Produksi Benih Perbenihan Tanaman Mindi .1 Sumber Benih

kg. Hal ini menunjukkan bahwa potensi reproduksi mindi di Wanayasa yang rendah mungkin terjadi karena adanya potensi penyerbukan sendiri yang menyebabkan kegagalan dalam menghasilkan biji yang viabel dan akibatnya produksi buah menjadi rendah. Produksi buah yang rendah pada saat diharapkan panen raya kemungkinan juga disebabkan rontoknya buah muda akibat terpaan anginhujan atau iklim yang tidak mendukung, kurangnya nutrisi atau zat pengatur tumbuh Sedgley Griffin 1989.

III. ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI

3.1 Pendahuluan

Biologi reproduksi tanaman mindi sejauh ini masih belum dipahami secara detail dengan baik dan pengetahuan mengenai biologi reproduksi sangat penting berkaitan dengan produksi benih. Banyak hal yang perlu untuk dipahami dan dikaji termasuk siklus reproduksi, morfologi pembungaan, reseptivitas stigma dan viabilitas polen serta tipe penyerbukannya. Siklus reproduksi biasanya dimulai dari inisiasi atau induksi pembungaan. Akan tetapi inisiasi bunga atau induksi bunga hanya dapat dideterminasi setelah melalui pemeriksaan mikroskopis atau analisis biokimia jaringan tunas Owens Blake 1985. Inisiasi bunga sangat berperan dalam menetapkan waktu yang tepat ketika akan melakukan upaya menginduksi pembungaan. Induksi pembungaan dilakukan untuk mempercepat pembungaan dan meningkatkan jumlah bunga yang pada gilirannya akan meningkatkan pembuahan Moncur Hasan 1994. Morfologi pembungaan mindi penting dipelajari untuk melihat struktur organ reproduksi betina. Setiap rangkaian bunga dan bunganya memiliki karakteristik tersendiri yang erat kaitannya dengan sistem penyerbukan, mulai dari warna petal mahkota bunga, posisi bunga tegak atau menjuntai, letak antera dan stigma, ukuran stilus bahkan bauaroma yang dikeluarkan bunga. Warna bunga bagian petal putih biasanya disukai oleh serangga jenis lebah atau ngengat Faegri van der Pijl 1979. Bunga dengan stilus yang pendek memiliki reseptivitas stigma lebih lama daripada bunga dengan stilus yang berukuran sedang maupun panjang. Hal ini terjadi karena stigma yang tersembunyi pada stilus berukuran pendek, lebih lambat mengalami pengeringan daripada stigma yang tersembul keluar dari corola Waites and Agren 2006. Pada tipe bunga hermaprodit, letak antera dan stigma yang berdekatan dengan posisi hampir sejajar akan berpeluang terjadinya penyerbukan sendiri selfing. Demikian juga dengan ukuran panjang stilus akan mempengaruhi efektivitas terjadinya mekanisme pembuahan fertilization Waites Agren 2006. Penyerbukan akan berhasil apabila terjadi sinkronisasi antara polen viabel dengan stigma yang reseptif. Reseptivitas stigma berhubungan dengan perubahan morfologi stigma yakni terjadinya pembesaran stigma dan permukaan stigma yang basah dan lengket dari eksudat Baskorowati 2008. Reseptivitas stigma didefinisikan sebagai kemampuan stigma untuk mendukung perkecambahan polen dan merupakan tahap yang sangat penting dalam keberhasilan penyerbukan dan sangat bervariasi antar spesies Heslop-Harrison 2000. Polen yang sudah matang akan menghasilkan daya kecambah yang tinggi dan kematangan polen biasanya dicirikan dengan terbukanya antera tempat polen diproduksi dan polen berhamburan keluar. Polen yang berkecambah ditandai dengan pertumbuhan tabung polen. Polen yang berkecambah pada permukaan stigma memberikan indikasi penerimaan stigma terhadap polen Shanker Ganeshaiah 1990. Tipe penyerbukan pada tanaman mindi dapat diketahui dengan melakukan penyerbukan sendiri dan silang terkendali Palupi 2006, sehingga dapat diketahui kompatibilitas antara stigma reseptif dengan polen masak dari rasio jumlah bunga yang menjadi buah fruit set dan tipe penyerbukan dievaluasi dari hasil penyerbukan tersebut. Tujuan penelitian adalah mengkaji aspek biologi reproduksi tanaman mindi yang meliputi siklus reproduksi, morfologi bunga dan tahap perkembangannya, masa reseptivitas stigma dan viabilitas polen serta tipe penyerbukan.

3.2 Bahan dan Metode: Percobaan 1. Siklus reproduksi

Pengamatan dilakukan pada plot penelitian di Desa Gambung Bandung- Jawa Barat. Bahan yang digunakan adalah tegakan mindi yang terdiri dari 10 pohon. Setiap pohon yang diamati dipasang tangga dari bambu serta dudukannya untuk memudahkan pengamatan. Metode penelitian adalah observasi langsung yang dilakukan terhadap pohon terpilih dengan menandai 3 cabang yang berbunga dari 10 pohon yang diamati. Setiap cabang ditandai dengan pita berwarna dan pada setiap cabang dipasang label plastik untuk setiap malai bunga yang tumbuh. Perkembangan pembungaan dan pembuahan per malai diamati mulai dari munculnya tunas bunga, bunga mekar, antesis, buah muda hingga buah masak dan jatuh. Setiap perubahan struktur pembungaan dan pembuahan diamati dengan mencatat waktu tanggal, jam dan periode yang diperlukan untuk setiap perubahan, ukuran dimensi, bentuk dan warna kemudian dicatat dan