Pendapatan Usahatani Lahan Sawah

71

7.2. Pendapatan Usahatani Lahan Sawah

Analisis pendapatan usahatani lahan sawah di Desa Gempol Kolot dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan efisiensi pendapatan RC rasio usahatani padi. Pendapatan bersih usahatani didefinisikan sebagai sisa pengurangan dari nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai, seperti : biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya penggantian sawah, biaya iuran irigasi dan bunga modal pinjaman. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai, seperti : biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya penyusutan peralatan dan bunga modal pribadi. Rincian biaya total usahatani padi petani responden di Desa Gempol Kolot terangkum pada Lampiran 6. Penerimaan yang diperoleh petani di Desa Gempol Kolot Tabel 17 bersumber dari produksi GKP. Rata-rata jumlah GKP yang dihasilkan di Desa Gempol Kolot adalah sebesar 123,81 ku per hektar per tahun dengan rata-rata harga Rp. 262.738,57 per kuintal, namun produktivitas padi yang dihasilkan tersebut lebih kecil daripada rataan produktivitas di Kabupaten Karawang pada tahun 2008, yakni 128 ku per hektar per tahun Dinas Pertanian Karawang, 2008. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas di Desa Gempol Kolot adalah faktor alam yang semakin tidak menentu dan semakin besarnya jumlah organisme pengganggu seperti wereng coklat. Komponen biaya total yang dikeluarkan pada usahatani padi di Desa Gempol Kolot Tabel 17, antara lain : biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, biaya penggantian sawah, biaya penyusutan peralatan, biaya iuran irigasi dan biaya bunga modal. Biaya terbesar untuk usahatani padi di Desa Gempol Kolot adalah biaya tenaga kerja baik dari luar keluarga maupun dari dalam keluarga dengan proporsi keseluruhan sebesar 56,50 persen dari total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani. Hal ini menunjukkan bahwa biaya upah harian, biaya upah borongan dan biaya upah bawon yang diterapkan di Desa Gempol Kolot sangat tinggi dan cukup merugikan sehingga diperlukan perhatian dalam penghematannya tanpa menurunkan produktivitas lahan sawah. 72 Tabel 17. Struktur Rata-Rata Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Usahatani Padi di Desa Gempol Kolot per Hektar per Tahun pada Tahun 2010 No. Rincian Satuan Jumlah Nilai Rp Presentase

A. Penerimaan

Produksi GKP Ku 123,81 32.528.875,82 100 Jumlah Penerimaan 32.528.875,82 100

B. Pengeluaran

1. Biaya benih Kg 52,41 164.420,76 0,98 2. Biaya pupuk Ku 8,32 1.472.259,73 8,80 3. Biaya pestisida Ltr 2,4 955.924,47 5,71 4. Biaya tenaga kerja HOK 236,45 9.457.826,58 56,50 5. Biaya penggantian sawah Ha 1 3.238.266,95 19,35 6. Biaya penyusutan peralatan Alat 7 273.628,99 1,63 7. Biaya iuran irigasi Kg 52,71 138.336,18 0,83 8. Bunga modal 8 12 1.037.421,01 6,20 Jumlah pengeluaran 16.738.084,67 100 PENDAPATAN 15.790.791,15 RC 1,94 Biaya penggantian lahan sawah juga merupakan biaya terbesar di Desa Gempol Kolot dengan proporsi sebesar 19,35 persen dari total biaya usahatani yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa biaya sistem kelembagaan di Desa Gempol Kolot, seperti : biaya sistem penyewaan, biaya sistem penyakapan bagi hasil dan biaya penggadaian cukup tinggi sehingga secara tidak langsung merugikan petani penggarap dalam mengusahakan lahan sawahnya. Selain itu, biaya lainnya yang perlu diberi perhatian di Desa Gempol Kolot adalah biaya pupuk Urea, NPK phonska, TSP dengan proporsi 8,80 persen dan biaya pestisida dengan proporsi 5,71 persen. Hal ini dikarenakan biaya pupuk diperkirakan akan semakin meningkat sejalan dengan akan dihapuskannya subsidi pupuk oleh pemerintah di tahun 2011, serta biaya pestisida diperkirakan akan semakin meningkat seiring meningkatnya frekuensi serangan hama dan penyakit di Desa Gempol Kolot. Secara keseluruhan, analisis usahatani dapat dikatakan menguntungkan dan efisien atau tidak dapat dilihat dari analisis nilai pendapatan dan analisis RC rasionya. 73 Apabila nilai pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi di Desa Gempol Kolot bernilai positif, maka pengusahaan lahan sawah dapat dikatakan menguntungkan secara finansial dan layak untuk diusahakan bagi petani padi. Pendapatan bersih usahatani padi petani responden Tabel 17 diperoleh dari selisih antara penerimaan usahatani padi sebesar Rp. 32.528.875,82 per hektar per tahun dengan pengeluaran usahatani padi sebesar Rp. 16.738.084,67 per hektar per tahun, sehingga besaran pendapatan bersih yang diperoleh petani responden adalah sebesar Rp. 15.790.791,15 per hektar per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan nilai pendapatan usahatani padi, maka pengusahaan lahan sawah yang dilakukan petani di Desa Gempol Kolot menguntungkan secara finansial dan layak untuk diusahakan. Apabila nilai RC1, maka pengusahaan lahan sawah dapat dikatakan sudah menguntungkan dan efisien bagi petani padi di Desa Gempol Kolot dan sebaliknya apabila nilai RC1, maka pengusahaan lahan sawah dapat dikatakan belum menguntungkan dan belum efisien bagi petani padi di Desa Gempol Kolot. Nilai RC diperoleh dari perbandingan antara penerimaan usahatani padi dengan biaya usahatani padi dalam periode waktu yang sama. Nilai RC petani responden di Desa Gempol Kolot Tabel 17 adalah sebesar 1,94, yang berarti setiap pengeluaran satu satuan biaya menghasilkan penerimaan sebesar 1,94 satuan penerimaan. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan nilai RC, maka pengusahaan lahan sawah yang dilakukan petani di Desa Gempol Kolot menguntungkan, efisien dan layak untuk diusahakan.

7.3. Pengeluaran Rumah Tangga

Dokumen yang terkait

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Koto Kaciak Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat Tahun 2000

2 43 107

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditi padi serta kecenderungan konversi lahan sawah (Studi kasus di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat)

0 8 141

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

12 62 103

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

4 78 213

Analisis pendapatan usahatani padi dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menanam padi hibrida (Studi kasus kecamatan Cibuaya, kabupaten Karawang, Jawa Barat)

4 32 175

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang)

2 5 256

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Timur (Tahun 2011-2015).

0 2 13

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pengrajin kulit (Studi Kasus Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur) AWAL

1 0 15

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Studi Kasus : Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar IMG 20151104 0001

0 0 1