Taksonomi Karakteristik Pohon, Taksonomi dan Pemanfaatan .1 Karakteristik Pohon

2.1.2.3 Pemanfaatan Tanaman

Tanaman mindi dalam bentuk tegakan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman ornamental, peneduh, penahan angin dan rehabilitasi hutan dan lahan. Sifatnya yang cepat tumbuh dan mampu tumbuh pada kondisi yang tidak optimal sangat cocok untuk penghijauan dan reklamasi lahan marjinal di area semi arid pada daerah tropis dan subtropis. Kayunya dapat diolah menjadi kayu papan, kayu bakar, pembuatan mebel, pertukangan, veneer, kayu lapis dan bubur kertas pulp Florido et al. 2002. Pemanfaatan mindi untuk kayu bakar sangat baik karena dapat menghasilkan nilai kalor sebesar 5100 kclkg. Kayu mindi terbukti baik sebagai bahan baku mebel untuk ekspor dan dikembangkan secara domestik. Sifat kayu mindi yang mudah dikerjakan, dapat mengering tanpa cacat, sangat sesuai untuk pembuatan mebel Gambar 4. Selain itu kayunya mengkilap dan menghasilkan venir bercorak indah seperti kayu mewah yang terdapat pada kayu sonokeling atau kayu kuku Martawidjaia et al. 1989. Dokumentasi: Dida Syamsuwida Gambar 4 Papan mebel kayu mindi bercorak indah Ekstrak daun mindi mengandung insektisida azadirachtin yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan hama pada pakaian dan belalang. Kulit mindi dipakai sebagai penghasil obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit daun dan akar mindi telah digunakan sebagai obat reumatik, demam, bengkak dan radang. Selain itu, suatu glycopeptide yang disebut meliacin diisolasi dari daun dan akar mindi yang berperan dalam menghambat perkembangan beberapa DNA dan RNA dari beberapa virus misalnya virus polio Khan et al. 2008. 23cm Minyak biji adalah merupakan produk penghasil bahan obat paling aktif pada tanaman mindi yang dapat digunakan sebagai antiseptik untuk radang. Juga digunakan untuk rematik dan penyakit kulit serta pengobatan bagian dalam seperti demam malaria dan leprosi Florido et al. 2002, Khan et al. 2008.

2.2 Biologi Reproduksi

Seperti halnya terjadi pada semua makhluk hidup tingkat tinggi, umumnya tanaman secara alami memperbanyak diri melalui alat reproduksi yang terdiri dari organ jantan dan betina. Perkawinan antara organ jantan dan betina menghasilkan individu baru yang memiliki sifat gabungan antara kedua organ tersebut. Tanaman memproduksi biji karena secara alami tanaman memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenis agar keberadaannya tetap lestari. Selain itu juga untuk menghasilkan individu baru yang beragam agar memiliki berbagai sifat yang menguntungkan. Biji sendiri adalah merupakan ovul yang sudah masak setelah dibuahi yang mengandung embrio, nutrisi tersimpan, integumen dan testa Esau 1976. Proses reproduksi dimulai dari inisiasi atau induksi pembungaan. Inisiasi biasanya dibedakan dengan induksi. Inisiasi adalah suatu transisi dari meristem vegetatif memproduksi primordia daun menjadi apikal reproduktif primordia bunga yang akan berkembang menjadi bunga Owens Blake 1985. Perubahan ini dilihat secara anatomi dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan induksi, perubahannya dilihat dari kandungan biokimia seperti asam nukleus, total protein, sintesis RNA, formasi ribosom dan indeks mitosis Esau 1976, Sedgley Griffin 1989. Perubahan terjadi beberapa hari, minggu atau bulan sebelum munculnya primordia bakal bunga. Inisiasi pembungaan terjadi setelah tanaman melewati fase juvenilitas. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya proses inisiasi pembungaan diantaranya : suhu, intensitas cahaya, panjang hari, kelembaban, mineral dan hara serta faktor cekaman stress air, pelukaan, pencekikan dll Sedgley Griffin 1989. Siklus reproduksi yang dimulai dari insiasi pembungaan, penyerbukan hingga menghasilkan individu baru pada tanaman Angiopermae di daerah tropis umumnya berlangsung beberapa bulan hingga satu tahun dan tidak diinterupsi oleh masa dormansi Owens et al. 1991. Lamanya siklus reproduksi suatu jenis tanaman sangat bergantung pada dua faktor utama yaitu genetik dan lingkungan.