Berbagai Kebijakan Pemerintah Untuk Meningkatkan Produksi Jagung Nasional

industri pakan akan sulit untuk mendapatkan jagung. Hal ini disebabkan karena mahalnya biaya angkutan. Selain itu, kemitraan produsen maupun pakan ternak dengan petani masih sedikit. Hal ini lah yang ditenggarai sebagai salah satu penyebab terjadinya impor jagung. Impor jagung ditenggarai bukan karena masalah pasokan di dalam negeri, tetapi cenderung terdorong oleh kepentingan bisnis, khususnya bagi kalangan industri pakan ternak. Pengadaan jagung dengan mengimpor memang sangat efisien khususnya dalam konteks industri pakan ternak dibanding harus berurusan dengan petani atau kelompok tani yang selain lokasinya tersebar, kualitasnya juga beragam dengan volume yang terbatas pula. Oleh karena itu, pabrik pakan ternak haruslah tetap mengutamakan produksi jagung di dalam negeri dalam rangka tercapainya swasembada jagung di Indonesia. Impor dilakukan apabila memang produksi dalam negeri tidak mencukupi.

5.4.2. Berbagai Kebijakan Pemerintah Untuk Meningkatkan Produksi Jagung Nasional

Berbagai kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan produksi jagung nasional, antara lain : 1. Untuk mendukung program pengembangan jagung, mulai tahun19771978 pemerintah melakukan intervensi pasar dengan menetapkan harga dasar jagung. Penetapan harga dasar jagung dipandang penting karena produksi jagung saat itu cenderung meningkat dan ekspor cukup prospektif. Sejalan dengan perkembangannya, kebijakan harga dasar jagung dinilai tidak efektif dan kemudian dicabut pada tahun 1990. Hal ini disebabkan karena harga di tingkat petani senantiasa berada diatas harga dasar dan permintaan jagung cukup tinggi sepanjang tahun. Dengan demikian harga jagung sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar, bahkan sejak ada kesepakatan GATT dan WTO, pasar jagung dalam negeri semakin terbuka terhadap pasar internasional, sehingga harga jagung dalam negeri juga dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan nilai tukar mata uang. 2. Tahun 19741975-1986 pemerintah mentapkan program Bimas Jagung yang dimulai pada Pelita II yaitu tahun 19741975; tahun 1987-1995 pemerintah melaksanakan Progran Insus Jagung; dan tahun 19961997 pemerintah kembali melaksanakan Program Supra Insus Tanaman Jagung yang dilaksanakan pada 10 propinsi di Indonesia. 3. Untuk meningkatkan produksi jagung, pemerintah telah mencanangkan program percepatan peningkatan produksi jagung hibrida dan komposit. Upaya ini mulai dirintis pada tahun 19961997 dimana program tersebut menekankan pada perluasan areal tanampanen dan peningkatan Intensitas Pertanaman IP. 4. Kemudian pada tahun 1997, dicanangkan program Gema Palagaung Gerakan Mandiri Peningkatan Produksi Padi, Kedelai, dan Jagung yang dicanangkan untuk mencapai swasembada dan surplus produksi padi, jagung, dan kedelai tahun 2001. Dengan adanya program tersebut, diharapkan dapat mendorong produsen dan petani jagung untuk meningkatkan produksinya melalui penanaman jagung hibrida yang memiliki keunggulan produksi daripada jenis jagung lainnya. Adanya program ini ternyata memberikan dampak positif terhadap petani. Petani terpacu untuk meningkatkan produktivitasnya dan terbukti dapat meningkatkan produksi jagung secara nasional, tetapi belum mampu memenuhi semua kebutuhan dalam negeri. 5. Untuk mewujudkan swasembada jagung, pada tahun 2004 pemerintah mencanangkan “Gerakan Tambahan Dua Juta Ton Jagung” GENTATATON JAGUNG yang berhasil mendongkrak produksi jagung nasional menjadi sekitar 11,22 juta ton pada tahun 2004 dari tahun sebelumnya yang hanya 10,89 juta ton. Selain itu Ditjen Tanaman Pangan juga sudah menetapkan sejumlah kebijakan yang strategis, meliputi penyaluran bantuan benih jagung hibrida dan komposit, pengendalian OPT, perbaikan mekanisme penyaluran pupuk, serta pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT. 6. Untuk mempercepat diseminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Prima Tani. Melalui program ini diharapkan produksi pertanian meningkat dan juga membuka wawasan petani terhadap teknologi budi daya pertanian. Perubahan pola pikir diharapkan dapat mengubah perilaku dalam budi daya pertanian dari cara konvensional ke teknik budi daya yang lebih baik. 7. Badan Litbang Departemen Pertanian telah mengembangkan inovasi teknologi jagung melalui pendekatan Pengolahan Tanaman Terpadu PTT yang diperkirakan akan mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan produksi nasional. PTT jagung bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan produktivitas jagung secara berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi produksi melalui komponen teknologi, antara lain varietas unggul, benih bermutu, penyiapan lahan hemat tenaga, populasi tanaman optimal, pemupukan yang efisien, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman OPT dengan mengutamakan aspek kelestarian lingkungan, pengelolaan panen dan pascapanen yang sesuai dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

5.4.3. Langkah Strategis Untuk Meningkatkan Produksi Jagung Nasional