Respon Penawaran Jagung di Indonesia

jagung di Indonesia, sedangkan 42 persen petani jagung menggunakan pestisida cair, dan 37 persen petani jagung belum menerapkan tekhnologi baru untuk mengendalikan hama dan penyakit Djulin, Syafa’at, dan Kasryno, 2002. Oleh karena itu, peningkatan harga pestisida tidak mempengaruhi produktivitas jagung.

5.3. Respon Penawaran Jagung di Indonesia

Untuk membicarakan lebih lanjut mengenai respon penawaran jagung diIndonesia, maka kita harus menghitung nilai elastisitas penawaran jagung di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3 dibawah ini. Tabel 5.3. Respon elastisitas Penawaran Jagung di Indonesia dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang Keterangan Respon Areal Panen Jagung terhadap Harga Jagung e LpP Respon Produktivitas Jagung terhadap Harga Jagunge YP Respon Penawaran Jagung terhadap Harga Jagung e QP Koefisien Adjusment 1 0,1295 Elastisitas Jangka Pendek 0,2916 0,0987 0,3903 Elastisitas Jangka Panjang 0,2916 0,7622 1,0538 Keterangan : e AP + e YP = e QP Dari Tabel 5.3 diatas, dapat dilihat bahwa selama periode analisis 1969- 2006, elastisitas areal panen jagung terhadap harga sendiri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai nilai yang sama, yaitu sebesar 0,2916. Nilai ini menunjukkan bahwa peningkatan harga jagung sebesar 10 persen akan menyebabkan areal panennya juga meningkat 2,196 persen baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil elastititas areal panen jagung ini bertentangan dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa elastisitas jangka panjang lebih besar dari elastisitas jangka pendek. Hal ini disebabkan karena variabel lag areal panen tidak signifikan mempengaruhi areal panen jagung, sehingga nilai elastisitasnya sama untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dari tabel diatas juga dapat kita lihat bahwa elastisitas produktivitas terhadap harga jagung bernilai 0,0987 pada jangka pendek dan 0,7622 pada jangka panjang. Artinya, kenaikan harga jagung sebesar 10 persen akan meningkatkan produktivitas jagung sebesar 0,987 persen pada jangka pendek dan 7,622 persen dalam jangka panjang. Respon yang lebih besar dalam jangka panjang ini disebabkan oleh karena secara teoritis, petani mempunyai kesempatan untuk melakukan berbagai penyesuaian dalam proses produksinya, sehingga responsif terhadap harga. Elastisitas penawaran jagung di Indonesia bernilai 0,3903 pada jangka pendek dan 1,0538 pada jangka panjang. Hal ini berarti : 1 Nilai elastisitas penawaran jangka pendek yang bersifat inelastis mengandung arti bahwa petani jangung merespon dengan kecil kenaikan harga produknya. Hal ini disebabkan karena kekakuan asset-aset pertanian yang dimilki oleh petani jagung sehingga petani tidak dengan mudah meningkatkan produksinya ketika terjadi kenaikan harga. Nilai elastisitas yang bersifat elastis dalam jangka panjang menandakan bahwa pada jangka panjang petani sangat responsif terhadap perubahan harga. Hal ini menandakan bahwa harga jagung yang diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun kedepan mengingat pesatnya permintaan jagung sebagai bahan baku industri pangan, pakan, dan etanol, akan menjadi indikator petani untuk dapat meningkatkan produksinya. 2 Dari uraian diatas, dapat disarankan bahwa apabila terjadi kenaikan harga jagung dalam jangka panjang, maka usaha peningkatan penawaran produksi jagung lebih baik diarahkan pada upaya peningkatan produktivitas intensifikasi daripada melalui perluasan areal panen ekstensifikasi. Akan tetapi, karena nilai elastisitas respon areal panen jagung terhadap harga jagung bernilai positif dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka upaya peningkatan produksi jagung melalui perluasan areal panen masih relevan untuk dilakukan.

5.4. Faktor Penghambat Peningkatan Produksi Jagung, Kebijakan yang Telah