Simpulan: SIMPULAN DAN SARAN

Karakter daya berkecambah, waktu mulai berkecambah, panjang pucuk semai, panjang petiole daun semai dan rasio panjang petiol terhadap panjang daun dapat menjadi penciri dalam seleksi pohon induk dan pembibitan pada populasi Wanayasa-Purwakarta. Pohon induk P2, P15 dan P24 pada umumnya memperlihatkan keberagaman karakter fenotipe yang tinggi dibandingkan dengan pohon induk lain.

6.2 Saran:

Beberapa saran dapat dilakukan untuk pengembangan sumber benih hutan rakyat di Jawa Barat, yaitu sebagai berikut: 1. Pengumpulan buah mindi untuk bahan pertanaman sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan waktu panen yang tepat dimana periode pembuahan setiap lokasi tegakan penghasil benih akan berbeda. 2. Populasi tegakan mindi di Padasari-Sumedang dan di Gambung-Bandung masih dapat dijadikan sumber benih untuk pengembangan sumber benih hutan rakyat karena dugaan inbreeding pada sistem perkawinan mindi masih pada tingkat rendah. Namun demikian, untuk memperluas keragaman genetik perlu melakukan pengumpulan benih dari lokasi lain yang tersebar di Indonesia terutama dari luar Jawa setelah dilakukan uji keragamannya. 3. Seleksi pembibitan di lokasi tegakan mindi Wanayasa-Purwakarta dapat dilakukan dengan memperhatikan karakter pertumbuhan semai dan untuk memperluas variasi genetik sebaiknya sampel bibit diperoleh dari beberapa wilayah tegakan mindi yang tersebar di Indonesia yang sudah teruji tingkat keragamannya. DAFTAR PUSTAKA Abdala-Roberts L, Parra-Tabla V, Navarro J. 2007. Is Floral Longevity Influenced by Reproductive Costs and Pollination Success in Cohniella ascendens Orchidaceae? Ann Bot, 1006: 1367 –1371 Abreu AG, Priolli RHG, Azevedo-Filho JA, Nucci SM, Zucchi MI, Coelho RM, Colombo CA. 2012. The genetic structure and mating system of Acrocomia aculeata Arecaceae. Genetic Molecular Biololgy 35 1 Aminah A, Syamsuwida D, Muharam A. 2009. Perkembangan Pembungaan dan Pembuahan Mindi Melia azedarch Linn.. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan, Bogor Aritonang KV, Siregar IZ ,Yunanto T. 2007. Manual Analisis Genetik Tanaman Hutan Di Laboratorium Silvikultur Fakulta Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor Armbruster WS, Mulder CPH, Baldwin BG, Kalisz S, Wessa B, Nute H. 2007. Comparative Analysis of Late Floral Development and Mating-System Evolution in Tribe Collinsieae Scrophulariaceae S.L.. American Journal of Botany 947: 1183 –1192 Atmandhini, RGB. 2011. Hubungan faktor tempat tumbuh dengan produksi buah mindi Melia azedarach L di hutan rakyat Jawa Barat. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana- IPB. Basri E, Yuniarti K. 2006. Sifat dan bagan pengeringan sepuluh jenis kayu hutan rakyat untuk bahan baku mebel. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan, Badan Litbang Kehutanan. 175-182 Baskorowati L. 2008. Reproductive biology of Meulaleca alternifolia MaidenBetche Cheel dessertation. Australian National University. Bawa KS, Kang H, Grayum MH. 2003 . Relationships among Time, Frequency, and Duration of Flowering In Tropical Rain Forest Trees . American Journal of Botany 906: 877 –887. Boontong CM, Pandey, Changtragoon S. 2008. Isolation and characterization of microsatellite markers in Indian neem Azadirachta indica var, indica A, Juss and cross-amplification in Thai neem A. indica var, siamensis Valenton, Springer Science+Business Media BV Brewbaker JL , Kwack BH. 1963. The essential role of calcium ion in pollen germination and pollen tube growth. American Journal of Botany 50:859-865