubungkan dengan struktur komunitas makrozoobentos sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk menentukan karakteristik suatu
perairan. Hal-hal tersebut menjadi penting untuk dikaji karena lingkungan delta Mahakam
telah mengalami
peningkatan kerusakan
lingkungan yang
membutuhkan solusi upaya pengelolaan.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Delta Mahakam
Sungai Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimatan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang
sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian Hilir. Sungai
Mahakam memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan, maupun sebagai prasarana transportasi
DKP Kabupaten Kutai Kartanegara 2010.
Muara sungai atau estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air
tawar dari daratan Bengen 2002. Fairbridge 1980, diacu dalam Wibisono 2010 berpendapat bahwa estuaria merupakan suatu tempat masuknya air laut
hingga mencapai lembah sungai sejauh pengaruh pasang. Muara sungai Mahakam memiliki delta yang jika dilihat dari atas berbentuk seperti kipas. Menurut Storms
et al. 2005 delta Mahakam merupakan tipikal delta dunia yang berbentuk kipas, terbentuk karena adanya endapan sedimen dengan jumlah besar yang dibawa oleh
sungai Mahakam dan adanya pengaruh pasang surut yang berasal dari selat Makassar.
Pasang surut yang mendominasi daerah estuaria terjadi secara berkala dan sangat berpengaruh terhadap lingkungan pantai dan daratan di wilayah pesisir. Hal
ini disebabkan karena terdapatnya partikel sedimen yang dibawa pada saat pasang dan pada saat surut. Aliran air laut pada saat pasang akan membawa partikel
sedimen dari laut dan akan mengendap di bagian hilir sungai, sedangkan aliran air dari sungai juga akan membawa partikel sedimen yang berasal dari hulu sungai
dan juga pada akhirnya akan mengendap di hilir sungai, sehingga proses sedimentasi yang terjadi di bagian hilir sungai sangat tinggi seiring dengan
berlangsungnya dinamika air melalui proses pasang surut Bilgili et al. 2003.
Faktor lain yang menyebabkan tingginya sedimentasi di daerah ini adalah meningkatnya aktivitas manusia yang memberikan dampak negatif sangat besar.
Wilayah delta Mahakam yang memiliki kekayaan sumberdaya alam hayati dan non hayati sangat potensial untuk dikelola. Pramudji et al. 2007 mengemukakan
tingginya sumberdaya alam yang dimiliki tersebut, maka kegiatan industri dan ekonomi banyak ditemukan di daerah ini. Misalnya adalah kegiatan pengeboran
gas dan minyak, penambangan batu bara, pemanfaatan hasil hutan, dan pertambakan, serta transportasi. Perubahan tata guna lahan ini menyebabkan
pengikisan tanah sepanjang daerah aliran sungai serta bahan sisa galian dari penambangan dan kegiatan pertanian di daratan Kalimantan meningkat sehingga
menyebabkan bertambahnya jumlah sedimen di sungai dan akhirnya terjadi pendangkalan. Sedimen yang terkumpul di muara sungai Mahakam komposisinya
menjadi unik karena berasal dari berbagai sumber yang berbeda.
5
2.2 Sedimen
Beberapa pengertian dari sedimen diantaranya menurut Shirley 1994, sedimen merupakan pecahan material yang melayang-layang dalam udara, air,
maupun dikumpulkan di dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya. Sedimen adalah kerak bumi regolith yang ditransportasikan melalui
proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertikal maupun secara horizontal Garrison 2005.
Sedimen adalah bahan utama pembentuk morfologi topografi dan batimetri pesisir. Sedimen berasal dari fragmentasi pemecahan batuan.
Pemecahan tersebut terjadi karena pelapukan weathering yang dapat berlangsung secara fisik, kimiawi atau biologis. Berubahnya morfologi pesisir
terjadi sebagai akibat berpindahnya sedimen yang berlangsung melalui mekanisme erosi, pengangkutan transport, dan pengendapan deposition.
Ukuran partikel-partikel sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisiknya dan berakibat sedimen yang terdapat pada berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang
berbeda antara satu dan yang lainnya Hutabarat dan Evans 2008.
Sedimen diciri atau dikarakterisasi menurut sifat-sifat alami yang dimilikinya, yaitu misalnya: ukuran butir grain size, densitas, komposisi,
porositas, bentuk, awal terbentuknya, dan lain sebagainya Poerbandono dan Djunasjah 2005.
Wibisono 2010 mengklasifikasikan sedimen berdasarkan: 1.
Klasifikasi berdasarkan asalnya a.
Lithogeneous Jenis sedimen yang berasal dari pelapukan weathering batuan dari daratan,
lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. b.
Biogenous Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari remah-
remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sedimen ini adalah
CaCO
3
dan SiO
2
. Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan dalam sedimen
calcareous terdiri
dari cangkang-cangkang
Foraminifera, Cocolithophore, dan Pteropoda. Cangkang Diatomae dan Radiolaria
merupakan kontributor yang paling penting dari partikel Siliceous. c.
Hydrogenous Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan
konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan deposisi di dasar laut. Contohnya endapan Mangan Mn yang berbentuk nodul, endapan
fosforite P
2
O
5
, dan endapan glauconite hidro silikat yang berwarna kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si.
d. Cosmogenous
Sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga
mempunyai respon magnetik dan berukuran antara 10 – 640 μ.
Sedimen di sekitar wilayah muara sebagian besar berasal dari lithogenous yang mengikuti drainase sungai, kemudian terendapkan di dasar perairan muara.
Proses pengendapan flocculation yang didahului dengan proses absorpsi dari