Sumber: Arafat 2010 Gambar 2 Praktik Agroforestri dalam Pekarangan
Agroforestri dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan kepentingannya. Pengklasifikasian agroforestri yang paling
umum, tetapi juga sekaligus yang paling mendasar adalah ditinjau dari komponen yang menyusunnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, agroforestri dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : a.
agrisilvikultur, yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan tanaman berkayu dengan komponen pertanian
tanaman non-kayu; b.
silvopastura, yaitu sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan tanaman berkayu dengan komponen peternakan binatang ternak;
c. agrosilvopastura, yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan
komponen berkayu kehutanan dengan pertanian semusim dan sekaligus peternakan pada unit manajemen lahan yang sama. Pengkombinasian
dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa khususnya komponen berkayu atau kehutanan
kepada manusia atau masyarakat to serve people Sardjono, Djogo, Arifin, Wijayanto 2003.
2.4 Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Pekarangan
Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang
terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetika. Ragam hayati meliputi seluruh spesies
tumbuhan, binatang, mikroorganisme, dan gen-gen yang terkandung dalam seluruh ekosistem di muka bumi. Pada dasarnya keragaman ekosistem di alam
terbagi dalam beberapa tipe, yaitu ekosistem padang rumput, ekosistem hutan, ekosistem lahan basah dan ekosistem laut Indrawan, Primack, Supriatna 2007
Keanekaragaman hayati merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia karena potensial sebagai sumber pangan,
papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain. Keanekaragaman
hayati bagi manusia adalah pendukung kehidupan yang memberi manusia memperoleh ruang hidup yang di dalamnya terdapat flora, fauna, dan sebagainya
untuk dikelola secara bijaksana oleh manusia, dimana sebenarnya manusia sendiri adalah salah satu komponen keanekaragaman hayati Indrawan et al. 2007.
Namun, tingginya populasi manusia, kemiskinan, dan konsumsi sumber daya
yang tidak seimbang telah menyebabkan krisis keanekaragaman hayati. Krisis ini juga disebabkan oleh aktivitas pemanfaatan yang tidak melihat akibat jangka
panjangnya. Oleh karena itu, konservasi keanekaragaman hayati diperlukan karena pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak
seimbang akan menyebabkan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya, kerusakan ekosisitem, dan menipisnya plasma
nutfah Supriatna 2008. Ada dua metode utama untuk mengoservasi biodiversitas, yaitu konservasi
in-situ dalam habitat alaminya dan konservasi ex-situ di luar habitat alaminya. Pekarangan dengan basis agroforestri dapat menjadi salah satu metode konservasi
secara ex-situ, khususnya untuk pertanian. Konservasi ex-situ merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan mengambilnya dari
habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia
Indrawan et al. 2007. Pekarangan dengan elemen
di dalamnya tanaman, ternak, dan atau ikan dapat meningkatkan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi
kepada ketahanan pangan serta pemenuhan nutrisi bagi manusia Arifin 2012.
2.5 Model Pekarangan