Perbandingan Pendapatan Usahatani Lahan Sawah terhadap Pengujian Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengusahaan

75 Struktur pengeluaran rumah tangga di Desa Gempol Kolot Tabel 18 juga mengutarakan bahwa proporsi tertinggi pada pengeluaran untuk pangan adalah konsumsi lauk pauk, sayur, buah dan bumbu dapur 19,74 persen dan konsumsi beras 9,29 persen. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pengeluaran konsumsi pangan petani di Desa Gempol Kolot sudah memperhatikan nutrisi gizi keluarganya secara lebih baik, meskipun relatif kurang konsisten dengan masih besarnya pengeluaran untuk rokok yakni sebesar 8,19 persen. Proporsi tertinggi pada pengeluaran untuk nonpangan adalah pengeluaran pendidikan, yakni sebesar 8,00 persen. Hal ini wajar bagi masyarakat yang berpenghasilan cukup tinggi, sebab tuntutan zaman mengharuskan pentingnya peningkatan sumber daya manusia, terutama melalui perbaikan kualitas pendidikan seluruh individu keluarga untuk mencapai tingkat kesejahteraan RTP yang lebih baik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa proporsi pengeluaran konsumsi, khususnya pangan rumah tangga di Desa Gempol Kolot adalah cukup baik.

7.4. Perbandingan Pendapatan Usahatani Lahan Sawah terhadap

Pengeluaran Rumah Tangga Layaknya pendapatan usahatani padi dan baiknya struktur pengeluaran rumah tangga di Desa Gempol Kolot, belum tentu menunjukkan pengusahaan lahan sawah yang tepat terhadap pengeluaran rumah tangganya. Luasan lahan sawah minimal yang seharusnya diusahakan oleh petani di Desa Gempol Kolot Tabel 19 mengindikasikan pendapatan usahatani yang dihasilkan petani di Desa Gempol Kolot tidak dapat memenuhi pengeluaran konsumsi keluarganya sehingga petani menambah sumber pendapatanya dari sektor lainnya. Selain itu, Tabel 19 menunjukkan bahwa luasan sawah masih dinilai kurang dalam pengusahaannya. Luasan sawah minimal yang seharusnya diusahakan oleh petani padi di Desa Gempol Kolot untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya adalah 1,70 hektar. Tabel 19. Luasan Sawah Minimal yang Seharusnya Diusahakan RTP di Desa Gempol Kolot pada Tahun 2010 No. Uraian Saat ini Rp Seharusnya Rp 1. Pendapatan usahatani 15.790.791,51 23.935.598,58 2. Pengeluaran rumah tangga 23.935.598,58 23.935.598,58 3. Luasan sawah 1,125 1,70 76 VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH

8.1. Pengujian Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengusahaan

Lahan Sawah Pengujian model persamaan regresi linier berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah diharapkan memenuhi beberapa asumsi yang disyaratkan, diantaranya adalah asumsi multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan normalitas. Dengan terpenuhinya asumsi- asumsi tersebut, maka akan menghasilkan variabel penduga terbaik yang tidak bias atau disebut BLUE best linear unbiased estimator. Sebaliknya, jika terdapat paling tidak satu asumsi dalam model regresi yang tidak dapat dipenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh, maka kebenaran pendugaan model atau pengujian hipotesis untuk pengembalian keputusan menjadi diragukan. Secara umum, model persamaan regresi untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah petani padi di Desa Gempol Kolot telah memenuhi keseluruhan asumsi. Untuk mengetahui tidak adanya multikolinearitas yang sempurna antara variabel independen pada model persamaan regresi dapat dilihat dari nilai VIF variance inflation factor yang dihasilkan oleh masing- masing variabel independen pada model yang dibangun. Jika variabel independen pada model persamaan regresi memiliki nilai VIF lebih dari sepuluh, dapat disimpulkan bahwa model dugaan menunjukkan gejala multikolinearitas. Hasil analisis VIF dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil tersebut diperoleh nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah dibawah nilai sepuluh kisaran antara 1,4 hingga 9,6 yang berarti model persamaan regresi tidak menunjukkan gejala multikolinearitas dan asumsi multikolinearitas telah terpenuhi. Sementara itu, untuk mendeteksi apakah model persamaan regresi yang dibangun bebas dari masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil analisis uji statistik Durbin-Watson dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil tersebut diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,98877, yang berarti tidak terdapat masalah autokorelasi pada model persamaan regresi karena nilai yang didapat semakin mendekati nilai dua. 77 Untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas dapat dilihat melalui gambar plot residual pada Lampiran 9. Berdasarkan grafik plot residual diketahui bahwa data tersebar dibawah nilai nol dan diatas nilai nol. Selain itu, data tidak menggambarkan pola tertentu sehingga dapat diartikan bahwa model persamaan regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Lampiran 9 juga menunjukkan bahwa hasil uji Bartlett diperoleh nilai p-value yang lebih besar dari nilai α sebesar 10 persen, yaitu 0,616, yang berarti asumsi heteroskedastisitas telah terpenuhi. Sementara itu, untuk mengetahui masalah normalitas dapat ditunjukkan oleh hasil pengujian Kolmogorov Smirnov. Hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada Lampiran 10. Pada taraf nyata 10 persen diperoleh nilai p-value sebesar 0,150, yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 10 persen atau 0,10 dan menunjukkan asumsi normalitas telah terpenuhi.

8.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengusahaan Lahan

Dokumen yang terkait

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Koto Kaciak Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat Tahun 2000

2 43 107

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditi padi serta kecenderungan konversi lahan sawah (Studi kasus di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat)

0 8 141

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

12 62 103

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

4 78 213

Analisis pendapatan usahatani padi dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menanam padi hibrida (Studi kasus kecamatan Cibuaya, kabupaten Karawang, Jawa Barat)

4 32 175

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang)

2 5 256

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Timur (Tahun 2011-2015).

0 2 13

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pengrajin kulit (Studi Kasus Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur) AWAL

1 0 15

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Studi Kasus : Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar IMG 20151104 0001

0 0 1