a. Menganalisis keragaman genetik pohon induk dan keturunan single tree progeny
b. Menganalisis penyimpangan genetik pada perkawinan mindi menurut struktur Hardy-Weinberg dan struktur inbreeding
c. Menganalisis keragaman fenotipik keturunan
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Reseptivitas stigma dan viabilitas polen terjadi pada rentang waktu yang
bersamaan, sehingga penyerbukan dapat terjadi secara efektif. 2. Keragaman genetik populasi tanaman mindi yang rendah dengan tipe
penyerbukan sendiri cenderung terindikasi adanya penyimpangan genetik pada sistem perkawinan.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat dalam peningkatan produktivitas tegakan mindi melalui penyediaan benih bermutu dalam suatu
manajemen sumber benih. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Pemahaman tentang
biologi reproduksi tanaman yang sangat bermanfaat dalam pengelolaan suatu tegakan atau sumber benih berkaitan dengan
manajemen penyerbukan, waktu inisiasi bunga dan pembuahan sehingga masa panen buah mindi dapat di prediksi.
2. Mengetahui tingkat keragaman genetik populasi pohon induk dan anakan mindi pada lokasi yang berbeda sehingga benih atau bibit yang dikumpulkan
dari lokasi tersebut dapat diterima tingkat kualitasnya secara genetik sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pengembangan kebun benih rakyat.
3. Mengetahui tingkat struktur inbreeding tanaman mindi dalam suatu populasi dapat digunakan sebagai gambaran tentang fenomena yang terkait dengan
persilangan antar kerabat. Informasi ini sangat bermanfaat bagi praktisi dalam membangun kebun benih untuk menghindari penggunaan benih dari tegakan
yang terindikasi adanya inbreeding dan memperluas keragaman genetik dengan menggunakan benih dari berbagai provenan.
1.7 Kerangka Pemikiran
Hutan berbasis masyarakat terutama di pulau Jawa saat ini berkembang cukup pesat Departemen Kehutanan 2003 dan salah satu jenis potensial yang
dapat dikembangkan pada hutan yang dikelola masyarakat atau hutan rakyat adalah mindi. Dalam pengembangannya perlu dukungan dari berbagai sektor
yang terkait termasuk diantaranya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK.
Produktivitas tegakan hutan sangat kuat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik serta kombinasi keduanya Zobel Talbert 1984.
Salah satu upaya untuk menghasilkan produktivitas tegakan hutan yang tinggi terutama pada luasan yang terbatas adalah melalui penggunaan dan penyediaan
benih berkualitas tinggi secara berkelanjutan. Benih berkualitas tinggi secara genetis dapat diperoleh dari sumber benih terkatagori kelas sumber benih
apabila sudah tersedia, selain itu benih berkualitas secara fisik dan fisiologik diperoleh melalui penanganan benih yang optimal.
IPTEK perbenihan sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas benih dan produksi yang memadai dalam rangka penyediaan bahan
pertanaman. Dengan demikian, sangat penting untuk memahami dan menguasi sistem reproduksi pohon induk sebagai bagian dari populasi sumber benih.
Sistem reproduksi tanaman mindi sejauh ini belum diketahui dan dipahami dengan jelas dan benar. Sistem reproduksi meliputi studi tentang aspek
biologi reproduksi dan aspek genetika pada sistem reproduksi. Informasi ini sangat bermanfaat dalam pengelolaan suatu tegakan benih atau pembangunan
sumber benih berkaitan dengan perolehan benih berkualitas. Pengamatan biologi reproduksi yang meliputi siklus reproduksi, morfologi
bunga dan tahap perkembangannya, masa reseptifitas stigma dan viabilitas polen serta tipe penyerbukan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat
terkait prediksi masa panen buah dan efektivitas penyerbukan. Hasil kajia terhadap karakteristik reproduksi secara biologis akan saling mendukung dengan
hasil analisis reproduksi secara genetis, sehingga dapat dievaluasi untuk dijadikan bahan pertimbangan perencanaan pembangunan atau pengelolaan
sumber benih. Menganalisis sistem reproduksi tanaman mindi dari aspek genetika akan
menghasilkan suatu pengetahuan dan pemahaman mengenai keragaman genetik populasi pohon mindi dan keturunan. Keragaman genetik populasi dapat
diduga melalui pendekatan marka genetik dan marka morfologi. Penyimpangan genotipe yang mungkin terjadi akibat perkawinan kerabat selfing pada tanaman
mindi yang mempunyai tipe bunga hermaprodit, dapat diketahui dengan menganalisis tingkat inbreeding berdasarkan kesetimbangan struktur Hardy-
Weinberg dan struktur inbreeding. Seluruh informasi yang didapatkan dari hasil analisis genetika dan biologi
terkait sistem reproduksi tersebut tentu akan sangat bermanfaat dalam mengevaluasi pengelolaan sumber benih secara efisien dengan memperhatikan
aspek reproduksi yang efektif untuk menghasilkan benih yang berkualitas tinggi secara berkelanjutan. Selain itu informasi yang diperoleh dapat menjawab
permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya keragaman genetik populasi pohon mindi dan produksi benih pada hutan rakyat di Jawa Barat.
Kerangka pemikiran untuk penelitian ini disajikan alurnya pada Gambar 1 .
Gambar 1 Alur kerangka pemikiran penelitian Aspek Biologi dan Genetik pada Sistem Reproduksi Mindi Melia azedarach
1.8 Kebaruan Novelty