pencagaran sumberdaya gen dapat terwujud karena keragaman tanaman termasuk unggas, ternak, dan ikan yang sering dipelihara di pekarangan. Pekarangan juga
memberikan efek iklim mikro bagi lingkungan sekitar, seperti penurunan suhu. Fungsi sosial pekarangan terutama terlihat di pedesaan karena umumnya
pekarangan tidak berpagar sehingga orang atau tetangga dapat dengan bebas masuk ke dalam pekarangan. Pekarangan dapat mempunyai prodiktivitas yang
tinggi sehingga pekarangan juga bermanfaat untuk keperluan sendiri maupun untuk produksi komersial. Fungsi estetis pekarangan akan nampak dari penataan
pekarangan dan keindahan tanaman itu sendiri Seormarwoto 1991.
2.2.2 Struktur Tanaman dan Pola Pekarangan
Struktur tanaman dalam pekarangan dapat menciptakan keragaman tanaman, baik secara vertikal maupun horisontal. Menurut Arifin 1998,
keragaman vertikal tercipta secara fisik melalui ketinggian tanaman, yaitu rumputherba untuk ketinggian kurang dari 1 m strata I, semak untuk ketinggian
1-2 m strata II, perdu dan pohon kecil dengan ketinggian 2-5 m strata III, pohon sedang yang memiliki tinggi antara 5-10 m strata IV, dan pohon tinggi
untuk ketinggian pohon di atas 10 m strata V. Sedangkan struktur horizontal dalam pekarangan sebagai agroforetri diklasifikasikan dalam delapan kategori
tanaman sesuai dengan fungsinya, yaitu tanaman hias, tanaman obat, tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman obat, tanaman penghasil pati, tanaman industri,
dan tanaman lain seperti penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajinan tangan, dan peneduh.
Pekarangan memiliki pola penataan ruang tertentu. Suatu tapak pekarangan terdiri dari ruang terbangun rumah dan ruang terbuka pekarangan
dimana rumah dan pekarangan memiliki hubungan dalam fungsi ruang, fungsi manfaat, dan fungsi estetika. Ruang terbuka pekarangan terdiri dari tiga zona,
yaitu pekarangan depan, pekarangan samping kiri dan kanan, dan pekarangan belakang. Pembagian ruang ini akan selalu dikaitkan dengan fungsinya Arifin
1998. Pekarangan depan umumnya ditanami dengan tanaman hias dan atau
dibiarkan bersih tanpa tanaman. Dalam masyarakat Jawa Barat bagian ini biasa
disebut buruan. Pekarangan depan biasanya digunakan sebagai tempat bermain anak, tempat menjemur hasil pertanian, tempat mengemas sayuran, tempat
membuat kerajinan rumah tangga, dan tempat bersosialisasi. Pekarangan samping pipir lebih sering digunakan sebagai tempat menjemur pakaian atau tempat
menanam pohon penghasil kayu bakar serta dan untuk bedeng tanaman pangan atau tanaman obat. Pekarangan belakang kebon biasanya terdapat bedeng
tanaman sayur, tanaman bumbu, tanaman buah, dan tanaman industri yang dapat membentuk pola multistrata seperti miniatur hutan hujan tropis Arifin 1998.
2.3 Agroforestri dalam Pekarangan