ditemukannya bakteri Escherichia coli dalam sampel air bersih Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2006. Sumber air bersih yang
mengandung bakteri Escherichia coli menandakan bahwa air sudah tercemar oleh tinja manusia, saat ini 70 air tanah perkotaan
tercemar oleh tinja manusia Junaedi, 2008. Sumber air bersih yang tercemar oleh tinja dan mengandung bakteri Escherichia coli
dapat mengakibatkan kualitas air bersih tidak sesuai dengan standar peruntukkannya Radjak, 2013.
2.1.9 Sumber Pencemaran Sumber Air Bersih
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lainnya ke dalam
air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya PP No.201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Sumber pencemaran dapat berasal dari beberapa
sumber, yaitu 1.
Limbah Industri Limbah industri dapat mengandung bahan organik
maupun anorganik. Bahan pencemar yang berasal dari limbah industri dapat meresap ke dalam air tanah yang dikonsumsi
masyarakat sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, dan berkumur.
2. Limbah Pertanian
Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran air. Sisa pestisida di
perairan dapat meresap ke dalam tanah, sehingga mencemari air tanah.
3. Limbah Pemukiman
Permukiman menghasilkan limbah, misalnya sampah dan air buangan. Air buangan dari permukiman biasanya
mempunyai komposisi yang terdiri dari eskreta tinja dan urin, air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana
sebagian besar merupakan bahan-bahan organik. Limbah pemukiman dapat mencemaran air permukaan, air tanah, dan
lingkungan hidup Aliya, 2006. Sumber pencemaran yang dapat mempengaruhi
kualitas bakteriologis sumber air bersih adalah jarak jamban dan septic tank yang kurang dari 10 meter Depkes RI, 2009 .
2.1.10 Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Pencemaran Sumber Air
Bersih
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran sumber air bersih, yaitu
1. Jenis Sumber Pencemar Karakteristik limbah ditentukan oleh jenis sumber
pencemar. Karakteristik limbah rumah tangga berbeda dengan karakteristik limbah jamban atau septic tank ataupun
peternakan. Limbah jamban atau septic tank dan peternakan banyak mengandung bahan organik yang merupakan habitat
bagi tumbuhnya mikroorganisme. Perbedaan karakteristik limbah mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap
kualitas bakteriologis air sumur gali Kusnoputranto, 1997. 2. Jumlah Sumber Pencemar
Semakin banyak sumber pencemar yang berada dalam jarak maksimal 10 meter, semakin besar pengaruhnya terhadap
penurunan kualitas bakteriologis air sumur gali. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya bakteri yang mampu
meresap ke dalam sumur. Pembuatan sumur gali yang berjarak kurang dari 11 meter dari sumber pencemar, mempunyai
resiko tercemarnya air sumur oleh perembesan air dari sumber pencemar Kusnoputranto, 1997. Penelitian Marsono 2009,
dihasilkan p value sebesar 0,602 yang berarti tidak ada pengaruh
jumlah sumber
pencemar dengan
kualitas bakteriologis sumber air bersih.
3. Jarak Jamban
Semakin jauh jarak jamban dengan sumber air bersih akan menyebabkan jumlah bakteri semakin sedikit, dan
sebaliknya semakin dekat jamban akan menyebabkan jumlah bakteri semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena tanah
tersusun dari berbagai jenis material batu, pasir, dll yang
akan menyaring bakteri yang melewatinya Marsono, 2009. Penelitian Boekosoe 2010, menyatakan ada pengaruh jarak
jamban dengan jumlah bakteriologis sumber air bersih. Jarak letak sumber air bersih dengan jamban paling sedikit 10 meter
karena kemungkinan dengan jarak 10 meter bakteri akan mati Boekoesoe, 2010.
4. Jarak Septic tank
Septic tank adalah bak untuk menampung air limbah yang dialirkan dari WC Water Closet. Limbah dari septic
tank sangat mempengaruhi pencemaran terhadap sumber air bersih apabila jarak septic tank dekat dengan sumur gali
Nazar, 2010. Bapedalda Kota Pekanbaru dalam Status Lingkungan Hidup tahun 2007, menyatakan penyebab
terjadinya pencemaran air tanah oleh bakteri Coliform terutama bakteri Escherichia coli karena sebagian besar
penduduk belum mempunyai tangki septic tank yang memadai, kedalamannya tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku, dan letaknya berdekatan dengan sumber air bersih. Penelitian Sri Pujiati, Rahayu 2010, menyatakan bahwa ada
hubungan antara septic tank dengan jumlah bakteriologis sumber air bersih.
5. Kedalaman Sumber Air Bersih yang Kedap Air
Kedalaman sumber air bersih yang kedap air merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik ke atas yang
kedap air atau tidak dapat dilewati air pada suatu sumber air bersih. Ketinggian permukaan air tanah antara lain
dipengaruhi oleh jenis tanah, curah hujan, penguapan, dan keadaan aliran terbuka sungai. Kedalaman sumber air bersih
yang kedap air akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform secara vertical Kusnoputranto, 1997.
Pencemaran tanah oleh bakteri secara vertikal dapat mencapai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah
Kusnoputranto, 1997. Diperkirakan sampai kedalaman 3 meter masih mengandung bakteri. Oleh karena itu, dinding
dalam yang melapisi sumur sebaiknya dibuat kedap air sampai dengan 3 meter atau 5 meter Sumantri, 2010. Dinding sumur
kedap air berperan sebagai penahan agar air permukaan yang mungkin meresap ke dalam sumur telah melewati lapisan
tanah sehingga mikroba yang mungkin ada didalamnya telah tersaring Sarudji. D, 2010.
Sumber air bersih yang kedalaman kedap airnya kurang dari 3 m dapat memperbesar kemungkinan
terkontaminasinya sumber air bersih Hasnawi, 2012. Kualitas dinding sumber air bersih yang semakin kedap air
akan semakin baik kemampuannya untuk mencegah masuknya atau merembesnya air dari sumber pencemar yang
mengandung banyak bakteri sehingga bakteri akan tertahan dan akhirnya mati Seta, 1983.
6. Arah dan Kecepatan Aliran Air Tanah
Pencemaran air sumur gali oleh bakteri Coliform dipengaruhi arah aliran air tanah. Aliran air tanah memberikan
pengaruh secara terus menerus terhadap lingkungan di dalam tanah. Pergerakan aliran air tanah melalui pori-pori tanah akan
mempengaruhi penyebaran pencemar air tanah Kodoatie, 2010.
Pergerakan aliran air tanah yang mengandung bakteri Coliform mengarah ke sumur gali, menyebabkan air sumur
gali tercemar oleh bakteri Coliform Kusnoputranto, 1997. Aliran air mengarah ke arah berlawanan dengan sumber air
bersih dan kecepatan aliran air yang lambat dapat mengurangi pencemaran. Di dalam siklus hidrologi maka air tanah secara
alami mengalir oleh karena adanya perbedaan tekanan dan letak ketinggian lapisan tanah. Air akan mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu apabila letak sumur gali berada di bagian bawah dari letak sumber
pencemaran maka bahan pencemar bersama aliran air tanah akan mengalir untuk mencapai sumur gali Asdak, 2007.
Aliran air yang mengarah ke arah berlawanan dengan sumber air bersih akan menyebabkan air yang tercemar tidak
mengarah ke sumber air bersih Chaeriatna, 2007 dan kecepatan aliran air yang lambat akan memperlambat aliran
sehingga dapat mengurangi pencemaran Chaeriatna, 2007. Aliran air dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang bersifat
mengalirkan air secara vertikal ke dalam tanah dan gaya kapiler yang bersifat mengalirkan air secara tegak lurus ke
atas, ke bawah, dan ke arah horizontal sehingga mempengaruhi laju pencemaran bakteri
7. Porositas dan Permeabilitas Tanah
Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform, air merupakan alat
transportasi bakteri dalam tanah. Makin besar porositas dan permeabilitas tanah, makin besar kemampuan untuk
melewatkan air yang berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak
mengikuti aliran
tanah semakin
banyak Kusnoputranto, 1997. Porositas tanah merupakan persentase
jumlah bagian yang lowong poros dari volume material keseluruhan yang dapat dilalui air dibawah gaya beratnya.
Tekstur tanah akan mempengaruhi penyebaran pencemar masuk ke dalam air tanah karena tekstur dan
struktur tanah mempengaruhi penyebaran pori-pori tanah dan
permeabilitas tanah yang pada gilirannya dapat mempengaruhi laju infiltrasi, kemampuan tanah dalam menampung air
kelembaban tanah, pertumbuhan tanaman, dan proses-proses biologis dan hidrologis lainnya Hardjowigeno, 1987. Pori-
pori mempunyai perbandingan yang beraneka ragam Hardjowigeno, 1987.
Semakin tinggi tingkat porositas tanah maka aliran tanah semakin cepat sehingga pencemarannya akan lebih cepat
menyebar. Porositas tanah yang besar tidak selalu disertai dengan permeabilitas yang besar pula. Permeabilitas adalah
kemampuan tanah untuk mengalirkan air dan udara Linsley, 1989.
Tabel 2.1 Perkiraan Rata-Rata Porositas Berbagai Bahan
Nama Bahan Porositas
Permeabilitas mhari
Lempung Pasar
Kerikil Kerikil dan pasir
Batu pasir Batu kapur, serpih
Kwarsit, granit 45
35 25
15 5
1 0.0004
41 4100
410 4.1
0.041 0.0004
Sumber: Linsley, RK and Josep, A.F, 1989 8.
Curah Hujan Air hujan mengalir di permukaan tanah dapat
menyebarkan bakteri Coliform yang ada di permukaan tanah. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi
bergeraknya bakteri Coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah
semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran. Pada musim hujan tingkat Escherichia Coli meningkat hingga 700
koloni per 100 ml sampel air dibandingkan dengan musim kemarau karena kemungkinan kontaminasi air sumur dengan
limpahan septic tank. Air dapat melarutkan berbagai bahan kimia yang berbahaya dan merupakan media tempat hidup
berbagai mikroba, maka tidak mengherankan bila banyak penyakit menular melalui air Kusnoputranto, 1997.
Penelitian Ejechi et al di Negeria menyatakan ada perbedaan yang bermakna p 0,05 tingkat kandungan Coliform antara
musim kemarau dan musim hujan. Kandungan Coliform dalam air sumur lebih tinggi di musim hujan.
9. Kondisi Fisik Sumber Air Bersih
Kondisi fisik sumber air bersih adalah konstruksi bangunan dan sarana yang mendukung sanitasi sumber air
bersih Marsono, 2009. Kondisi sumber air bersih ada yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat, hal tersebut
dapat dilihat dari lokasinya seperti jarak terhadap sumber pencemar dan konstruksinya Prajawati, 2008. Pembangunan
sumur harus mengikuti standar kesehatan, yaitu jarak terhadap sumber pencemar dengan konstruksinya Prajawati, 2008,
cincin yang kedap air, lantai semen yang kedap air, dudukan pompa, dan pipa distribusi Depkes RI, 1995. Sumber air
bersih yang tidak bercincin atau cincin tidak kedap air mudah mengalami kontaminasi Adekunle, 2009.
Penelitian Radjak 2013, kondisi fisik sumber air bersih memiliki pengaruh terhadap keberadaan bakteri
Escherichia coli. Nining 2007 menyatakan bahwa konstruksi sumber air bersih yang paling memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kandungan bakteriologis air. Menurut Hasnawi 2012, pengaruh kontruksi sumber air bersih ditinjau
dari lokasi jarak antara sumur gali dengan sumber pencermar ≥ 10 m terhadap kandungan bakteri Escherichia coli pada air
sumber air bersih. Penelitian Prajawati 2008 menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologis air bersih berhubungan secara
signifikan dengan parameter keadaan sumber air bersih, yaitu lokasi dan konstruksi.
Kondisi fisik sumber air bersih yang tidak memenuhi standar kesehatan dapat menjadi sumber pencemar karena air
yang sudah tercampur dengan bakteri atau sumber pencemar lain dapat merembes melalui pori-pori dinding, bibir dan
bagian sumber air bersih yang tidak kedap air sehingga masuk ke dalam sumber air bersih serta menyebabkan pencemaran
Radjak, 2013. Bangunan fisik sumur yang tidak memenuhi
standar akan mempermudah bakteri meresap dan masuk ke dalam sumur Kusnoputranto, 1997.
Tingkat risiko pencemaran sumber air bersih ditentukan dari adanya kontaminasi zat pencemar ke dalam
sumber air bersih. Sumber pencemar tersebut dapat berasal dari pencemaran air limbah, kotoran, sampah maupun
pencemar 1ain, juga dilihat dari aspek konstruksi maupun lokasi sarana sumber air bersih Prajawati, 2008. Semakin
baik kondisi fisik sumber air bersih maka kandungan bakteriologis air sumur semakin sedikit, sebaliknya jika
semakin buruk kondisi fisik sumber air bersih maka kandungan bakteriologis air sumur pun semakin banyak
Radjak, 2013. Konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat
konstruksi dan jarak sumur dengan sumber pencemar tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran air yang akan mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri Escherichia coli pada air sumur gali Hasnawi,
2012. Selain itu kondisi fisik atau konstruksi sumur yang tidak memenuhi standar kesehatan dapat menjadi sumber
pencemar karena air yang sudah tercampur dengan bakteri atau sumber pencemar lain dapat merembes melalui pori-pori
dinding, bibir dan lantai sumber air bersih yang tidak kedap air
dan masuk ke dalam sumber air bersih sehingga menyebabkan pencemaran Radjak, 2013. Penelitian Marsono 2009,
kondisi fisik sumber air bersih memiliki pengaruh terhadap jumlah mikroorganisme dalam sumber air bersih. Penelitian
Ika Nining yang menyatakan bahwa konstruksi sumur gali memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kandungan
bakteriologis sumber air bersih. 10.
Jumlah Pemakai Makin banyak jumlah pemakai sumur berarti semakin
banyak air diambil dari sumur sehingga mempengaruhi merembesnya bakteri Coliform ke dalam sumur. Banyaknya
jumlah pemakai sumur juga mempengaruhi kemungkinan terjadinya pencemaran sumur secara kontak langsung antara
sumber pencemar dengan air sumur, misalnya melalui ember atau tali timba yang digunakan sehingga bakteri akan
merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air tanah yang berbentuk memusat ke arah sumur Kusnoputranto, 1997.
Frekuensi pemakaian
air yang
tinggi akan
menyebabkan cepatnya aliran tanah dari arah horizontal masuk ke dalam sumber air tanah. Jadi pengambilan air tanah yang
berlebihan menyebabkan infiltrasi tanah semakin cepat sehingga air tanah tercemar akan lebih cepat masuk ke dalam
air tanah tersebut Kodoatie, 2010. Radjak 2013, jumlah
pemakai sumber air bersih berpengaruh terhadap jumlah Escherichiha coli sumber air bersih dan semakin tinggi juga
kemungkinan kontaminasi baik itu dari kontak langsung manusia.
11. Perilaku
Kebiasaan masyarakat membuat sumur tanpa bibir, bibir sumur tidak ditutup, mandi dan mencuci di pinggir sumur
akan menyebabkan air bekas mandi dan cuci sebagian mengalir kembali ke dalam sumur dan menyebabkan
pencemaran. Selain itu kebiasaan mengambil air sumur dan kebiasaan
membuang kotoran
manusia juga
ikut mempengaruhi Kusnoputranto, 1997. Penelitian Marsono
2009, perilaku dalam bentuk tindakan memiliki pengaruh terhadap kualitas bakteriologis sumber air bersih p value
0,001. Penelitian Idhamsyah juga yang menyatakan bahwa perilaku dalam bentuk tindakan memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali p value 0,013
2.1.11 Hubungan Air dan Kesehatan