Indeks Keterisolasian Pulau Analisis kerentanan pulau-pulau kecil di Kecamatan Togean Provinsi Sulawesi Tengah (Studi Kasus P. Kukumbi, P. Enam, P. Mogo, P. Kadidiri, P. Pagempa, P. Tongkabo)

39 c Komposit indek kerentanan Ekologi-ekonomi PPK CVIEE i = {CVI Ek i x 0,6 + CVI En X 0,4}.................................17 Dimana : CVIEE i : Komposit indeks kerentanan ekologi-ekonomi PPK i; CVIEk i : Komposit indeks kerentanan ekologi PPK i; CVIEn i : Komposit indeks kerentanan ekonomi PPK i; 0.6, 0.4 : Bobot pertimbangan pada masing-masing CVI Ek i dan CVI En i

3.4.4 Penentuan Tingkat Kerentanan

Penentuan tingkat kerentanan yang dikembangkan oleh Kaly et al. 2004 dengan rujukan tingkat kerentanan yang dikembangkan Briguglio 1995; Adrianto and Matsuda 2002;2004. Kaly et al. 2004 membagi tingkat kerentanan lingkungan ke dalam 5 tingkatan yaitu, pertama : ”resilient”, merupakan tingkatan kerentanan paling bawah yang menunjukkan kondisi sifat lingkungan dalam keadaan tidak adanya potensi dampak yang membahayakan memiliki kapasitas lingkungan y ang besar; kedua ”at risk”, menunjukkan kondisi sifat lingkungan sedang menghadapi bahaya atau beresiko; ketiga ”vulnerable”, tingkat kerentanan yang menunjukkan sifat kondisi lingkungan yang berbahaya sedang; keempat ”highly vulnerable”, tingkatan kerentanan keempat yang menunjukkan kondisi sistem lingkungan sudah berbahaya tinggi; dan lima : ”extremelyly vulnerable” merupakan tingkatan kerentanan tertinggi yang menunjukkan kondisi sifat sistem lingkungan sudah sangat tinggi. Briguglio 1995; Adrianto and Matsuda 2002;2004, menunjukan tingkat kerentanan secara kuantitatif dan kualitatif berdasarkan hasil standarisasi variabel SV atau komposit indeks kerentanan CVI yang memiliki nilai dari 0 hingga 1 0CVI1, yang berarti bahwa nilai batas bawah memiliki tingkat kerentanan rendah dan nilai batas atas dengan tingkat kerentanan sangat tinggi, sedangkan nilai pertengahan mengindikasikan tingkat kerentanan sedang. Pada penelitian analisis kerentanan di Gugus Pulau Togean, mengambil model perpaduan di atas dengan memanfaatkan nilai kerentanan kuantitatif dari Briguglio 1995; Adrianto and Matsuda 2002;2004 dengan membagi sesuai banyaknya tingkatan sifat kerentanan kuantitatif dari Kaly et al. 2004. Metode ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan nilai standarisasi dari variabel yang ada didalamnya, pembobotan atau beban dari masing-masing potensi dampak tekanan pressure, mengakomodir perubahan nilai tekanan exogenous dimasa mendatang dan relatif lebih mudah dalam melakukan penilaian tingkat kerentanan suatu lokasi dengan memanfaatkan ketersediaan serta tingkat pentingnya dari indikator yang sering kali perolehannya terbatas, sehingga untuk penggunaan metode statistik kurang relevan dengan situasi lokasi studi dan juga pertimbangan kemudahan dengan penggunaan metode GIS. Pengembangan dari kedua metode penilaian tingkat kerentanan memiliki penggunaan istilah yang tidak persis sama dengan yang dinyatakan oleh Kaly et al. 2004 tersebut, akan tetapi memiliki makna dan maksud yang mirip serta indikator warna tingkat kerentanan mengikuti rujukan Kaly et al. 2004. Adapun pembagian level kerentanan tersebut adalah : a. Non-vulnerable adalah merupakan daerah yang memiliki kondisi atau tingkat kerentanan yang sangat kecil untuk terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya serta lingkungan. b. Low Vulnerable merupakan tingkat yang memiliki potensi bahaya masih tergolong rendah untuk dapat terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan. c. Medium vulnerable yaitu tingkatan potensi ancaman yang tergolong sedang untuk dapat terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan. d. Highly vulnerable merupakan tingkatan potensi ancaman bahaya yang tergolong tinggi untuk terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan. e. Extremelyly vulnerable merupakan suati tingkat kondisi yang sangat ekstrem atau memiliki potensi kerusakan sangat tinggi untuk terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya dan lingkungan di PPK.