19 isu yang terkait dengan sistem yang berada diluar ekonomi akan dianggap sebagai
eksternalitas, sementara pemerhati lingkungan tidak jarang memandang sistem alam dan lingkungan sebagai sebuah sistem yang terpisah dari ekonomi.
Sehingga pemikiran yang mampu menjelaskan bagaimana sistem ekonomi yang bekerja dalam sebuah delineasi ekosistem biosphere menjadi sangat
diperlukan untuk diwujudkan. Alternatif ini ditawarkan oleh mainstream ecological economics yang memfokuskan pada diri pada hubungan yang
kompleks, non-linier dan time-frame yang lebih panjang antara sistem ekologi- ekonomi. Komitmen normatif dari mainstream ini adalah berusaha mewujudkan
terciptanya “masyarakat yang bukan tanpa batas” frugal society, dalam arti bahwa kehidupan masyarakat berada dalam keterbatasan sistem alam baik sebagai
penyedia sumberdaya maupun penyerap limbah Adrianto 2004. Strategi pengelolaan lingkungan di PPK sudah sejak lama dilakukan secara
parsial dan individualistic. Strategi pengelolaan di atas gagal memahami bahwa seluruh komponen di PPK terikat satu sama lain. Lebih lanjut lagi
Cicin Sain 1998 in Adrianto 2004a menegaskan bahwa keseluruhan komponen kegiatan di PPK terkait satu sama lain inextricably linked dan interaksi serta
hasil dari seluruh kegiatan di PPK dapat menciptakan reaksi berganda sekaligus berantai multiple chain reactions dari persoalan dan tekanan terhadap ekosistem
dan komunitas di PPK. Cambers 1992 in Adrianto 2004a, menyebutkan bahwa strategi pengelolaan PPK harus dapat mengaitkan seluruh kegiatan dan
stakeholders yang ada di PPK, dengan menggunakan pendekatan yang terkoordinasi.
Gambar 2. Interaksi yang tak terpisahkan antar komponen PPK Dehance 1999 in Adrianto 2004a
Gambar di atas dapat menunjukkan bahwa dalam sistem PPK, terdapat paling sedikit 5 lima proses alam, sosial, ekonomi, perubahan iklim dan proses
pertemuan antara daratan dan lautan Debance 1999 in Adrianto 2004a, proses-proses di atas masing-masing merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari 3 komponen PPK yaitu sistem lingkungan daratan Terestrial environments, sistem lingkungan Marine environments laut dan sistem aktivitas manusia
Human activities. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, kebutuhan akan strategi khusus untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan PPK menjadi pertimbangan yang sangat penting Beller et al. 1990. Dengan kata lain, pengelolaan wilayah pesisir PPK
tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Holling 1973 dan Perrings 1998, menyatakan kita dapat menggunakan suatu konsep yang penting yaitu konsep
resiliensi. Menurut Perrings 1998, terdapat dua definisi yang berbeda mengenai resiliensi 1 definisi ini lebih mengacu pada beberapa sistem dekat keseimbangan
stabil sedangkan 2 menggambarkan sebagian gangguan dapat diserap sebelum sistem itu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Lingkungan Daratan
Lingkungan Perairan Laut
Aktifitas Manusia
Hubungan Keterkaitan Komponen
21 Dengan mengacu kepada konsep yang ke-2 dua dari resiliensi, maka kita
dapat menitik beratkan pada penaksiran tingkat gangguan atau goncangan eksternal seperti indeks kerentanan Walker et al. 2002; Adrianto and Matsuda
2002;2004; SOPAC 2005. Kerentanan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai suatu yang bersifat potensial dari sebuah sistem yang rusak oleh dampak
yang bersifat exogenous. Goncangan exogenous menggunakan variabel ekologi dan
ekonomi dalam
menyusun indeks
kerentanan PPK.
Adrianto and Matsuda 2002;2004, menyatakan tujuan dari suatu indeks kerentanan adalah untuk menaksir tingkat gangguan atau goncangan eksternal
pada suatu sistem. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa semakin besar tingkat kerentanan pada pulau-pulau kecil akan menjadi penghalang yang besar terhadap
pembangunan berkelanjutan.
2.5 Analisis Spasial PPK Berbasis Sistem Informasi Geografis 2.5.1 Sistem Informasi Geografis SIG
Sistem Informasi Geografis SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personel yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mang-update, memanipulasi, manganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang
bereferensi geografi ESRI 1990 in Prahasta 2001. Borrough 1986, mendefinisikan Sistem Informasi Geografis sebagai seperangkat alat yang
digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan,
memanggil kembali,
mentransformasi dan menyajikan data spasial dari penampakan bumi untuk tujuan tertentu.
Menurut Zetka 1985 in Amarullah 2007 menyebutkan bahwa ekosistem pesisir merupakan area yang luas meliputi daratan pesisir, estuaria dan perairan
pesisir, sehingga sumber data yang dibutuhkan sangat bervariasi. Melalui Sistem Informasi Geografis SIG dan citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial
dan spectral yang tinggi dapat diperoleh pemetaan wilayah pesisir. Amri 2001 menyatakan pada hakekatnya Sistem Informasi Geografis SIG adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan guna mendapatkan gambaran situasi ruang muka bumi yang nantinya diperlukan sebagai jawaban untuk menyelesaikan suatu
masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi tertentu. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pengumpulan data, penataan, pengolahan, penganalisasian,
penyajian data atau fakta yang terdapat dalam ruang muka bumi. Sistem ini sudah ada sebelum komputer ditemukan dan merupakan kegiatan rutin ahli geografi.
Menurut Rice 2000; Gistut 1994 in Prahasta 2001 definisi SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan caoturing, menyimpan,
memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi dan
merupakan sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial serta mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-
karakteristik fenomena yang ditemukan di suatu lokasi. Dalam pengambilan keputusan mengenai dunia nyata yang kompleks,
informasi yang didapatkan tidaklah begitu lengkap. Informasi yang relevan dipilih dan disimpan untuk selanjutnya dibuat suatu model konseptual melalui
suatu proses seleksi. ESRI 2002 and Jayarman 2002 membagi 2 jenis data berdasarkan aplikasi SIG yaitu 1 data spasial adalah data yang mengacu pada
posisi permukaan bumi georeference. Informasi spasial ini juga bias diartikan sebagai geoinformasi yang bentuk penyajiannya berupa peta. Setiap data spasial
dalam SIG mengacu pada bentuk lapisan data atau bidang data. Data spasial ini dapat dibagi menjadi dua yaitu data rester dan data vector, 2 data non spasial
atau yang lebih dikenal sebagai data atribut yaitu merupakan data yang melengkapi data spasial baik dalam bentuk statistik maupun deskriptif. Data
atribut ini terbagi dua yaitu data kualitatif nama, jenis dan tipe dan data kuantitatif angka, bagian atau besar jumlah, tingkatan dan kelas interval yang
mempunyai hubungan dengan data spasialnya.
2.5.2 Struktur Data Rester dan Cell based modeling
Moolenaar 1998 dan ESRI 2002, menyatakan hal yang sama tentang sebuah data rester yang terdiri atas sekumpulan sel. Masing-masing sel atau
piksel berupa persegi yang berukuran sama serta mempresentasikan tempat spesifik pada suatu area. Data rester tersusun dari sel yang berbentuk baris dan
kolom yang dengan matriks kartesius baris sel mewakili bidang x dan kolom sel mewakili bidang y. masing-masing sel mempunyai koordinat serta sebuah nilai
23 sebagai identitas untuk menggambarkan sebuah kelas, kategori atau grup. Dalam
proses analisis spasial ukuran sel ditentukan oleh obyek apa yang akan dianalisis dengan SIG.
Cell based modeling merupakan salah satu analisis spasial dalam SIG yang dapat digunakan untuk memodelkan keadaan di alam ESRI 2002. Secara umum
suatu model dapat mempresentasikan kekompleksitasan dan interaksi di alam dengan
bentuk penyederhanaan.
Model tersebut
akan membantu
menggambarkan, memahami dan memprediksi banyak hal di alam. Terdapat dua model yang umum dikenal dalam analisis spasial 1 model yang
mempresentasikan objek atau kenampakan di alam Representation Models. Model ini akan menggambarkan kenampakan di bumi serta bangunan, taman atau
hutan. Cara untuk menampilkan model tersebut dalam SIG melalui layer-layer dimana untuk analisis spasial, layer tersebut berupa rester. Layer rester akan
menampilkan objek-objek kenampakan di bumi dengan bidang bujursangkar yang saling bertautan atau disebut grid, dan setiap lokasi di rester akan berupa grid cell
yang memiliki nilai tertentu; 2 model yang mensimulasikan proses di alam Process Models, yaitu model yang menggambarkan interaksi dari objek di bumi
yang terdapat di dalam Representation Models. Process Models dapat digunakan untuk menggambarkan suatu proses, tetapi lebih sering digunakan untuk
memprediksi apa yang terjadi pada suatu lokasi tertentu. Salah satu dasar dari analisis spasial ini yaitu operasi penambahan dua data rester secara bersamaan,
dan kemudian konsep ini dapat diterapkan untuk berbagai macam operasi aljabar pada lebih dua data rester. Berikut ini adalah tipe-tipe dari process models yaitu :
a Suitability modeling, hampir semua analisis spasial bertujuan untuk
menentukan lokasi yang optimum, seperti lokasi yang paling sesuai untuk mendirikan tempat wisata.
b Distance modeling, analisis ini bertujuan untuk menentukan jarak yang
paling efisien dari suatu lokasi ke lokasi lain. c
Hidrologic modeling, salah satu aplikasi dari analisis ini adalah untuk menentukan arah aliran air di lokasi.
d Surface modeling, salah satu aplikasi dari analisis ini adalah untuk
mengkaji tingkat penyebaran polusi di suatu lokasi.
ESRI 2002, berpendapat bahwa keseluruhan model-model di atas akan lebih efisisen jika dilakukan pada data rester, selanjutnya analisis spasial pada
data rester disebut call based modeling karena metode ini bekerja berdasarkan sel atau piksel. Lebih lanjut lagi ESRI 2002, membagi operasi sel pada call based
modeling ke dalam lima kelompok yaitu : a
Local function adalah operasi piksel yang hanya melibatkan satu sel. Nilai piksel output ditentukan oleh satu piksel input
b Focal function adalah operasi piksel yang melibatkan beberapa sel
terdekat. c
Zonal function adalah operasi piksel yang melibatkan satu kelompok sel yang memiliki nilai atau keterangan yang sama.
d Global function adalah operasi piksel yang melibatkan keseluruhan sel
dalam data rester dan gabungan antara keempat kelompok tersebut. e
Application function adalah gabungan dari keempat operasi di atas yang meliputi Local function, Focal function, Zonal function, Global
function Sumber data rester yang digunakan dalam pendekatan call based modeling
dapat diturunkan dari citra satelit. Pemilihan metode call based modeling berdasarkan pada keunggulan metode ini dalam pemodelan kerentanan ekologi.
Ekonomi dan ekologi-ekonomi yang lebih presentatif karena berdasarkan analisis spasial pada data rester.
Penelitian ini menggunakan analisis spasial pada data rester dimana pemilihan metode call based modeling dengan berbagai keunggulannya dapat
diterapkan pada penelitian ini. Meaden ang Tang 1996 dan Molenaar 1998 menyatakan bahwa analisis overlay, pembuatan jarak dan pengkelasan parameter
lebih mudah dilakukan secara cepat dan teratur pada setiap sel. Keunggulan lainnya dari metode ini dibandingkan analisis lainnya adalah struktur data rester
yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dalam pemodelan dan analisis, kompatibel dengan citra satelit serta memiliki variabilitas yang tinggi dalam
mempresentasikan suatu kondisi di lapangan.
25
2.6 Multi Criteria Decision Making MCDM
Salah satu metode yang sudah banyak digunakan, dikembangkan dan direkomendasikan untuk menghadapi berbagai kriteria yang ada dalam
pengambilan keputusan tanpa melakukan konversi pada unit pengukuran adalah pengambilan keputusan dengan banyak kriteria. Secara umum MCDM sama
dengan AHP analisis hirarki proses dimana struktur AHP adalah bagian dari MCDM Gibbon et al., 1996 bahwa bobot suatu alternatif dengan kriteria yang
harus diambil, disusun berdasarkan matrik. Analisis multi kriteria ini memerlukan sejumlah pendekatan dengan terlebih dahulu menghitung banyak kriteria untuk
membentuk struktur dan proses pengambilan keputusan. Analisis multi kriteria menggunakan sejumlah pendekatan. Untuk mendukung analisis ini ada beberapa
teknik yang digunakan yaitu simple multi attribute rating technique SMART, Visual interactive sensitivity analysis VISA dan preference ratios in
multiattribute evaluation PRIME. Bidang analisis multi criteria memerlukan sejumlah pendekatan untuk
menghitung kriteria yang banyak, guna membentuk struktur pendukung proses pengambilan keputusan. Penggunaan teknik MCDM pada beberapa bidang
ditentukan oleh beberapa faktor, yakni: a teknik MCDM mempunyai kemampuan dalam menangani jenis data yang bervariasi kuantitatif, kualitatif
dan campuran dan pengukuran intangible; b teknik MCDM dapat mengakomodasi perbedaan yang diinginkan dalam penentuan kriteria; c skema
bobot yang bervariasi untuk suatu prioritas atau pandangan dari stakeholders yang berbeda, dapat diterapkan dalam MCDM; d tidak membutuhkan penentuan nilai
ambang seperti pada operasi overlay, sehingga kehilangan informasi yang dihasilkan tidak terjadi akibat penurunan skala dari variabel yang continue pada
skala nominal; dan e prosedur analisis atau agregasi dalam teknik MCDM relatif sederhana Barnet, 2001; Carter 1991; Jasen dan Rieveld 1990 in Suriana
2009 Teknik ini bertujuan mengakomodasi proses seleksi yang melibatkan
kriteria multi objective dalam mengkalkulasi pemrasaran diantara kriteria konflik yang terjadi. Bidang analisis ini memerlukan sejumlah pendekatan
dengan menghitung banyak kriteria untuk membentuk struktur yang mendukung
proses pengambilan keputusan. Secara umum pelaksanaan teknik MCDM dibagi menjadi tiga, yaitu: a penentuan penetapan alternatif; b penentuan nilai skor
masing-masing kriteria, dan c prioritas pembuatan keputusan decision making preferences.
Alternatif yang ditetapkan merupakan pilihan-pilihan yang relevan, seterusnya dari alternatif yang telah ditetapkan, disusun kriteria-kriteria yang
mempengaruhi alternatif pilihan. Masing-masing kriteria yang telah disusun diberi nilai. Nilai dapat berupa kuantitatif, kualitatif maupun campuran. Proses
normalisasi nilai dari masing-masing kriteria dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur standar linier dan non-linier. Sedangkan prioritas
pembuatan keputusan dapat diformulasikan dari kriteria yang diambil, dengan membentuk nilai sendiri maksimum atau minimum atau sesuai dengan tingkat
keinginan. Proses pemberian nilai menggunakan fungsi agregasi tunggal atau ganda yang menghasilkan satu atau beberapa alternatif.
Pengelolaan sumberdaya alam, merupakan masalah yang multi kriteria dan multi objektif sehingga diperlukan suatu teknik evaluasi yang saling berhubungan
untuk mendukung proses pembuatan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Teknik MCDM merupakan suatu teknik yang cukup baik diterapkan karena
bertujuan untuk memberikan alternatif terbaik dengan mengakomodasi proses seleksi yang melibatkan beragam kriteria multi criteria dalam pemilihan
alternatif Gumbriech 1996. Teknik MCDM ini akan lebih luas penerapannya bila dikombinasikan
dengan SIG. Penerimaan teknik ini pada beberapa bidang ditentukan oleh beberapa faktor, seperti :
a Teknik MCDM memiliki kemampuan dalam menangani jenis data yang
bervariasi kuantitatif, kualitatif dan data campuran dan pengukuran yang intangible.
b Teknik MCDM dapat mengakomodasi perbedaan yang diinginkan dalam
penentuan kriteria ekologi, ekonomi dan sosial budaya. c
Skema bobot yang bervariasi menghadirkan prioritas yang berbeda atau pandangan dari stakeholders yang berbeda, dapat diterapkan MCDM.
27 d
Teknik MCDM tidak membutuhkan penentuan nilai ambang seperti pada operasi overlay sehingga kehilangan informasi yang dihasilkan tidak terjadi
akibat penurunan skala dari variabel continue pada skala nominal. e
Prosedur analisis atau agregasi dalam teknik MCDM relatif sederhana dan straightforward Jansen dan Rietveld 1990; Carter 1991; Jankowski 1994;
in Subandar 2002.
29
3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai bulan Maret sampai September 2011 yang terdiri dari kegiatan pengumpulan data awal, Pengolahan
data awal, survei lapangan dan proses pengolahan data lanjutan. Lokasi penelitian di wilayah administrasi Kabupaten Tojo Una Una Provinsi Sulawesi Tengah yang
meliputi pulau-pulau kecil PPK yang berada di dalam gugus Pulau Togean. Yaitu, P. Kukumbi, P. Enam, P. Mogo, P. Tongkabo, P. Pagempa, dan P.
Kadidiri.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer maupun data sekunder. Pengambilan data primer dan sekunder meliputi data
ekologi dan sosial-ekonomi pada setiap pulau yang ada dalam kawasan Kepulauan Togean. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan tujuan untuk
membuat suatu gambaran secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Metode ini terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu
1 memberikan gambaran situasi atau suatu kejadian; 2 menerangkan hubungan antar peubah-peubah; 3 pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
terhadap responden. Data sekunder meliputi data dari berbagai sumber yang berkaitan dengan informasi terhadap penelitian ini seperti Badan perencanaan
pembangunan daerah, Dinas perikanan dan kelautan, Badan pusat statistik dan Lembaga Swasta terkait yang ada dalam pemerintahan Kabupaten Tojo Una Una.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara dengan observasi dengan menggunakan alat survey dan data kuiosioner. Data primer
meliputi data geofisik, ekobiologi dan data sosial-ekonomi. Data geofisik berupa kenaikan muka laut, kejadian tsunami, perubahan garis pantai, tipologi pulau, luas
pulau, insularity keterpencilan, Data ekobiologi berupa terumbu karang dan mangrove. Sedangkan data sosial-ekonomi berupa pertumbuhan dan kepadatan
penduduk, keamanan, penggunaan lahan, pola pemukiman, sumber pendapatan,
umur, rasio aktifitas perdagangan, rasio keuangan eksternal. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka baik dari buku, jurnal dan laporan yang
berasal dari dinas terkait, swasta maupun perguruan tinggi. Secara jelas metode pengumpulan data penelitian berdasarkan tiga komponen tersebut keterkaitan
dengan hubungan analisis data dan tujuan di sajikan pada Lampiran 1.
3.4 Analisis Data 3.4.1 Indeks Kerentanan Ekologi
A. Indeks Pantai
Coastal Index, CI
Indeks pantai merupakan rasio antara ukuran panjang dengan luas lahan pulau. Indeks pantai ini menunjukkan karakteristik sifat fisik smallness dan
bentuk pulau. Disamping itu nilai CI juga dapat mencerminkan pulau atau bentuk pantai itu sendiri. Berdasarkan pengertiannya maka indeks pantai dapat
diformulasikan seperti berikut Dahl 1986 in UNEP 2003 :
Cl
i
= ............................................................................................ 1 di mana :
Cl
i
= Coastal Index Pulau kecil L
i
= Panjang garis pantai km A
i
= Luas pulau kecil km
2
I = Nama PPK
B. Indeks Keterisolasian Pulau
Insularity Index, II
Keterisolasian pulau merupakan akar kuadrat jarak antara kedudukan suatu pulau terhadap pulau terdekat seukuran atau lebih besar dan daratan induk
mainland. Semakin besar jarak dari suatu pulau ke mainland, semakin terisolasi. Besarnya nilai keterisolasian suatu pulau dapat dihitung melalui indeks
keterisolasian Dahl 1986 in UNEP 2003 sebagai berikut :
II
i
=
ij
....................................................................................... 2
Dimana :