Telaga Desa Karawang International Industrial City dan Telaga Desa

22 Gambar 7 Fasilitas di Telaga Desa

4.2 Analisis Situasional

4.2.1 Polutan di KIIC

Masalah umum yang terjadi dalam suatu kawasan industri adalah pemandangan yang kurang menyenangkan karena didominasi bentang perkerasan, suasana tidak nyaman dan panas, serta gangguan debu dan kebisingan Tandy 1975 , disitasi oleh Nugroho 2009. Oleh karena itu, pihak Kawasan Industri KIIC melakukan pengukuran rutin terhadap udara termasuk air limbah. Polutan cair dan padat diukur setiap satu bulan sekali, sedangkan polutan udara diukur setiap tiga bulan sekali pada tiga titik berbeda. Dalam pembuatan model pekarangan di area pinggir danau Telaga Desa, polutan udara dan polusi suara seperti debu dan kebisingan menjadi salah satu masalah penting yang harus dikurangi. Masalah kebisingan terjadi karena Telaga Desa berada di tengah-tengah Kawasan Industri KIIC dan dekat dengan pabrik- pabrik baru yang akan segera dibangun. Oleh karena itu, elemen di dalam model pekarangan, khususnya tanaman dipilih selain untuk fungsi konservasi keanekaragaman hayati juga untuk mereduksi kebisingan atau polutan udara lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Karawang pada Maret 2011, kadar debu rata-rata di sekitar Telaga Desa sebesar 91,60 µgm³. Nilai ini masih berada di bawah nilai ambang batas NAB yaitu 230 µgm³ yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No: Kep- 50MENKLHII1996 tentang Pedoman Baku Tingkat Kebauan. Kebisingan yang terjadi di sekitar Telaga Desa juga masih berada di bawah NAB NAB = 70 dB pada siang hari berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep- 48MNKLH111996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu 53,2 dB. Kegiatan yang menyumbangkan kebisingan terbesar adalah pada saat dilakukan pembangunan perusahaan industri baru. Selain mengukur debu dan kebisingan, parameter lain yang diukur oleh pihak KIIC yaitu SO 2 , NO 2, CO, H 2 S, dan NH 3 Tabel 3. Tabel 3 Tingkat Kebisingan, Debu, dan Gas di sekitar Telaga Desa KIIC Parameter Waktu Pengukuran Satuan Baku Mutu Hasil Kebisingan Siang dB 70 57,200 SO 2 1 jam µgm³ 900 31,20 NO 2 1 jam µgm³ 400 36,48 CO 1 jam µgm³ 30000 166,520 Debu 24 jam µgm³ 230 91,600 H 2 S 1 jam ppm 0,02 0,001 NH 3 1 jam ppm 2,0 0,005 Sumber : KIIC 2011 Secara umum, pencemaran udara keseluruhan area Kawasan Industri KIIC tidak melebihi NAB. Namun langkah-langkah untuk mengurangi dampak dari pencemaran udara tetap harus dilakukan karena pencemaran udara dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengurangi pencemaran udara, baik oleh kebisingan, debu atau gas-gas tertentu dapat digunakan pohon-pohon yang efektif untuk menyerap debu dan gas. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan melakukan kombinasi tanaman seperti pohon, semak, dan tanaman penutup tanah. Tanaman semak atau pohon lebar beraneka ragam dapat mengurangi debu dengan jumlah tinggi karena dapat diendap dalam tanaman serta meredam kebisingan Frick dan Suskiyatno 1998, disitasi oleh Jahara 2002. Dahlan 1992 disitasi oleh Jahara 2002 menambahkan tanaman penahan dan penyaring partikel padat dari udara memiliki permukaan daun berbulu atau bertrikoma. Tanaman yang dapat digunakan di dalam pekarangan antara lain bunga kupu-kupu, cempaka, dan kenangan Gandasari 1994, disitasi Jahara 2002. Sedangkan tanaman yang dapat menjerap gas mempunyai stomata yang banyak, ketahanan yang tinggi terhadap gas tertentu, dan tahan terhadap serangan angin. Contoh tanaman ini antara lain puring, akalipa, nusa indah, soka, dan kembang sepatu dari kelompok perdu serta ketapang, mahoni, asam kranji, dan dadap kuning dari kelompok pepohonan. Untuk tanaman peredam kebisingan dapat dipilih dari tanaman yang mempunyai tajuk yang rapat, kerapatan daun yang tinggi dan padat dari permukaan tanah sampai ke atas, atau berdaun jarum. Jenis tanaman ini antara lain bambu, beringin, dan tanjung Jahara 2002.

4.2.2 Topografi dan Tanah

Dalam pembuatan model pekarangan, topografi berpengaruh terhadap aliran permukaan atau erosi yang dapat terjadi di tapak. Lereng yang curam dapat meningkatkan kecepatan aliran permukaan yang mengakibatkan bertambah besarnya kekuatan angkut air Arsyad 1985. Telaga Desa memiliki bentuk tapak yang berbukit-bukit meskipun telah dilakukan beberapa rekayasa lanskap misal untuk sirkulasi dan bangunan tertentu Gambar 9. Untuk tapak penelitian, area pinggir danau Telaga Desa memiliki ketinggian 35-40 m dpl dan kemiringan 0-25. Berdasarkan peta kontur Gambar 10, tapak ini memiliki kemiringan lahan yang bervariasi dari landai hingga agak curam. Pada tapak yang agak curam diperlukan teknik untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan. Salah satunya secara vegetatif dengan menanam pohon atau tanaman tahunan sebagai lapisan pertama untuk menahan air hujan sebelum jatuh ke tanah yang kemudian dilanjutkan oleh semak hingga rumput. Tanaman yang tersebar merata dan menutupi permukaan tanah dengan baik dapat mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan atau erosi Deptan 2007. Pada tapak yang landai terdapat ancaman berupa genangan air sehingga diperlukan sistem drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan air. Sumber: KIIC Gambar 9 Rekaya Lanskap Telaga Desa 2006 2007 2008 2007 Topografi juga berpengaruh terhadap pemilihan tanaman yang sesuai dengan ketinggian tersebut. Berdasarkan ketinggiannya, Telaga Desa termasuk dalam kawasan dataran rendah karena ketinggiannya yang kurang dari 700 m dpl Harjadi 1989. Oleh karena itu, tanaman dan hewan yang dipilih dalam pekarangan adalah tanaman dan hewan yang sesuai untuk dataran rendah seperti kenanga dan cempaka Sulistyantara 1992 serta sayuran dataran rendah seperti bayam, kangkung, sawi, kacang panjang, dan tomat Nazaruddin 2003. Tanaman buah-buahan yang sesuai untuk dataran rendah antara lain rambutan, durian, duku, manggis, salak, nanas, belimbing manis, pisang, jeruk keprok, sirsak, pepaya, nangka, sawo, dan jambu biji Harjadi 1989. Tanah merupakan salah satu unsur penting dalam pekarangan karena tanam merupakan media tumbuh bagi tanaman. Berdasarkan Balai Penelitian Tanah Bogor, tanah yang ditemukan di KIIC, khususnya di Telaga Desa adalah tanah podsolik merah kuning dengan pH 7,69 dan bersifat agak alkalis. Tanah ini kurang sesuai dengan kriteria tanah yang diinginkan untuk tanaman pada umumnya tetapi dengan beberapa perlakuan, tanah ini masih dapat digunakan untuk bercocok tanam. Cara yang dapat dilakukan mengatasi permasalahan jenis tanah ini adalah dengan pengolahan tanah yang intensif. Tanah yang berstruktur berat perlu dicangkul dan dibajak lebih lama sehingga gembur. Sedangkan masalah kandungan hara yang sedikit dapat diperbaiki dengan pemupukkan baik pupuk organik atau pupuk kimia, serta penambahan bahan organik ke dalam tanah. Oleh karena itu, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan dan hutan tanaman industri seperti karet Prasetyo dan Suriadikarta 2006. Tanah ini juga dapat ditanami singkong, kacang tanah, tembakau, dan buah-buahan.