Degradasi Lahan Terbangun Indeks Degradasi Mangrove

ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan nilai standarisasi dari variabel yang ada didalamnya, pembobotan atau beban dari masing-masing potensi dampak tekanan pressure, mengakomodir perubahan nilai tekanan exogenous dimasa mendatang dan relatif lebih mudah dalam melakukan penilaian tingkat kerentanan suatu lokasi dengan memanfaatkan ketersediaan serta tingkat pentingnya dari indikator yang sering kali perolehannya terbatas, sehingga untuk penggunaan metode statistik kurang relevan dengan situasi lokasi studi dan juga pertimbangan kemudahan dengan penggunaan metode GIS. Pengembangan dari kedua metode penilaian tingkat kerentanan memiliki penggunaan istilah yang tidak persis sama dengan yang dinyatakan oleh Kaly et al. 2004 tersebut, akan tetapi memiliki makna dan maksud yang mirip serta indikator warna tingkat kerentanan mengikuti rujukan Kaly et al. 2004. Adapun pembagian level kerentanan tersebut adalah : a. Non-vulnerable adalah merupakan daerah yang memiliki kondisi atau tingkat kerentanan yang sangat kecil untuk terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya serta lingkungan. b. Low Vulnerable merupakan tingkat yang memiliki potensi bahaya masih tergolong rendah untuk dapat terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan. c. Medium vulnerable yaitu tingkatan potensi ancaman yang tergolong sedang untuk dapat terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan. d. Highly vulnerable merupakan tingkatan potensi ancaman bahaya yang tergolong tinggi untuk terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan. e. Extremelyly vulnerable merupakan suati tingkat kondisi yang sangat ekstrem atau memiliki potensi kerusakan sangat tinggi untuk terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan di PPK. 41 Tabel 4 . Penentuan tingkat kerentanan PPK Nilai CVI Level Kerentanan Indikator Warna Level 0.0 CVI0.2 Non-vulnerable 0.2 CVI0.4 Low Vulnerable 0.4 CVI0.6 Medium vulnerable 0.6 CVI0.8 Highly vulnerable 0.8 CVI1.0 Extremelyly vulnerable Sumber : Hasil pengembangan dari gabungan metode Bruguglio 1995; Adrianto and Matsuda 2004 dengan metode Kaly et al. 2004

3.4.5 Pengolahan Citra Satelit

Citra diperlukan untuk mengestrak data-data yang berkaitan dengan fenomena dampak exogenous yang terjadi di masing-masing ekosistem utama di PPK dalam kurun waktu tertentu seperti luas lahan terbangun, luas tutupan karang dan luas tutupan mangrove. Selain itu juga data fisik pulau berupa luas, panjang garis pantai dan jarak antar pulaumainland, serta sebagai bahan dalam pembuatan peta kerentanan secara digital. Bahan-bahan citra yang diperoleh masih memerlukan pengelolaan secara digital dengan menggunakan software ER Mapper 6.4 dan ArcView GIS 3.3 pada komputer, sehingga diperoleh hasil yang diinginkan. Tahapan dalam menganalisis data citra satelit sebagai berikut :  Pemotongan Citra Cropping Pemotongan citra ini bertujuan untuk membatasi daerah sesuai dengan lokasi penelitian sehingga data yang akan diekstraksi dapat difokuskan pada daerah yang diperlukan.  Pemulihan Citra Image Restoration Pemulihan citra dilakukan untuk data citra yang mengalami distorsi disebabkan oleh proses yang terjadi di atmosfer yang mengganggumempengaruhi perekaman data. Pemulihan citra satelit di bagi menjadi dua yaitu : a Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik bertujuan untuk menghilangkan faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas citra. Koreksi radiometrik dilakukan dengan teknik histogram adjusment. Teknik ini didasarkan pada pengurangan nilai digital number sebesar bias dari masing-masing band sehingga nilainya menjadi nol. Nilai bias dapat diasumsikan sama dengan besarnya pengaruh atmosfer terhadap