Pengaruh Fraksi Protein terhadap Berat Molekul Protein Fraksi

72 Metode dan waktu esktraksi, suhu ekstraksi, serta pH suspensi mempengaruhi kadar total fraksi dan protein recovery secara signifikan pada 〈 = 0,05 Gambar 27. Metode 2 dan 3 meningkatkan kadar total fraksi dan memberikan protein recovery yang lebih besar. Protein recovery akan diperoleh semakin besar dengan semakin lamanya waktu ekstraksi hingga seluruh protein yang dapat terlarut telah terlarut dalam solven. Waktu ekstraksi yang berkepanjangan tidak akan meningkatkan protein recovery lebih lanjut. Metode 1 merupakan ekstraksi dengan waktu yang lebih pendek daripada kedua metode yang lain. Kombinasi dengan suhu 80 °C dapat memberikan peningkatan kadar total fraksi dan protein recovery secara signifikan. Penurunan protein recovery pada Metode 3 terkait dengan terjadinya denaturasi protein karena pemanasan yang berkepanjangan. Peningkatan pH suspensi dapat meningkatkan total fraksi dan protein recovery . Perubahan pH suspensi dari pH 6 menjadi pH 8 maupun 9 meningkatkan kadar total fraksi dan protein recoverynya. Adapun hal ini harus disertai dengan waktu ekstraksi yang sesuai, yaitu Metode 2. Semakin menjauhi titik isoelektriknya maka kelarutan akan semakin tinggi sehingga total fraksi dan protein recovery yang diperoleh juga semakin besar pula.

4.5. Pengaruh Fraksi Protein terhadap Berat Molekul Protein Fraksi

Elektroforesis SDS-PAGE digunakan untuk mengetahui berat molekul BM protein penyusun masing-masing fraksi. Analisis ini dilakukan pada fraksinasi yang dilakukan menggunakan Metode 2 dengan pH 9 dan suhu 80 °C karena memberikan protein recovery tertinggi. Fraksinasi Osborne tidak dapat mengelompokkan protein berdasarkan berat molekul protein pada setiap fraksinya Gambar 28. Variasi BM setiap fraksi tidak dipengaruhi oleh fraksinasi yang dilakukan karena terdapat kisaran BM yang sama pada setiap fraksinya. Adapun setiap fraksi teridentifikasi memiliki kisaran BM yang cukup besar. Kondisi ini menjelaskan bahwa protein dengan berat molekul kecil sebagian besar telah terekstraksi saat pembuatan susu kedelai. Variasi berat molekul protein fraksi pada setiap fraksi relatif sama. Hal ini terkait dengan metode SDS-PAGE itu sendiri. Analisis elektroforesis 73 menggunakan SDS-PAGE mengevaluasi berat molekul protein berdasarkan penyusun fraksi dalam bentuk sub unitnya. Kondisi ini terjadi karena adanya merkaptoetanol yang ditambahkan dalam sampel sehingga akan memutus protein menjadi sub unit-sub unit protein penyusunnya. Dengan demikian protein penyusun fraksi sebenarnya berupa protein yang tersusun atas gabungan beberapa sub unit. Identifikasi protein penyusun fraksi dalam bentuk multisubunitnya dapat diketahui dengan melakukan analisis menggunakan native electrophoresis. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 116,0 80,4788 71,2218 80,4788 71,2218 71,2218 72,6872 66,2 45,0 58,0986 64,3264 35,0 37,1177 37,1177 25,0 14,4 Line: 1 dan 2 = albumin; 3 dan 4 = globulin; 5 dan 6 = prolamin; Keterangan: 7 dan 8 = glutelin; 9 dan 10 = marker Gambar 28 Variasi berat molekul fraksi protein tepung okara Berat molekul subunit penyusun β-conglicynin sekitar 72 kDa α’, 68 kDa α, dan 52 kDa β Fukushima, 2004. Molekul subunit penyusun glycinin terdiri atas polipeptida asam dan polipeptida basa dengan berat molekul sekitar 35 kDa dan 20 kDa. Protein dengan berat molekul yang 71,2218 kDa diduga merupakan subunit α yang menyusun β-conglicynin, sedang protein dengan BM 37,1177 diduga berupa polipeptida asam.

4.6. Komposisi Asam Amino Fraksi Protein Tepung Okara