Kepadatan, Keanekaragaman, dan Dominansi Makrozoobentos

39 Tabel 15 Kepadatan, indeks keanekaragaman, dan dominansi makrozoobentos Stasiun Kepadatan K indm 2 Keanekaragaman H’ Dominansi C Tipe Substrat 1 177.78 0.45 0.37 Lumpur berpasir 2 533.33 0.29 0.51 Pasir 3 533.33 0.00 1.00 Lumpur 4 888.89 0.65 0.21 Lumpur 5 177.78 0.45 0.37 Pasir berlumpur 6 755.56 0.99 0.11 Lumpur 7 266.67 0.37 0.50 Lumpur berpasir 8 88.89 0.30 0.50 Lumpur 9 311.11 0.55 0.30 Lumpur Gambar 21 Kepadatan makrozoobentos Kepadatan makrozoobentos tertinggi terdapat pada stasiun 4 dengan total kepadatan sebesar 888.89 indm 2 . Kondisi ini diduga karena posisi stasiun 4 dekat dengan tepi hutan mangrove dan nypa yang substratnya mengandung nutrien cukup tinggi Tabel 15 dan Gambar 21. Hal ini didukung oleh Sunarto 2008 yang menyatakan bahwa pada satu wilayah dasar perairan yang mendapatkan guguran serasah daun mangrove cukup banyak akan didegradasi oleh mikroba menjadi bahan organik dengan kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Kandungan nutrisi yang cukup tinggi dan kandungan bahan organik yang cukup banyak maka 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K e p ad atan i n d m 2 Stasiun 40 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 In d e ks H Stasiun akan memberikan kesempatan kepada biota bentik untuk hidup dan tumbuh berkembang. Karakteristik perairan ini memiliki pola sebaran kepadatan biota rendah pada muara sungai, meningkat di lokasi depan muara sungai, kemudian akan kembali menurun di stasiun terjauh. Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh arus dan debit air sungai, semakin ke arah laut maka arus dan debit air relatif menurun sehingga arus yang lemah hanya mampu membawa objek yang berukuran kecil. Nybakken 1988 menyatakan arus akan dapat mempengaruhi pola penyebaran organisme. Akibat adanya arus yang kuat butiran substrat dapat teraduk dan tersuspensi kembali. Hal ini sangat mempengaruhi hewan infauna yang hidup di dalam substrat. Kepadatan terendah ditemui pada stasiun 8 dengan total kepadatan sebesar 88.89 indm 2 . Posisi stasiun yang jauh dari muara dan dekat dengan bangunan kilang minyak diduga mempengaruhi pasokan nutrien, suhu, dan salinitas di lokasi tersebut, sehingga hanya jenis tertentu saja yang mampu beradaptasi sisanya akan terdegradasi. Odum 1996 menyatakan jumlah spesies dapat berkurang jika suatu lingkungan mendapat tekanan baik secara fisik, biologi maupun secara kimia. Gambar 22 Indeks keanekaragaman 41 Menurut Wibisono 2010 kriteria penilaian indeks keanekaragaman dibagi menjadi lima Tabel 16. Tabel 16 Kriteria penilaian pembobotan kualitas lingkungan bentos H’ Kondisi struktur komunitas Kategori Skala 2.41 Sangat tinggi, sangat stabil Sangat baik 5 1.81 – 2.4 Tinggi, lebih stabil Baik 4 1.21 – 1.8 Sedang, stabil Sedang 3 0.61 – 1.2 Rendah, cukup stabil Buruk 2 0.6 Sangat rendah, tidak stabil Sangat buruk 1 Sumber: Wibisono 2010. Nilai indeks keanekaragaman H’ untuk lokasi penelitian secara umum berkisar antara 0 – 0.99 Tabel 15. Jika disesuaikan dengan kriteria pembobotan kualitas lingkungan bentos Tabel 16 berarti kondisi struktur komunitas keanekaragaman sangat rendah dan tidak stabil. Kondisi ini masuk dalam skala 1 dalam kategori sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan pertambangan sehingga menurunkan kualitas perairan dan mempengaruhi jumlah keanekaragaman makroozoobentos yang mendiami tempat tersebut, hanya makrozoobentos tertentu yang mampu bertahan hidup pada kondisi seperti ini. Nilai H’ terendah ada pada stasiun 3 sebesar 0 yang berarti kondisi struktur komunitas sangat rendah dan tidak stabil artinya masuk dalam kategori sangat buruk. Pada lokasi ini hanya ditemui 1 jenis individu dari kelas Polychaeta. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana posisi stasiun berada dekat dengan lokasi pertambakan sehingga terjadi laju substratasi yang cukup tinggi dan hanya jenis tertentu dari Polychaeta yang mampu bertahan hidup. Pada stasiun ini yang mampu bertahan hidup adalah dari famili Orbiniidae. Beberapa jenis dari famili ini termasuk jenis oportunistik dan memiliki karakteristik sebagai pemakan deposit. Pemakan deposit dan jenis oportunistik menyukai tipe substrat lumpur sehingga dapat memanfaatkan kandungan oksigen yang rendah di dalam substrat. Odum 1996 menyatakan jumlah spesies dapat berkurang jika suatu lingkungan mendapat tekanan baik secara fisik, biologi maupun secara kimia. Nilai H’ tertinggi ada pada stasiun 6 sebesar 0.99 yang artinya tingkat keanekaragamannya rendah dengan kondisi lingkungan cukup stabil artinya lokasi tersebut masuk dalam kategori buruk. Pada stasiun 6 dapat dijumpai 11 jenis dari 6 famili yang berbeda. Kondisi ini diduga karena posisi stasiun yang berada jauh dari muara sungai tingkat substrattasi dari sungai dan pengaruh limbah tambak berkurang, namun adanya bangunan pertambangan mengakibatkan suhu dan sedimentasi yang berasal dari buangan limbah pertambangan meningkat. 42 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 In d e ks C Stasiun Gambar 23 Indeks dominansi Nilai indeks dominansi berkisar antara 0.11 – 1 Tabel 15 dan Gambar 23. Odum 1971 menyatakan nilai indeks dominansi C berkisar antara 0-1. Bila nilai indeks dominansi mendekati 1 maka terdapat organisme tertentu yang mendominasi suatu perairan, namun bila nilai indeks dominansi mendekati 0, maka tidak ada jenis yang dominan. Indeks dominansi tertinggi dapat dijumpai pada stasiun 3 sebesar 1. Kondisi ini karena pada stasiun ini hanya ditemukan 1 famili yaitu Orbiniidae sebanyak 12 individu. Indeks dominansi terendah dapat ditemui pada stasiun 6 sebesar 0.11 terdiri dari 17 individu. Tingginya indeks dominansi pada stasiun 3 diduga karena posisi stasiun yang berada di dekat tambak, limbah tambak mempengaruhi bahan organik yang dikandung oleh perairan sehingga hanya organisme bentik tertentu yang mampu bertahan hidup di lingkungan yang kurang baik. Nilai indeks dominansi akan berbanding terbalik dengan indeks keanekaragaman artinya semakin banyak jenis makrozoobentos yang dapat ditemui dalam suatu perairan maka akan menurunkan peluang dominansi dari jenis makrozoobentos tertentu. Tingkat dominansi yang tinggi menunjukkan kondisi lingkungan yang buruk dan berakibat pada tekanan ekologis terhadap organisme bentik. Odum 1996 dominan di dalam semua golongan ekologi akan nyata terjadi pada lingkungan yang ekstrim. 4.6 Hubungan Parameter Akustik terhadap Fraksi Substrat 4.6.1 E1 terhadap fraksi substrat Hubungan antara E1 terhadap ukuran butir substrat Gambar 24. Terlihat bahwa semakin kecil ukuran butirnya semakin kuat nilai koefisien determinasinya r 2 . Pasir memiliki hubungan paling kuat dengan E1, hal ini karena pasir 43 memiliki ukuran butir cukup besar dan kasar sehingga energi yang dipantulkan lebih banyak. Liat memiliki hubungan paling lemah terhadap pembentukan E1 karena liat memiliki ukuran butir yang kecil dan porositas yang tinggi sehingga jumlah pantulan dari liat lebih sedikit. Gambar 24 Hubungan E1 terhadap fraksi substrat Berdasarkan persamaan-persamaan di atas dapat diasumsikan bahwa E1 berhubungan kuat dengan kekasaran substrat. Maka, jika nilai hambur balik E1 semakin besar maka semakin kasar pula tipe substrat yang dideteksi. Collier dan Brown 2005 menyatakan ada korelasi positif antara kekuatan hambur balik dan ukuran butir sedimen, secara umum bahwa hambur balik tertinggi berkorelasi dengan sedimen kasar. Hubungan antara nilai E1 dengan tipe substrat secara keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan analisis regresi berganda. E1 = 0.027 + 0.502 pasir – 0.431 lanau – 0.174 liat Nilai r 2 sebesar 99.4, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara fraksi tipe substrat terhadap pembentukan nilai E1.

4.6.2 E2 terhadap fraksi substrat

E2 dihasilkan dari satu kali pantulan dengan permukaan perairan dan dua kali pantulan dasar perairan. Hanya tipe substrat yang memiliki densitas tinggi dan porositas rendah yang mampu menghasilkan gema pantulan kedua. Hubungan antara E2 terhadap ukuran butir substrat yang paling kuat ditunjukkan oleh persamaan hubungan E2 terhadap pasir Gambar 25.