15
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengusahaan Lahan Sawah
Studi-studi untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah masih jarang dilakukan sehingga akan lebih dipaparkan
mengenai kajian-kajian pada studi-studi yang memiliki kaitan kuat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan lahan, termasuk pengusahaan dan
pemilikan lahan. Beberapa kajian tersebut menjadi landasan utama dalam penetapan variabel-variabel di dalam penelitian ini.
Wiradi dan Manning 1984 mengungkapkan penyebab perubahan struktur agraria penguasaan lahan petani beberapa desa di DAS Cimanuk terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah umur petani, lama pendidikan petani, pendapatan RTP, akses memperoleh lahan dan jumlah
tanggungan keluarga, sedangkan faktor eksternal yang dimaksud adalah pertumbuhan penduduk, intervensi pemerintah melalui rukun tetangga RT dan
rukun warga RW, intervensi swasta, faktor ekonomi kesejahteraan, faktor sosial budaya warisan, faktor alam dan kelembagaan hukum pertanian.
Kondisi perubahan penguasaan lahan semakin dipertegas melalui penelitian Tim Patanas Indonesia 1996 yang dilakukan di tujuh provinsi
Indonesia, yaitu : Daerah Istimewa Aceh, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan penguasaan lahan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan pengalaman petani, rendahnya
kesadaran dalam kehadiran dalam penyuluhan, rendahnya proporsi pendapatan usahatani terhadap total penerimaan RTP, rendahnya pemerataan pendapatan,
tingginya jumlah tanggungan keluarga dan jumlah ahli waris, keterbatasan modal kerja dan tabungan, rendahnya akses terhadap penggunaan lahan sawah,
rendahnya akses terhadap informasi, rendahnya akses untuk memperoleh kredit modal kerja, rendahnya harga hasil pertanian, tidak adanya dukungan kebijakan
pemerintah meliputi : harga, perpajakan dan agraria yang wajar, ketidakjelasan arah pengembangan teknologi meliputi : peralatan mekanisasi dan tingkat
penggunaan input modern, tidak adanya dukungan faktor alam meliputi : kesuburan lahan atau produktivitas lahan dan serangan hama penyakit serta
tingginya faktor risiko lahan.
16 Sementara untuk provinsi Jawa Barat telah diwakili oleh penelitian
Setiawan 2006, yang menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi semakin merosotnya penguasaan lahan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor
ekonomi misalnya : lemahnya proporsi pendapatan usahatani terhadap total penerimaan RTP, faktor alam misalnya : banjir, kekeringan, erosi, pencemaran,
iklim, cuaca, serangan hama penyakit yang semakin intensif, luas dan bervariasi sehingga sulit untuk diprediksi dan dikendalikan, kebijakan pemerintah tidak
mengutamakan pertanian kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pengendalian penguasaan sudah banyak dibuat, namun implementasinya tidak
efektif karena tidak didukung oleh data dan sikap proaktif yang memadai dari pemangku kepentingan, akses petani terhadap penggunaan lahan pertanian yang
tersedia, jumlah tanggungan keluarga anak-anak pewaris tidak mendapatkan pekerjaan di luar sektor pertanian, akibatnya lahan warisan dibagi-bagi hingga
jelas batas-batas kepemilikannya, faktor sosial-ekonomi misalnya : tingginya biaya sekolah anak dan terbatasnya kredit modal kerja di sektor pertanian.
Pihak pemerintah Daerah Kabupaten Karawang 2009 pun telah menyadari permasalahan penurunan penguasaan lahan sehingga mengemukakan
hal yang sama bahwa permasalahan utama yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah di Kabupaten Karawang adalah tingkat pendidikan petani, akses
terhadap kredit modal kerja, perkembangan teknologi dan harga jual hasil panen. Faktor-faktor serupa juga diduga mempengaruhi penguasaan lahan
pertanian yang terjadi di Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang. Namun, perbedaanya terdapat pada fokus penelitian dan alat analisis
yang digunakan. Fokus penelitian ditujukan hanya pada faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengusahaan lahan sawah, yakni : umur petani, lama pendidikan
dan pengalaman petani, jumlah tanggungan keluarga, jumlah modal kerja usahatani, jumlah keikutsertaan petani dalam penyuluhan, proporsi penggunaan
lahan sawah milik pihak lain terhadap total pengusahaan lahan sawah petani, jumlah kredit modal kerja, harga jual hasil panen, proporsi pendapatan usahatani
lahan sawah terhadap total penerimaan RTP, jumlah tabungan, faktor alam, perkembangan teknologi dan kebijakan pemerintah. Alat analisis yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode regresi linier berganda.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis