4. Membangun Kemitraan Antara Petani dengan Kalangan Industri
Harga diyakini sebagai sinyal insentif maupun disinsentif bagi petani untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk menuju kepastian berproduksi dan
harga yang layak bagi petani, perlu adanya kemitraan antara petani, media misalnya KUD, pedagangpengolah, BUMN dengan industri pangan dan pakan
terutama untuk mengatasi masalah pascapanen. Salah satu caranya adalah dengan mendorong pihak industri untuk dapat melakukan penyimpanan hasil produksi
jagung pada saat panen raya sebagai bahan baku industri pada saat masa paceklik. Hal ini bertujuan agar petani dapat menyediakan bahan baku jagung yang bermutu
dan kontinu, sementara pabrik pakan ternak memberikan kepastian harga yang wajar kepada petani. Dengan demikian diharapkan adanya jaminan pasar dan
harga bagi petani agar mereka tidak ragu dan takut harga akan jatuh saat panen raya atau takut kesulitan memasarkan hasil panennya. Upaya ini sudah dirintis
beberapa tahun yang lalu, namun belum berjalan mulus dan tidak berkesinambungan.
5. Spesialisasi Lokasi Sentra Produksi Jagung Nasional
Untuk mengatasi masalah pemasaran dan distribusi yang disebabkan karena sentra produksi jagung yang letaknya menyebar, dapat disarankan bahwa
lebih baik sentra produksi jagung dipusatkan pada daerah-daerah penghasil jagung komersial. Daerah penghasil jagung komersial adalah daerah-daerah yang
memang tujuan produksi jagungnya adalah untuk dijual dan dekat dengan lokasi industri pakan. Contohnya adalah sentra produksi jagung di Jawa Tengah, Jawa
Timur, Lampung, Sumatra Utara, dan Gorontalo. Dengan demikian, diharapkan
pihak industri pakan akan lebih mengutamakan produksi jagung dalam negeri dan tidak melakukan impor, karena sudah relatif mudah untuk mendapatkan pasokan
bahan baku industrinya, yaitu jagung.
6. Penyediaan SaranaPrasarana Produksi Oleh Pemerintah
Untuk menjamin keberhasilan pengembangan jagung perlu adanya penyediaan sarana dan prasarana produksi yang memadai, seperti sistem
pengadaan benih bermutu dari varietas unggul, pupuk, herbisidapestisida, serta alat dan mesin pertanian yang lebih baik. Akan tetapi, masalah atau kendala yang
dihadapi petani untuk meningkatkan produktivitas adalah mahalnya sarana produksi tersebut.
Oleh karena itu pemerintah dapat mengupayakan beberapa hal,antara lain : a. Memberikan bantuan kredit permodalan pertanian berbunga rendah kepada
petani untuk mengembangkan usahatani jagung. b. Mendorong pengembangan kemitraan antara petani dengan swastaindustri dan
pemerintah dalam menyediakan sarana produksi. c. Mengembangkan usaha jasa alat atau mesin pertanian alsintan dalam
penyiapan lahan, penanaman, dan pascapanen traktor, alat tanam, pemipil, dan pengering.
d. Untuk mengatasi masalah ketergantungan benih jagung bermutu dikalangan petani, dalam jangka pendek pemerintah dapat menyalurkan bantuan benih jagung
hibrida dan komposit unggul kepada para petani untuk meningkatkan produksi jagungnya. Selain itu juga pemerintah dapat melakukan intervensi berupa
pemberian subsidi benih kepada petani, seperti hal nya dengan subsidi pupuk yang
telah dilakukan oleh pemerintah. Dengan demikian diharapkan petani dapat lebih mudah mengakses benih jagung bermutu sehingga dapat meningkatkan
produksinya. Dalam jangka panjang, perlu ditingkatkan peran lembaga penelitian pemerintah untuk mengembangkan varietas unggul komposit untuk mengimbangi
varietas jagung hibrida swasta, sehingga akan ada berbagai pilihan tekhnologi yang bisa diadopsi oleh petani.
Akan tetapi, lembaga penelitian pemerintah ini bukan hanya sebatas menghasilkan varietas unggul, tetapi juga harus aktif mempromosikan teknologi
dan varietas unggul yang dihasilkan. Hal dapat dilakukan dengan membina petani dalam pengembangan dan penangkaran benih jagung unggul komposit di
pedesaan. Promosi ini dapat dilakukan oleh Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian BPTP bekerjasama dengan petani. Hal ini akan menjamin ketersediaan
benih bermutu dengan harga murah. Tanpa aktif mempromosikan dan memasarkan varietas unggul, maka adopsi teknologi akan berjalan lambat dan
benih unggul tetap tersimpan di lembaga penelitian.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Secara nasional, perkembangan produksi jagung di Indonesia selama periode
1969-2006 mengalami peningkatan secara fluktuatif, dimana peningkatan produksi jagung di Indonesia selama ini lebih ditentukan oleh perkembangan
produktivitas daripada peningkatan luas areal panen. Di sisi lain terjadi perubahan pola konsumsi jagung domestik, yaitu dari sebagai pangan pokok
menjadi bahan baku industri dengan jumlah permintaan yang semakin meningkat. Tingginya peningkatan permintaan jagung untuk pakan, melebihi
peningkatan produksi jagung nasional, menyebabkan Indonesia menjadi net importer jagung. Melihat perkembangan komoditas tersebut, perlu adanya
upaya untuk meningkatkan produksi jagung nasional dalam rangka mencapai swasembada jagung dan menjadi net eksporter jagung dunia.
2. Hasil analisis respon penawaran jagung menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan respon luas areal panen dan respon produktivitas. Elastisitas areal
panen terhadap harga jagung dalam jangka pendek maupun jangka panjang bersifat inelastis dan bernilai sama. Elastisitas produktivitas dan penawaran
jagung terhadap harga jagung dalam jangka pendek bersifat inelastis sedangkan dalam jangka panjang lebih bersifat elastis. Oleh karena itu, dapat
disarankan bahwa apabila terjadi kenaikan harga jagung dalam jangka panjang, maka usaha peningkatan penawaran produksi jagung lebih baik