61
VI PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI TERHADAP PENGELUARAN RUMAH TANGGA
7.1. Keragaan Usahatani Padi
Keragaan usahatani dikaji untuk menggambarkan kondisi aktual usahatani padi sawah di Desa Gempol Kolot sehingga pendapatan usahatani yang dianalisis
sesuai dengan kenyataan. Analisis keragaan usahatani yang dilibatkan dilakukan secara deskriptif. Analisis tersebut meliputi : pola tanam, penggunaan input,
teknik budidaya dan output yang dihasilkan pada usahatani padi sawah.
7.1.1. Pola Tanam
Padi sawah merupakan tanaman utama yang dibudidayakan di Desa Gempol Kolot. Pada lahan sawah, setelah padi sawah dipanen di suatu musim
maka tanaman yang akan menggantikan pada musim berikutnya adalah padi sawah. Dengan demikian, pola tanam yang dipakai adalah padi-padi-padi. Kondisi
ini tentunya akan mendatangkan pengaruh negatif pada lahan sawah jika tidak dilakukan upaya pemeliharaan, sehingga BPP Banyusari memberikan saran
kepada petani untuk menanami lahan sawahnya dengan palawija setelah lahan sawah dua kali ditanami padi sawah.
Pada kenyataannya, intensitas pemanfaatan lahan sawah di Desa Gempol Kolot hanya dua kali dalam setahun. Kedua masa tanam tersebut dimanfaatkan
para petani untuk membudidayakan padi sawah. Waktu yang dibutuhkan untuk proses budidaya padi sawah berkisar antara empat bulan tergantung varietas yang
ditanam. Berdasarkan keterangan tersebut, seharusnya dalam setahun petani bisa membudidayakan padi sawah sebanyak tiga kali, tetapi karena adanya faktor
penghambat, intensitas tanam di wilayah tersebut hanya dua kali dalam setahun. Diantara hambatan tersebut terdapat dua faktor yang merupakan hambatan
utama, yaitu faktor sosial budaya dan faktor alam. Faktor sosial budaya yang menjadi hambatan adalah kebiasaan masyarakat untuk melaksanakan hajatan
setelah masa panen musim tertentu. Setelah panen, para petani mendapatkan pendapatan dalam bentuk uang dari usahatani yang dijalani. Hal itu merupakan
faktor pendukung bagi petani untuk melaksanakan hajatan, seperti : pernikahan, khitanan, rekreasi dan lain-lain. Dengan adanya acara hajatan tersebut, masa
tanam padi sawah menjadi mundur untuk menjaga keserempakan penanaman.
62 Faktor alam menjadi penghambat jika berkaitan dengan air, baik air
pasang atau kekurangan air. Letak Desa Gempol Kolot yang dekat dengan Sungai Cilamaya menyebabkan tergenangnya sebagian lahan sawah pada bulan-bulan
tertentu, akibatnya petani harus menunggu beberapa waktu hingga lahan terbebas dari genangan air, sedangkan pada musim kemarau sebagian lahan sawah tidak
mendapatkan pasokan air dari saluran irigasi karena habis sebelum sampai pada lokasi akibatnya masa tanam tertunda sampai air irigasi tersedia.
7.1.2. Penggunaan Input
Sarana produksi merupakan input yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usahatani. Sarana produksi yang digunakan pada usahatani padi sawah di
Desa Gempol Kolot umumnya terdiri dari lahan sawah, benih, pupuk, pestisida, peralatan usahatani dan tenaga kerja.
1 Penggunaan Lahan Sawah
Luas lahan sawah rata-rata yang diusahakan oleh petani responden di Desa Gempol Kolot adalah 1,125 hektar dari keseluruhan pemilikan lahan sawah
78,7285 hektar. Petani pemilik lahan berkewajiban untuk membayar pajak sebesar Rp. 70.000,00-Rp. 80.000,00 per hektar per tahun dan iuran desa sebesar Rp.
320.000,00-Rp. 350.000,00 per hektar per tahun tergantung dari nilai lahan yang dimiliki. Selain dari kepemilikan, pengusahaan lahan sawah diperoleh melalui
berbagai sistem kelembagaan yang berlaku, seperti : sewa, sakap dan gadai. Sistem sewa di Desa Gempol Kolot diperoleh penggarap dengan
membayar kepada petani pemilik lahan sawah sebesar Rp. 7.000.000,00 per hektar per tahun, sedangkan sistem sakap diperoleh dengan membagi hasil panen
kepada petani pemilik menjadi dua bagian yang sama setelah dikurangi biaya produksi, kecuali biaya tenaga kerja yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dari penggarap. Sementara itu, sistem gadai diperoleh penggarap dengan memberi pinjaman kepada petani pemilik sebesar Rp. 7.000.000,00 per hektar, dimana
waktu pengembalian lahan tergantung kemampuan petani pemilik mengembalikan pinjamannya. Ukuran pengusahaan lahan juga berpengaruh pada seberapa besar
penggarap harus mengeluarkan biaya irigasi. Biaya irigasi yang dikeluarkan petani di Desa Gempol Kolot setara dengan 50 kg per hektar per tahun.
63 2
Penggunaan Benih Benih dalam usahatani padi terdiri atas benih bersertifikasi dan
nonsertifikasi. Benih bersertifikat adalah benih yang dibeli petani dari toko maupun dari penangkar benih yang sudah disertifikasi. Benih nonsertifikat adalah
benih milik pribadi yang diperoleh dari penyisihan hasil panen maupun benih yang dibeli dari petani lain atau penangkar yang belum disertifikasi. Sebagian
besar 60 persen petani di Desa Gempol Kolot menggunakan benih nonsertifikasi dan sisanya menggunakan benih sertifikasi. Berdasarkan harganya, benih
bersertifikasi adalah sebesar Rp. 3.500,00 per kilogram, sedangkan benih nonsertifikasi tergantung pada varietas yang digunakan tetapi biayanya berkisar
antara Rp. 2.300,00-Rp. 2.900,00 per kilogram. Varietas benih yang digunakan di Desa Gempol Kolot adalah varietas
Ciherang pada musim kemarau dan varietas Cilamaya Muncul pada musim hujan. Keunggulan dari varietas Ciherang adalah tingginya kualitas hasil panen sehingga
memiliki harga jual yang mahal, namun varietas Ciherang tidak tahan akan cuaca dingin, sedangkan keunggulan varietas Cilamaya Muncul adalah produktivitas
hasil panen yang tinggi dan cocok terhadap cuaca dingin, namun harga jual hasil panen lebih rendah daripada varietas Ciherang. Rata-rata penggunaan benih dari
kedua varietas padi yang digunakan oleh petani responden per hektar per musim adalah sama yakni 26,205 kg. Jumlah penggunaan benih tersebut lebih besar dari
jumlah benih yang dianjurkan oleh pemerintah yaitu 25 kg per hektar per musim. Hal tersebut terjadi karena petani khawatir apabila benih yang tumbuh sedikit atau
mati, maka kelebihan benih dapat digunakan untuk penyulaman. 3
Penggunaan Pupuk Mayoritas pupuk yang digunakan oleh petani di Desa Gempol Kolot
adalah pupuk urea, pupuk majemuk phonska NPK dan pupuk TSP. Pupuk organik dan gandhasil merupakan pupuk minoritas yang jarang digunakan oleh
petani. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani responden di Desa Gempol Kolot per hektar per tahun adalah 3,90 ku pupuk urea, 3,22 ku pupuk NPK dan 1,20 ku
pupuk TSP. Selain itu, penggunaan pupuk pada musim hujan di Desa Gempol Kolot lebih rendah 0,22 ku daripada penggunaan pupuk pada musim kemarau. Hal
ini dikarenakan kekhawatiran petani apabila pupuk terbawa air pada musim hujan.
64 Komposisi standar dosis yang dianjurkan oleh penyuluh untuk satu hektar
satu tahun adalah 2 ku pupuk urea, 6 ku pupuk NPK dan tidak perlu penggunaan pupuk TSP karena kandungan P pada TSP sudah terkandung pada pupuk NPK.
Kenyataan di Desa Gempol Kolot, tidak semua petani mengikuti anjuran tersebut disebabkan oleh kurangnya keikutsertaan petani dalam penyuluhan. Pupuk kimia
yang digunakan oleh petani diperoleh dari toko-toko atau kios pertanian yang terdapat di sekitar tempat tinggal petani. Harga pupuk tersebut masing-masing per
kuintalnya ialah Rp. 125.000,00-Rp. 170.000,00 untuk pupuk urea, Rp. 170.000,00-Rp. 250.000,00 untuk pupuk NPK dan Rp.170.000,00-Rp.240.000,00
untuk pupuk TSP. 4
Penggunaan Pestisida Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani di Desa
Gempol Kolot adalah dengan menggunakan pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia di Desa Gempol Kolot memiliki intensitas yang sangat tinggi. Hal ini
terlihat dari kenyataan bahwa Desa Gempol Kolot sering menjadi sasaran formulator pestisida untuk mempromosikan produknya. Data yang diperoleh dari
petani responden, pestisida yang diaplikasikan petani di Desa Gempol Kolot mencapai 67 nama dagang. Rata-rata penggunaan pestisida kimia yang dilakukan
oleh petani responden per hektar per musim adalah sama yakni 1,2 ltr dari keseluruhan pestisida. Penggunaan pestisida yang berlebihan ini dan ditambah
pula tidak terdapatnya anjuran dari penyuluh lapang menunjukkan tingginya serangan hama dan penyakit yang terjadi di Desa Gempol Kolot. Hama dan
penyakit yang sering mengganggu tanaman padi sawah di Desa Gempol Kolot, diantaranya adalah tikus, wereng, walang sangit, ulat grayak, penggerek batang,
keong mas, hawar pelepah, gulma, rumput teki, blast, tungro dan penyakit lainnya. Nama dan sasaran pestisida tercantum pada Lampiran 4.
5 Penggunaan Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh petani responden di Desa Gempol Kolot adalah cangkul, arit, parang, semprotan, terpal, tegel, garpu dan karung. Peralatan
yang dimiliki petani sangat berpengaruh pada biaya tetap yang akan dikeluarkan, yaitu biaya penyusutan peralatan. Perhitungan nilai penyusutan dengan
menggunakan metode garis lurus antara nilai beli dan umur teknis peralatan.
65 6
Penggunaan Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja menjadi suatu hal yang sangat penting karena
tenaga kerja inilah yang melakukan keseluruhan kegiatan usahatani. Penggunaan tenaga kerja dalam analisis usahatani di Desa Gempol Kolot menggunakan satuan
tenaga kerja hari orang kerja HOK yang tidak membedakan antara pria dan perempuan dalam hal upah. Upah yang diterima oleh tenaga kerja dalam satu hari
jam 07.00-16.00 dimana satu jam diasumsikan digunakan sebagai waktu istrirahat adalah Rp. 40.000,00 yang disetarakan dengan nilai satu HOK. Dengan
demikian, upah per jam tenaga kerja di Desa Gempol Kolot adalah Rp. 5.000,00. Sistem upah tenaga kerja di Desa Gempol Kolot terdapat tiga bagian, yaitu
upah harian, upah borongan dan upah bawon. Sistem upah harian menggunakan prinsip perhitungan HOK. Sementara itu, sistem upah borongan digunakan hanya
pada kegiatan membajak lahan dengan menyewa traktor. Biaya sewa traktor berkisar Rp. 600.000,00 per hektar. Selain traktor, pengolahan lahan juga
dilakukan dengan borongan tenaga kerja orang dengan biaya Rp. 400.000,00 per hektar. Upah bawon diperuntukkan bagi tenaga kerja bawon. Tenaga kerja bawon
adalah tenaga kerja bagi hasil berdasarkan jumlah hasil panen dengan perbandingan satu berbanding lima untuk upahan penanaman dan panen. Jumlah
penggunaan tenaga kerja dalam proses budidaya padi per tahun di Desa Gempol Kolot terangkum dalam Tabel 16 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 16. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi di Desa Gempol
Kolot per Hektar per Tahun pada Tahun 2010
No. Proses Budidaya
HOK keluarga HOK luar keluarga
1. Persemaian 1,41 8,81
1,33 0,61 2. Pengolahan
lahan traktor
- -
30,00 13,61
3. Pengolahan lahan
orang 5,11
31,94 18,28 8,29
4. Penanaman 0,35 2,19
72,15 32,73
5. Penyulaman 2,50
15,62 7,65 3,47
6. Penyiangan 2,43
15,19 9,88 4,48
7. Pemupukan 1,80
11,25 5,06 2,30
8. Penyemprotan 2,40
15,00 7,65 3,47
9. Panen -
- 68,43
31,04 Total 16,00
100,00 220,45
100,00
66 Penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi di Desa Gempol Kolot
Tabel 16 menunjukkan bahwa HOK luar keluarga lebih tinggi 204,45 daripada HOK dalam keluarga. Kondisi ini mengutarakan hampir keseluruhan kegiatan
usahatani padi di Desa Gempol Kolot menggantungkan tenaga kerjanya pada buruh tani. Proporsi kebutuhan buruh tani terbesar dimanfaatkan untuk proses
penanaman 32,73 persen, panen 31,04 persen dan pengolahan lahan dengan traktor 13,61 persen. Tingginya proporsi pada ketiga proses tersebut
dikarenakan tingginya nilai sistem upah borongan yang diterapkan pada proses pengolahan lahan dengan traktor dan sistem bawon yang diterapkan pada proses
penanaman dan panen. Selain itu, dengan adanya sistem upah maupun sistem bawon
di Desa Gempol Kolot menyebabkan penggunaan tenaga kerja di musim kemarau lebih tinggi 3,03 HOK daripada penggunaannya di musim hujan.
7.1.3. Teknik Budidaya
Teknik budidaya merupakan hal penting dalam usahatani karena dapat menentukan jumlah output yang dihasilkan. Perlakuan atau teknik budidaya padi
di Desa Gempol Kolot terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyulaman, penyiangan, penyemprotan dan panen.
1 Persemaian
Proses persemaian dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan media semai. Pembuatan media semai dilakukan dengan mencangkul dan membersihkan
lahan. Media semai yang digunakan oleh petani adalah lahan sawah dengan ukuran kira-kira 5 m
2
untuk keperluan satu hektar atau disesuaikan dengan kebutuhan. Pembuatan media semai kadang disertai dengan pemberian sedikit
pupuk. Proses ini bertujuan supaya benih mudah tumbuh. Proses selanjutnya adalah menebar benih pada lahan semai yang sudah disediakan. Sebelum benih
disemai, benih terlebih dahulu direndam selama 48 jam. Benih yang mengapung dibuang karena merupakan benih yang tidak bagus dan benih yang bagus adalah
benih yang tenggelam di dalam air. Perendaman tersebut juga dilakukan agar benih berkecambah. Kemudian dibiarkan selama dua malam agar benih
mengering dan mudah untuk disebar. Lama persemaian benih di Desa Gempol Kolot adalah 20-30 hari.
67 2
Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dilakukan untuk menggemburkan tanah guna
menciptakan struktur lahan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan padi. Dalam usahatani padi, pengolahan lahan juga berfungsi untuk menstabilkan
kondisi lahan, memperbaiki sifat fisik tanah, mengendalikan gulma serta memperbaiki pengairan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal.
Tahapan kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan di Desa Gempol Kolot, meliputi : pembabatan jerami, pemopokan pematang, pembajakan lahan dan
perataan permukaan lahan. Proses pengolahan lahan di Desa Gempol Kolot mulai dari pembabatan jerami hingga perataan permukaan lahan dilakukan oleh tenaga
kerja manusia, kecuali pembajakan lahan dilakukan oleh tenaga kerja mesin traktor yang diperoleh secara sewa.
Babat jerami dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa jerami dari musim panen sebelumnya yang terdapat di areal sawah dengan membenamkan jerami ke
dalam tanah. Cara tersebut dilakukan agar jerami cepat membusuk dan berubah menjadi kompos. Memopok pematang dilakukan dengan menutup pematang
sawah dengan lumpur sawah agar aliran air di lahan tidak bocor. Sebelum lahan dibajak, terlebih dahulu digenangi dengan air selama seminggu guna
mempermudah proses pembajakan. Pembajakan lahan dilakukan dalam tiga tahapan, yakni pembajakan
pertama dengan membalik tanah dan mencampurkan bahan organik yang sebelumnya terdapat di permukaan tanah, pembajakan kedua merupakan proses
penggemburan lahan, sedangkan pembajakan ketiga merupakan proses perataan permukaan lahan. Lama pembajakan tergantung luas lahan yang akan dibajak,
namun pembajakan pertama biasanya dilakukan pada awal musim, pembajakan kedua dilakukan 2-3 hari setelah pembajakan pertama dan pembajakan ketiga
dilakukan 3-5 hari menjelang tanam. Kedalaman mata bajak untuk budidaya padi di Desa Gempol Kolot adalah 15-30 cm. Selanjutnya, perataan permukaan lahan,
penghancuran gumpalan lahan dan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman yang mengganggu dilakukan oleh tenaga kerja manusia sebagai tindak lanjut dari
tenaga kerja mesin traktor. Apabila lahan telah rata, gembur dan bersih maka lahan siap untuk ditanami.
68 3
Penanaman Penanaman di Desa Gempol Kolot dilakukan dengan terlebih dahulu
mencabut bibit di lahan semai kemudian ditanam di lahan sawah. Sebelum penanaman, lahan sawah digarisi agar jarak tanamnya sesuai yakni 25 x 25 cm.
Mayoritas petani menggunakan 3-5 bibit per lubang tanam dengan kedalaman tanam sekitar 2-4 cm. Berdasarkan tenaga kerjanya, cara penanaman di Desa
Gempol Kolot dilakukan dengan cara ceblokan, dimana penanaman dilakukan oleh keluarga yang menguasai petak lahan tertentu karena sistem bawon sehingga
pembayaran upahnya setelah panen. Sebagian besar kegiatan penanaman di Desa Gempol Kolot dilakukan oleh tenaga kerja wanita dikarenakan tenaga kerja
wanita pada umumnya lebih terampil dan cekatan daripada tenaga kerja laki-laki. 4
Penyulaman, Penyiangan dan Pengairan Penyulaman dan penyiangan di Desa Gempol Kolot dilakukan secara
bersamaan. Hal ini bertujuan untuk efisiensi waktu dan tenaga. Sebelum penyulaman terlebih dahulu diamati apakah terdapat bibit padi yang tidak tumbuh
akibat serangan hama dan penyakit atau terbawa aliran air irigasi atau dimakan oleh keong mas. Jika terdapat bibit yang mati atau hilang maka dilakukan
penyulaman dengan mengganti bibit yang mati atau hilang tersebut dengan bibit yang baru dengan varietas yang sama.
Proses penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan sawah dari gulma-gulma yang dapat menghambat pertumbuhan padi. Penyiangan di Desa
Gempol Kolot dilakukan sebanyak dua kali oleh petani dengan cara manual atau hanya menggunakan tangan. Penyiangan pertama bersamaan dengan proses
penyulaman dilakukan pada saat padi berumur 15-20 hari setelah tanam, sedangkan penyiangan kedua tanpa proses penyulaman dilakukan pada saat padi
berumur 60 hari setelah tanam. Pengairan di Desa Gempol Kolot diatur untuk memperlancar aliran air
yang mengairi lahan sawah sehingga tidak menghambat pertumbuhan padi. Aliran air dikontrol setiap tiga hari sekali terutama pada saat padi harus digenangi air
terus menerus dan apabila telah mendekati waktu panen atau terdapat serangan dari hama tikus maka lahan sawah harus segera dikeringkan.
69 5
Pemupukan Proses pemupukan dilakukan sebanyak 1-2 kali untuk satu musim tanam.
Pemupukan pertama dilakukan setelah penyiangan dan penyulaman, yaitu 15-20 hari setelah tanam. Pemupukan kedua dilakukan pada saat 60 hari setelah tanam.
Cara pemupukan dilakukan dengan mencampurkan setiap kombinasi berbagai jenis pupuk kemudian ditebar. Manfaat dari pemupukan ini ialah untuk
menyediakan nutrisi untuk padi sehingga dapat tumbuh dengan baik. 6
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit di Desa Gempol Kolot dilakukan untuk
mengurangi kerusakan padi akibat aktivitas organisme pengganggu. Sebelum melakukan pengendalian, petani terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap
padi. Tindakan pengendalian baru dilakukan jika padi terserang organisme pengganggu. Masa kritis padi terserang hama dan penyakit ketika berumur 5-60
hari setelah tanam. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami padi, biasanya frekuensi penyemprotan di Desa Gempol
Kolot pada musim kemarau lebih tinggi ketimbang pada musim hujan. Frekuensi penyemprotan di musim hujan sebanyak 3-5 kali, sedangkan musim kemarau
sebanyak 5-8 kali. Dalam penyemprotan pestisida ke padi, petani biasanya menggunakan alat seperti semprotan. Pestisida yang digunakan petani umumnya
berbentuk cair yang dilarutkan dalam air Lampiran 5, namun sebagian besar petani di Desa Gempol Kolot kurang memperhatikan prinsip ambang ekonomi
dalam melakukan penyemprotan pestisida. 7
Panen Tahapan pra panen adalah pembentukan kelopak daun, masa premodia
berbunga terdapat bakal padi menjelang bunting dan pemasakan biji masak susuk. Padi memiliki kelopak daun saat berumur antara 50-60 hari setelah tanam,
masa premodia saat berumur antara 70-75 hari setelah tanam dan pemasakan biji saat berumur antara 90-115 hari setelah tanam. Ciri-ciri yang menunjukkan padi
siap dipanen ialah 95 persen butir padi sudah menguning 20-40 hari setelah premodia, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air
gabah sekitar 21-26 persen.
70 Pemanenan padi harus dilakukan pada umur yang tepat. Panen yang terlalu
cepat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah, yaitu banyak butir hijau atau berkapur. Hal ini menyebabkan beras yang diperoleh mudah hancur saat
digiling. Sebaliknya, pemanenan yang terlambat dapat menurunkan produksi karena butir gabah yang dimakan burung atau tikus. Umur panen padi varietas
Cilamaya Muncul di Desa Gempol Kolot berkisar antara 105-115 hari, sedangkan varietas Ciherang berkisar antara 90-105 hari. Selain itu, petani juga memanen
pada pagi menjelang siang hari yang ditandai dengan sudah mengeringnya embun. Kondisi ini bertujuan agar gabah tidak mudah berkecambah dalam penyimpanan.
Alat dan cara panen juga berpengaruh terhadap kehilangan produksi. Sebagian besar petani di Desa Gempol Kolot menggunakan arit dalam proses
pemotongan batang padi. Penggunaan arit sangat efektif karena hanya dengan empat tenaga kerja luas areal yang dapat dipanen mencapai 0,25 hektar dalam
waktu setengah hari. Padi yang sudah dipotong selanjutnya dirontokan dengan menggunakan gebotan mesin perontok. Cara panen di Desa Gempol Kolot
menggunakan cara ceblokan, panen dilakukan oleh keluarga buruh tani yang melakukan penanaman pada lahan yang akan dipanen, sehingga pembayaran
upahnya mengikuti prinsip sistem bawon, dimana upah penanaman dan panen dijadikan satu dalam perbandingan seperlima hasil panen untuk buruh tani. Padi di
Desa Gempol Kolot dipanen dalam bentuk gabah kering panen GKP.
7.1.4. Output Usahatani
Sebagian besar output usahatani padi dijual oleh petani responden di Desa Gempol Kolot dalam bentuk GKP. GKP adalah gabah yang diterima petani di
lahan sawah atau gabah yang belum mendapat perlakuan pengeringan. Hal ini dilakukan petani karena tingginya desakan kebutuhan ekonomi rumah tangga
serta tidak adanya prasarana distribusi dan pemasaran beras di Desa Gempol Kolot. Rata-rata padi varietas Cilamaya Muncul menghasilkan 63,04 ku GKP per
hektar dengan harga kisaran antara Rp. 230.000,00-Rp. 285.000,00 per kuintal, sedangkan padi Ciherang menghasilkan produktivitas yang lebih rendah, yakni
60,77 ku GKP per hektar dengan harga kisaran antara yang lebih tinggi, yakni Rp. 250.000,00-Rp. 290.000,00 per kuintal. Keseluruhan hasil panen GKP petani di
Desa Gempol Kolot dijual pada tengkulak atau penadah.
71
7.2. Pendapatan Usahatani Lahan Sawah