Manfaat Penelitian PENDAHULUAN 1 Latar Belakang

15 Tabel 3. Pengertian kerentanan Nama Tahun Pengertian Timmerman 1981 Derajat atau tingkatan pada suatu sistem bertindak terhadap suatu kejadian yang tidak baik. Susman et.al 1983 Derajat atau tingkatan pada suatu kelas sosial yang berbeda dalam hal resiko baik suatu kejadian fisik maupun efek dari sistem sosial UNDepartement of Humanitarian Affairs 1992 Tingkatan kehilangan 0-100 yang dihasilkan dari suatu potensi dampak fenomena alam Cutter 1993 Kecenderungan yang dialami oleh individu atau kelompok yang akan terekspose terhadap suatu bahaya Watts dan Bohle 1993 Kerentanan didefinisikan sebagai fungsi dari keterbukaan, kapasitas, dan potensial dimana respon terhadap kerentanan untuk mereduksi keterbukaan dan meningkatkan kemampuan mengatasi dan atau menguatkan potensi pemulihan Blaikie et.al 1994 Karakteristik dari seorang atau sekumpulan orang terkait dengan kemampuannya untuk mengantisipasi, mengatasi, resisten dan memulihkan diri dari dampak bencana alam. Bohle et. al 1994 Suatu ukuran secara aggregate kesejahteraan manusia yang terintegrasi antara lingkungan, sosial, ekonomi, dan politik dalam mengatasi gangguan. Down dan Downing 1995 Perbedaan kepekaan dari keadaan yang berpengaruh terhadap kondisi rentan, seperti faktir biofisik, demografi, ekonomi, sosial, dan teknologi Vogel 1998 Karakteristik dari seorang atau kelompok orang terkait dengan kapasitasnya dalam mengantisipasi, mangatasi, bertahan, dan memulihkan diri dari dampak perubahan iklim Adger dak Kelly 1999 Kondisi individu atau kelompk masyarakat dalam kaitannya dengan kemampuan mengatasi dan beradaptasi terhadap berbagai tekanan eksternal yang mengganggu kehidupan mereka. Karosperson et. al 2001 Tingkatan pada suatu sistem yang dipengaruhi oleh keterbukaan atau gangguantekanan dan kemampuan untuk mengatasi atau memulihkan diri terhadap gangguan Leichenko and O’ Brien 2001 Dinamika kerentanan adalah proses ekonomi nasional dan internasional yang mempengaruhi kapasitas individu dalam mengatasi, merespon dan beradaptasi terhadap gangguan shocks alam dan sosial ekonomi Sumber : Disadur dari Ford 2002 dalam Taher 2010. Konsep kerentanan yaitu kemampuan sistem untuk mengatasi dengan konsekuensi melalui strategi-strategi dan mekanisme merupakan penentu kunci dari respon sistem. Dalam kaitan tersebut, sebuah kerangka kerentanan telah diberikan oleh Turner, et.al 2002 in Adrianto 2004, menyatakan kerangka kerentanan terdiri dari tiga unsur penting yaitu pemaparan, kepekaan dan ketahanan. sistem Paparan berasal dari variabilitas dan perubahan pada kondisi manusia serta lingkungan dan alam. Perubahan ini mengakibatkan gangguan dan tegangan yang dianggap sebagai parameter kunci dari pantaipulau eksposur. Sistem berikutnya adalah sensitivitas sistem yang terkait dengan keragaman sosial-ekonomi serta kondisi biofisik dari sistem pesisir. Akhirnya, sistem ketahanan berkaitan dengan tanggapan sistem yang bergantung pada kemampuan sistem untuk mengadopsi dampak dan dalam waktu yang sama untuk mengelola resiko yang dihasilkan. Resiko memiliki keterkaitan erat dengan kerentanan. Resiko akan menjadi perhatian yang serius apabila resiko tersebut cukup signifikan. Menurut Tompkins et al. 2005 apabila resiko berasosiasi dengan sejumlah biaya. Sebagai contoh jika terjadi kerusakan ekosistem disuatu pulau yang tidak berpenduduk, hal tersebut dianggap bukan merupakan sebuah bencana, namun apabila hal yang sama terjadi pada pulau yang berpenduduk padat, maka kejadian tersebut sangat signifikan karena memiliki berbagai konsekuensi terkait dengan penduduk di pulau tersebut. Peeling dan Uioto 2001 membagai ke dalam 6 faktor mengapa pulau-pulau kecil dianggap memiliki tingkat kerentanan yang tinggi yaitu : 1 ukuran yang kecil berimplikasi pada keterbatasan sumberdaya berbasis daratan; 2 insularitas dan remotness yang berimplikasi pada biaya yang mahal dan memerlukan waktu yang lebih lama; 3 masalah faktor lingkungan seperti ketersingkapan terhadap gangguan; 4 kapasitas mitigasi terhadap bencana yang terbatas; 5 faktor penduduk yang memiliki kualitas sumberdaya manusia yang rendah, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi ; 6 faktor ekonomi seperti ketergantungan pada pembiayaan eksternal, pasar internal yang terbatas. 17 Terkait dengan kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan merupakan indikasi terjadinya penurunan kualitas sumberdaya perikanan dan lingkungan laut di PPK. Terjadi berbagai kerusakan ekosistem PPK seperti terumbu karang rusak karena penambangan karang untuk bahan bangunan atau karena aktifitas penangkapan ikan seperti penggunaan bom dan racun. Selain itu, kegiatan pemanfaatan lahan di PPK memerlukan pengaturan lahan secara komprehensif dan tepat sesuai dengan peruntukannya serta tidak melebihi daya dukung lingkungannya Adrianto 2005. Secara luas PPK dikenal memiliki berbagai banyak permasalahan, kebutuhan dan kerugian khusus yang berhubungan dengan ukurannya yang lebih kecil, kedudukan yang rendah, keterpencilan dan kecenderungan yang tinggi oleh pengaruh bencana alam. Faktor-faktor di atas mengarah kepada peran pulau-pulau kecil yang sangat rapuh dan rentan dari segi ekologi serta ekonomi Beller et al. 1990; Briguglio 1995. McLean 1980, memandang dari segi lingkungan sudah menunjukkan bahwa pulau-pulau kecil yang khusus terbuka bagi samudra luas pada semua sisi cenderung terpengaruh sangat berbahaya bagi aktivitas di laut. Lebih lanjut lagi bahwa pulau-pulau kecil cenderung terpengaruh oleh bencana lingkungan alami dibanding pulau-pulau yang lebih besar. Dari segi ekonomi pulau-pulau kecil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada ekonomi luar Beller 1990; Adrianto and Matsuda 2004. Wilayah PPK juga memiliki tingkat ketergantungan tinggi pada bantuan atau subsidi dari pemerintah pusat, menyebabkan diperlukan subsidi yang tepat sasaran dalam upaya pengelolaan ekonomi PPK Adrianto 2004a. Beberapa hal yang menjadi ciri keterbatasan ekonomi wilayah PPK terkait dengan ukuran fisik smallness antara lain keterbatasan sumberdaya alam, ketergantungan terhadap komponen impor, terbatasnya subsitusi impor bagi ekonomi pulau, kecilnya pasar domestik, ketergantungan terhadap ekspor dengan tingkat spesialisasi tinggi, terbatasnya kemampuan untuk menentukan skala ekonomi, keterbatasan kompetisi lokal dan persoalan yang terkait dengan administrasi publik Adrianto 2005.