Ekosistem Utama Analisis kerentanan pulau-pulau kecil di Kecamatan Togean Provinsi Sulawesi Tengah (Studi Kasus P. Kukumbi, P. Enam, P. Mogo, P. Kadidiri, P. Pagempa, P. Tongkabo)

bisa di“terjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang dan jasa. Nilai valuasi sumberdaya PPK Kecamatan togean disajikan pada Gambar 18 dan perhitungan Valuasi sumberdaya PPK Kecamatan Togean disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Tabel 18. Valuasi sumberdaya PPK Kecamatan Togean Nama Pulau Mangrove Rp Terumbu Karang Rp Jumlah Rp Pulau Mogo 7 691 781 826 3 134 968 313 10 826 750 139 Pulau Enam 6 319 593 505 2 572 939 688 8 892 533 193 Pulau Kukumbi 6 282 653 038 4 692 319 875 10 974 979 130 Pulau Kadidiri 12 462 992 126 2 978 607 938 15 441 600 064 Pulau Pagempa 12 595 174 518 5 565 434 063 18 160 608 581 Pulau Tongkabo 6 514 521 737 2 074 177 125 8 588 698 862 Sumber data primer 2011

D. Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana yang tersedia dalam rangka penunjang kebutuhan sosial-ekonomi di masing-masing PPK sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 19. Memperhatikan tabel tersebut, sarana pendidikan seperti sekolah dasar, kantor pelayanan publik sudah cukup keberadaannya. Namun ketersedianan sarana pendidikan dasar lanjutan SLTP hanya tersedia di ibukota Kecamatan, Untuk masyarakat yang berada di P. Tongkabo, sarana pendidikan tersebut sangat jauh untuk di jangkau oleh anak sekolah dimana jarak tempuh perjalanan dengan perahu motor 1-2 jam. Sedangkan untuk sekolah menengah atas SMA belum tersedia di Kecamatan Togean. Untuk pelayanan kesehatan hanya terdapat di P. Tongkabo, Untuk masyarakat yang berada di P. Enam dalam pemenuhan pelayanan kesahatan berada di ibukota Kecamatan Lebiti dengan waktu tempuh 10 – 15 menit. Selain permasalahan klasik di atas, PPK Kecamatan Togean juga mengalami permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan pokok lainnya dimana belum tersediannya sarana pasar. Walaupun pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok di peroleh dari mainland Kota Ampana, namun dengan sistem transportasi laut yang belum memadai pada sebagian besar PPK, membuat harga-harga kebutuhan relatif tinggi. 59 Tabel 19. Sarana dan prasarana umum PPK Kecamatan Togean No Nama Pulau Jumlah SaranaPrasarana unit SD Kantor Desa Dermaga Permanen Tempat Ibadah Pustu 1. Mogo - - - - - 2. Enam 1 1 - 1 - 3. Kukumbi - - - - - 4. Kadidiri - - - - - 5. Pagempa - - - - - 6. Tongkabo 1 1 1 3 1 4.2 Indeks Kerentanan Ekologi 4.2.1 Indeks Pantai Coastal Index, CI Indeks pantai merupakan perbandingan dari panjang garis pantai terhadap ukuran luas pulauNilai indeks pantai masing-masing PPK disajikan dalam Gambar dibawah ini. Gambar 4. Indeks pantai Coastal Index Gambar di atas memperlihatkan bahwa P. Enam memiliki nilai indeks pantai yang tergolong ke dalam kerentanan yang ekstrim, kemudian di ikuti oleh P. Kukumbi dan P. Mogo tergolong ke dalam kerentanan yang tinggi, P. Tongkabo tergolong ke dalam tingkat kerentanan yang sedang, P. Pagempa tergolong ke dalam tingkat kerentanan yang rendah dan P. Kadidiri tergolong ke dalam tingkat kerentanan yang sangat kecil, Tinggi dan rendahnya indeks ini berkaitan dengan bentuk pulau, dimana pulau-pulau yang memiliki memiliki lekukan teluk atau tanjung memiliki indeks pantai yang tinggi. Pulau-pulau memiliki lekukan teluk pada pantai akan menyebabkan kerusakan yang lebih berat, dimana gelombang terefleksi yang memfokuskan energi gelombang pada cekungan atau lekukan tersebut sehingga dapat menyebabkan ketinggian gelombang ketika mencapai pantai dan indeks pantai mencerminkan keadaaan Mogo Enam Kukumbi Kadidiri Pagempa Tongkabo SV CI 0,61 1,00 0,76 0,00 0,26 0,41 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 S V C I atau karakteristik lahan pulau secara fisik, dimana semakin besar nilainya maka menunjukan sifat smallness. Sifat smallness yang sangat besar memiliki makna bahwa secara ekologi pulau sangat rentan terhadap bahaya kenaikan muka laut dan pengaruh ombak pantai yang besar, serta sulit untuk didiami oleh suatu skala komunitas Dahl 1986, Diacu dalam UNEP 2003. Selain itu pulau yang memiliki ukuran yang lebih kecil rentan terhadap abrasi, erosi, kemampuan menyimpan air sangat rendah, dan ketersediaan lahan untuk tempat pembuangan akhir dari limbah rumah tangga akan mempengaruhi budaya masyarakat untuk membuang sampah ke laut. Ekosistem pesisir pesisir yang berada di pulau kecil juga akan mengalami ancaman dikarenakan ekspansi lahan yang dilakukan oleh masyarakat ke arah darat sangat kecil. Dalam kaintannya dengan konteks kerentanan ekologi, PPK yang memiliki ukuran luas lebih kecil lebih bersifat rentan oleh dampak-dampak exogenous, baik secara alami maupun atropogenik kaly et al, 2004; Beller et al, 1990; Bruglio 1995; Adrianto and Matsuda 2004.

4.2.2 Indeks Keterisolasian Pulau Insularity Index, II

Indeks keterisolasian merupakan suatu indeks yang mencerminkan sifat kedudukan pulau terhadapa daratan lainnya yang lebih dekat dan Pulau terbesar yang aksesnya mudah di jangakau. PPK yang umumnya memiliki banyak keterbatasana kaitannya dalam lahan yang ditengah lautan yang lebih luas, merupakan suatu kondisi yang mengandung banyak resiko dan kerugian oleh tekenan maupun goncangan faktor luar exogenous, baik yang bersifat alami maupun antropogenik. Mainland atau daratan induk dianggap mempunyai banyak kelebihan dibanding PPK, sehingga dianggap sebagai sumber supplier atas kekurangan bagi PPK yang berada disekitarnya serta dapat dijadikan tempat untuk mitigasi bila terjadi bencana di PPK tersebut. Oleh karena itu fungsi jarak terhadap mainland memiliki arti yang sangat besar dalam konteks kerentanan, kedudukan yang jauh dengan mainland dianggap suatu kelemahan yang diistilahkan insularitas insularity. 61 Gambar 5. Indeks keterisolasian Insularity Index Gambar tersebut memperlihatkan P. Tongkabo memiliki nilai indek kerentanan yang sangat tinggi dibandingkan dengan PPK lainnya. Nilai indeks tertinggi yang kedua adalah P. Kadidiri kemudian diikuti oleh P. Mogo, P. Pagempa, P. Kukumbi dan P. Enam memiliki nilai yang indeks keterpencilan yang paling rendah. Dalam kaitannya dengan kerentanan, keterisolasian suatu pulau memberikan dampak yang sangat besar. Sebagai contoh bahwa masuknya barang dan jasa akan mengalami kendala yaitu dalam hal biaya, dimana pulau yang memiliki jarah yang jauh akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Hal lainnya dapat dilihat dari kunjungan aparat pemerintah baik untuk keperluan administrasi, pendidikan ataupun kesehatan akan mendapat kendala dalam menjangkau PPK yang jauh dari daratan induk sehingga membuat pulau tersebut kurang mendapat perhatian, kondisi ini akan membuat pulau tersebut menjadi rentan baik dari segi sosial-ekonomi maupun kelembagaan. Keterisolasian suatu pulau juga akan memberikan dampak bagi ekosistem yang berada di PPK tersebut, dimana masyarakat akan memanfaatkan dan mengeksploitasi secara besar-besaran guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh penambangan karang dan pemanfaatan mangrove untuk tujuan pembangunan.

4.2.3 Degradasi Lahan Terbangun

Salah satu konsekuensi kehadiran tekanan populasi di PPK adalah Pemenuhan atas pemanfaatan ruang pulau seperti kebutuhan lahan perumahan dan lainnya. Berdasarkan indeks lahan terbangun yanh telah dimanfaatkan penduduk di masing-masing PPK objek penelitian disajikan dalam Gambar 8. Nilai indeks masing-masing PPK yaitu P. Tongkabo memiliki nilai indeks tertinggi, PPK Mogo Enam Kukumbi Kadidiri Pagempa Tongkabo SV II 0,58 0,00 0,18 0,84 0,30 1,00 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 S V I I