4.2.4 Hidrologi
Sumber air yang dugunakan di Telaga Desa khususnya untuk tanaman berasal dari air danau Telaga Desa dengan kualitas visual dan kuantitas air yang
sangat baik. Kondisi ini berdampak pada kelancaran pengairan untuk pertanian dan juga untuk keperluan di Telaga Desa sehari-hari. Danau ini adalah danau
alami. Salah satu sumber air untuk danau ini adalah dari hujan, vegetasi sekitar danau, dan resepan air tanah. Air ini juga dimanfaatkan untuk kolam terpal yang
ada di Telaga Desa. Dalam pembuatan model pekarangan, danau ini dapat menjadi sumber air dalam pekarangan, misal untuk penyiraman tanaman dan
sumber air untuk kolam. Saat terjadi kelebihan air, maka air dari danau ini akan mengalir ke ponddanau buatan yang berada tidak jauh dari area Telaga Desa.
4.2.5 Vegetasi dan Satwa
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang Tahun 2009, lahan di Kabupaten Karawang terdiri dari lahan sawah seluas ±
97.529 ha dan lahan keringdarat sekitar 77.798 ha. Lahan sawah yang luas menjadikan tanaman padi menjadi komoditas utama Karawang. Sedangkan pada
lahan keringdarat, tanaman lebih bervariasi, namun tetap didominasi tanaman pertanian, seperti sayur-sayuran. Sementara itu, untuk Kawasan Industri KIIC,
khususnya di Telaga Desa vegetasi yang ada cukup bervariasi jenis, fungsi, dan ukuran Tabel 4 mulai dari pohon, semak, perduherba, hingga rumput dan
tanaman penutup tanah lainnya Gambar 11. Di dalam Telaga Desa juga telah dilakukan pembibitan untuk tanaman hutan seperti mahoni dan akasia serta
tanaman buah seperti nangka, sirsak, dan mangga. Tanaman-tanaman yang telah tumbuh dengan baik di dalam Telaga Desa dapat menjadi rekomendasi tanaman
yang digunakan dalam pembuatan model pekarangan.
e d
f b
c a
Tabel 4 Daftar Tanaman dan Satwa di Karawang
Tanaman Pati
Singkong, Jagung Sayur
Kacang Hijau, Kacang Panjang, Terong, Mentimun, Sawi, Kangkung, Bayam, Kubis
Buah Mangga, Jambu Biji, Jambu Air, Nangka, Papaya, Pisang, Sawo, Belimbing,
Nanas, Manggis, Sirsak Bumbu
Cabai, Sereh, Jahe, Kencur, Temulawak Obat
Tapak Dara, Mangkok, Kumis Kucing, Gingseng, Temu Putih, Lidah Buaya, Rasamala
Hias Adam Hawa, Bayam-Bayaman, Lolipop, Teh-Tehan, Kembang Sepatu, Soka,
Palem Raja, Walisongo
Industri Jati, Akasia, Flamboyan, Kelapa, Sengon, Ulin, Gaharu, Meranti Merah, Merbau,
Keruing, Manglid, Suren, Mahoni, Akasia, Pulai, Gahari, Eboni
Satwa Ternak
Domba, Sapi, Kambing, Kerbau, Ayam Buras, Ayam Pedaging, Itik Ikan
Mas, Nila, Lele, Mujair
Gambar 11 Beragam Tanaman di Telaga Desa: a Kelompok Tanaman Buah b Kelompok Tanaman Hias c Cabai Rawit d Kangkung e Kacang
Panjang f Kelompok Tanaman Industri
4.3 Konsep Pekarangan
Pekarangan sebagai bentuk taman keanekaragaman hayati Taman Kehati khususnya untuk mengkonservasi keanekaragaman hayati pertanian termasuk
perikanan dan peternakan secara ex-situ dapat diwujudkan dengan membuat pekarangan yang berbasis praktik agroforestri. Pekarangan dengan struktur
agroforestri memiliki struktur tanaman dengan keragaman jenis yang tinggi sehingga membentuk tajuk berlapis-lapis dengan pengelolaan pekarangan yang
tidak intensif. Dalam membuat model pekarangan sebagai bentuk Taman Kehati
terdapat indikator utama yang diperhatikan, yaitu ukuran pekarangan, tinggi tanaman, dan fungsi tanaman.
4.3.1 Ukuran dan Pola Ruang Pekarangan
Berdasarkan luasannya, pekarangan dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu pekarangan sempit dengan luas kurang dari 120 m², pekarangan sedang
dengan luas antara 120-400 m², pekarangan besar dengan luas antara 400-1000 m², dan pekarangan sangat besar dengan luas lebih dari 1000 m² Arifin 1998.
Pada setiap pekarangan dikembangkan bentuk agroforestri, baik agroforestri, agsrosilvopastura, atau agrosilvofisheri yang sesuai berdasarkan hasil analisis
situasional Kawasan Industri KIIC. Pola ruang dalam model pekarangan didasarkan pada pembagian ruang
dalam pekarangan. Pola ruang tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu pekarangan depan, samping kiri dan kanan, dan belakang Arifin 1998. Untuk model
pekarangan di area pinggir danau Telaga Desa, orientasi rumah menghadap ke arah danau Gambar 12. Pada umumnya, suatu hunian hampir selalu berorientasi
kepada daerah yang penting. Berdasarkan pengamatan terhadap bangunan rumah di sekitar Kawasan Industri KIIC dan yang berada dekat Saluran Induk Tarum
Barat, rumah umumnya berorientasi ke arah air, sedangkan bangunan rumah yang jauh dari bantaran sungai, memiliki orientasi ke arah jalan.
Sumber: Arifin 1998 Gambar 12 Pola Orientasi Rumah dan Pekarangan
Bentuk tapak yang memanjang dan mengikuti bentukan danau membuat rumah hampir tidak memiliki pekarangan belakang atau pekarangan depan tetapi
memiliki pekarangan samping yang cukup lebar sehingga pemanfaatan
pekarangan lebih banyak dilakukan di pekarangan samping. Oleh karena itu, untuk mensiasati masalah ruang ini, pola rumah dalam model pekarangan dibuat
memanjang atau melebar ke samping.
4.3.2 Tanaman dalam Pekarangan
Setiap ukuran pekarangan, baik pekarangan sempit, pekarangan sedang, pekarangan besar, ataupun pekarangan sangat besar akan menunjukkan profil
pekarangan yang menciptakan keragaman tanaman, baik secara vertikal maupun horizontal. Keragaman vertikal terlihat dari perbedaan lima strata tanaman, yaitu
strata I 1 m, strata II 1-2 m, strata III 2-5 m, strata IV 5-10 m, dan strata V 10 m. Sedangkan keragaman horizontal terbentuk sesuai dengan fungsinya,
yaitu tanaman hias, tanaman obat, tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman obat, tanaman penghasil pati, tanaman industri, dan tanaman-tanaman lain seperti
penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajinan tangan dan peneduh Arifin 1998. Model pekarangan yang bertujuan mengkonservasi keanekaragaman hayati
pertanian secara ex-situ ditunjang dengan memilih tanaman atau hewan asli atau lokal indigenous species khas Karawang atau Jawa Barat. Spesies lokal yang
dimaksud adalah
spesies asli
Indonesia yang
berasal dari
daerahwilayahekosistem tertentu dan telah banyak diusahakan dan dikonsumsi, termasuk spesies introduksi dari wilayah geografis lain namun telah berevolusi
dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia. Pemilihan tanaman ini untuk mempermudah adaptasi tanaman dan mempermudah pemeliharaan pekarangan.
Untuk kawasan industri, pemilihan tanaman juga harus memperhatikan kondisi lingkungan kawasan industri. Selain sebagai sumber pangan atau untuk
mendukung kebutuhan keluarga lainnya, tanaman juga diharapkan mampu mampu menyerap polutan sekaligus dapat menjadi habitat satwa sehingga dapat
memperbaiki kualitas lingkungan sekitar kawasan industri. Jenis tanaman yang direkomendasikan untuk model pekarangan ini tersaji di Tabel 5.
Penataan tanaman dalam pekarangan perlu diperhatikan. Tanaman kecil maupun tanaman besar diatur sedemikian rupa agar semua tanaman mendapatkan
sinar matahari sesuai kebutuhannya. Tanaman-tanaman yang berukuran kecil dapat ditempatkan di bagian timur dan tanaman yang berukuran besar seperti