disebut buruan. Pekarangan depan biasanya digunakan sebagai tempat bermain anak, tempat menjemur hasil pertanian, tempat mengemas sayuran, tempat
membuat kerajinan rumah tangga, dan tempat bersosialisasi. Pekarangan samping pipir lebih sering digunakan sebagai tempat menjemur pakaian atau tempat
menanam pohon penghasil kayu bakar serta dan untuk bedeng tanaman pangan atau tanaman obat. Pekarangan belakang kebon biasanya terdapat bedeng
tanaman sayur, tanaman bumbu, tanaman buah, dan tanaman industri yang dapat membentuk pola multistrata seperti miniatur hutan hujan tropis Arifin 1998.
2.3 Agroforestri dalam Pekarangan
Agroforestri tersusun dari dua kata, yaitu agro pertanian dan forestry kehutanan yang berarti menggabungkan ilmu kehutanan dan pertanian.
Agroforestri menggambarkan penggunaan lahan dimana tegakan pohon berumur panjang termasuk semak, palem, bambu, kayu dan tanaman pangan dan atau
pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu. Definisi lain menjelaskan, agroforestri sebagai
bentuk sistem kegiatan atau praktik dalam mengelola sumber daya biologi dengan memanen energi matahari untuk menghasilkan suatu produk pertanian dalam arti
luas dan produk yang dihasilkan dari tegakan pohon. Sistem agroforestri bertujuan menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan
melalui interaksi ekologi dan ekonomi antar unsur-unsurnya Arifin, Wulandari, Pramukanto, Kaswanto 2009.
Pekarangan dengan strata vertikal dan horizontal merupakan suatu praktik dari agroforestri kompleks Gambar 2. Sistem agroforestri kompleks dengan
sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, herba, tanaman semusim, dan rumput. Penampilan fisik dan dinamika di dalamnya menyerupai
ekosistem hutan alam primer maupun sekunder. Keunggulan sistem ini adalah kemampuan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya air dan tanah, serta
mempertahankan keragaaman biologi Arifin et al. 2009.
Sumber: Arafat 2010 Gambar 2 Praktik Agroforestri dalam Pekarangan
Agroforestri dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan kepentingannya. Pengklasifikasian agroforestri yang paling
umum, tetapi juga sekaligus yang paling mendasar adalah ditinjau dari komponen yang menyusunnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, agroforestri dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : a.
agrisilvikultur, yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan tanaman berkayu dengan komponen pertanian
tanaman non-kayu; b.
silvopastura, yaitu sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan tanaman berkayu dengan komponen peternakan binatang ternak;
c. agrosilvopastura, yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan
komponen berkayu kehutanan dengan pertanian semusim dan sekaligus peternakan pada unit manajemen lahan yang sama. Pengkombinasian
dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa khususnya komponen berkayu atau kehutanan
kepada manusia atau masyarakat to serve people Sardjono, Djogo, Arifin, Wijayanto 2003.
2.4 Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Pekarangan