Metode Pengolahan Data Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah : studi kasus Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat

42 Data sekunder diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistika BPS, Badan Pertanahan Nasional BPN, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Karawang, Balai Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Banyusari, Pemerintah Desa Gempol Kolot serta Gapoktan Barokah Tani Desa Gempol Kolot. Selain itu, data sekunder juga diperoleh melalui jurnal, hasil penelitian dan buku yang dapat dijadikan rujukan terkait penelitian. Selanjutnya data-data tersebut digunakan sebagai instrumentasi untuk menyusun persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah petani padi di Desa Gempol Kolot.

4.4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, terbagi menjadi tiga tahapan antara lain : a tahap tabulasi, yaitu kegiatan merumuskan data dan informasi yang diperoleh ke dalam bentuk tabel untuk memudahkan kegiatan interpretasi data; b tahap editing, yaitu penulisan data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan penelitian untuk mengevaluasi data dan informasi yang ada; dan c tahap interpretasi data atau analisis data. Dalam memasukkan data yang diperoleh dari penelitian ini dibantu dengan program Microssoft Excell, sedangkan pengolahan data untuk menganalisis tujuan penelitian digunakan program Minitab 14 for Windows. 4.5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengolah data primer yang diperoleh, menganalisis pendapatan usahatani lahan sawah, menganalisis imbangan antara penerimaan dan biaya RC rasio, menganalisis pengeluaran rumah tangga, menganalisis lahan minimal yang seharusnya diusahakan oleh petani, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah petani padi dan sejauh mana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pengusahaan lahan sawah dengan perumusan dan pengujian model. Metode kualitatif digunakan untuk mengintrepretasikan dan mendeskripsikan hasil metode kuantitatif sehingga diperoleh informasi sesuai dengan tujuan penelitian. 43

4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani

Semakin rendah total biaya usahatani lahan sawah, maka semakin tinggi pendapatan pengusahaan lahan sawah, sehingga petani akan memperoleh pendapatan yang maksimal jika dapat meminimalisir biaya total usahataninya. Perhitungan pendapatan usahatani lahan sawah dirumuskan secara matematis oleh Riyanto 2007, seperti pada persamaan berikut : GFI = NP – BT NFI = NP – BT + BD NFI = NP – BTOT Dimana : GFI = gross farm income pendapatan kotor NFI = net farm income pendapatan bersih NP = nilai produksi BT = biaya tunai usahatani BD = biaya yang diperhitungkan BTOT = biaya total usahatani

4.5.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Soeharjo dan Patong 1973 menyatakan bahwa pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. Ukuran efisiensi pendapatan usahatani dapat diukur melalui persamaan berikut : TC TR C R = Analisis RC menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani TR yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan TC dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai RC 1, berarti setiap satuan biaya yang dikeluarkan akan menambah penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan usahatani tersebut sudah menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai RC 1 berarti setiap satuan biaya yang dikeluarkan akan mengurangi penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan usahatani tersebut belum menguntungkan. Apabila kegiatan usahatani memiliki nilai RC =1, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal, berarti setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas. 44

4.5.3. Analisis Pengeluaran Rumah Tangga

Semakin besar pangsa pengeluaran untuk pangan menunjukkan bahwa pendapatan RTP terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sebaliknya, semakin besar pangsa pengeluaran non pangan menunjukkan terjadi pergeseran posisi petani dari subsisten ke komersial, artinya jika kebutuhan primer telah terpenuhi maka kelebihan pendapatan dialokasikan untuk memenuhi keperluan lain. Persamaan pangsa pengeluaran untuk pangan oleh Sadikin 2008 adalah : PEP = PPn TE x 100 Dimana : PEP = pangsa pengeluaran untuk pangan PPn = pengeluaran untuk pangan Rp thn TE = total pengeluaran rumah tangga petani Rp thn Persamaan pangsa pengeluaran untuk non pangan oleh Sadikin 2008 adalah : PENP = PPnp TE x 100 Dimana : PENP = pangsa pengeluaran untuk non pangan PPnp = pengeluaran untuk non pangan Rp thn TE = total pengeluaran rumah tangga petani Rp thn

4.5.4. Analisis Lahan Minimal yang Seharusnya Diusahakan

Petani padi dapat memenuhi keseluruhan pengeluaran rumah tangga dari usahatani, jika pendapatan yang diperoleh dari usahatani lahan sawah minimal sama dengan jumlah pengeluaran rumah tangganya Sadikin, 2008. Apabila pendapatan usahatani lahan sawah tidak dapat mengimbangi pengeluaran rumah tangganya, maka luasan lahan sawah yang diusahakan masih dinilai kurang tepat. Sebaliknya jika pendapatan usahatani lahan sawah melebihi pengeluaran rumah tangganya, maka luasan lahan sawah yang diusahakan lebih dari cukup. Berikut persamaan untuk mengetahui luasan lahan minimal yang seharusnya diusahakan : NFI y HE y × = Dimana : y’ = luasan lahan minimal yang seharusnya diusahakan y = luasan aktual sebenarnya HE = pengeluaran rumah tangga NFI = pendapatan usahatani lahan sawah 45

4.5.5. Perumusan Model

Model yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah di Desa Gempol Kolot adalah model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda merupakan suatu model yang menyatakan hubungan yang bersifat linier antara peubah bebas dengan peubah tak bebas Juanda, 2008. Model ini merupakan model yang paling sederhana. Model ini memodelkan pengusahaan lahan sawah yang bertambah atau berkurang secara linier jika faktor pengusahaan lahan sawah diubah. Adapun metode pendugaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS ordinary least square. Metode statistik ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah petani padi di Desa Gempol Kolot. Model regresi linier berganda pada penelitian ini secara umum dapat dituliskan persamaanya sebagai berikut : Y = b +b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 +b 7 X 7 +b 8 X 8 +b 9 X 9 +b 10 X 10 +b 11 X 11 +b 12 D 1 +b 13 D 2 +b 14 D 3 Dugaan parameter model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : H : b i = 0, i = 1,2,3,….n H 1 : b 2 , b 3 , b 4 , b 6 , b 7 , b 8 , b 9 , b 10 , b 11 , b 12 , b 13 , b 14 b 1 , b 5 Dimana : Y = pengusahaan lahan sawah hektar b = intersep b i = koefisien regresi X 1 = umur petani tahun X 2 = lama pendidikan tahun X 3 = lama pengalaman tahun X 4 = proporsi pendapatan usahatani lahan sawah terhadap total penerimaan RTP X 5 = jumlah tanggungan keluarga orang X 6 = jumlah modal kerja usahatani Rp. X 7 = jumlah tabungan petani Rp. X 8 = proporsi penggunaan lahan sawah milik pihak lain terhadap keseluruhan pengusahaan lahan sawah X 9 = jumlah kredit modal kerja usahatani Rp. X 10 = harga jual hasil panen Rp. ku X 11 = jumlah keikutsertaan petani dalam penyuluhan kali D 1 = perkembangan teknologi dummy D 2 = dukungan pemerintah dummy D 3 = faktor alam dummy 46

4.5.6. Pengujian Model

Setelah mengestimasi parameter regresi dengan metode OLS ordinary least square , langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengujian terhadap parameter tersebut. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian statistik dan ekonometrik Sandi, 2009. Jika parameter yang diestimasi sesuai dengan pengujian, maka metode OLS dapat memberikan penduga koefisien regresi yang bersifat BLUE best linear unbiased estimator. 1 Kriteria Statistik Kriteria statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen atau bebas berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel dependennya atau tak bebas. Kriteria statistik pada pengujian model ini meliputi uji koefisien determinasi R-Squared R 2 , uji F serta uji t. a Uji Koefisien Determinasi R-Squared R 2 Untuk melihat kebaikan model digunakan ukuran kebaikan sesuai goodness of fit = R 2 . Nilai R 2 atau uji koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variasi atau keragaman atau presentase dari variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. Nilai R 2 memiliki dua sifat yang memiliki besaran positif dan besarannya adalah 0 ≤R 2 ≤1. Jika R 2 bernilai nol maka keragaman dari variabel dependen tidak dapat diterangkan oleh variabel independennya. Sebaliknya, jika R 2 bernilai satu maka keragaman dari variabel dependen secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel independennya secara sempurna, yakni 100 persen, sehingga semakin tinggi nilai R 2 , maka model yang digunakan cukup baik. Sebaliknya, jika semakin rendah nilai R 2 , maka model yang digunakan tidak baik. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : SST SSE R − = 1 2 atau SST SSR R = 2 Dimana : R 2 = goodness of fit SST = jumlah kuadrat total SSE = jumlah kuadrat galat SSR = jumlah kuadrat regresi 47 b Uji F Tujuan dilakukannya pengujian parameter secara keseluruhan adalah a untuk melihat pengaruh bersama-sama antara variabel independent dengan variabel dependen secara keseluruhan; dan b untuk mengetahui apakah variabel- variabel bebas yang digunakan dalam model mempunyai pengaruh secara nyata terhadap variabel yang ingin dijelaskan atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini : H : b = 0, artinya tidak ada variabel independent yang berpengaruh terhadap pengusahaan lahan sawah H 1 : b ≠ 0, artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh terhadap pengusahaan lahan sawah Uji statistik yang digunakan : 1 k n JKG k JKR Fhit − − = Dimana : JKR = R 2 = jumlah kuadrat regresi JKG = 1-R 2 = jumlah kuadrat galat k = jumlah variabel terhadap intersep jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatan atau sampel Kaidah pengujian : Jika F hit F tabel k-1; n-k atau p-value α 0,10, maka terima H Jika F hit F tabel k-1 ; n-k atau p-value α 0,10, maka tolak H Jika hasil pengujian menolak H maka paling tidak ada satu atau seluruh variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependennya atau signifikan secara statistik. Dengan demikian, model dugaan tepat untuk meramalkan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen pada tingkat signifikan atau tingkat kepercayaan sepuluh persen. c Uji t Pengujian ini digunakan untuk menghitung koefisien regresi masing- masing variabel independen sehingga dapat diketahui pengaruh nyata variabel independen tersebut terhadap variabel dependennya. 48 Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah : H : β t = 0 H 1 : β t ≠ 0; t = 1, 2, ......, n Uji statistik yang digunakan : β β Se t b t − = Dimana : b = parameter dugaan atau nilai koefisien regresi dugaan β t = parameter hipotesis bernilai 0 Se β = simpangan baku koefisien dugaan Kaidah pengujian : Jika t hit t tabel α2 ; n-k atau p-value2 α 0,10, maka terima H Jika t hit t tabel α2 ; n-k atau p-value2 α 0,10, maka tolak H Jika hasil pengujian menolak H maka koefisien β duga tidak sama dengan nol dan variabel yang diuji mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel dependennya atau dengan kata lain β duga signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika hasil pengujian menerima H maka koefisien duga sama dengan nol dan variabel yang diuji tidak memiliki pengaruh nyata terhadap variabel dependennya. 2 Kriteria Ekonometrik Kriteria ekonometrik untuk mengetahui apakah parameter yang diestimasi melakukan pelanggaran atau tidak terhadap asumsi klasik OLS. Kriteria ekonometrik pada pengujian model ini meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas dan uji multikolinearitas. a Uji Normalitas Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati diistribusi normal. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, prosedur pengujian menggunakan statistik t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov . Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : 49 H : error term terdistribusi normal H 1 : error term tidak terdistribusi normal Dimana jika nilai p-value pada model lebih besar dari taraf nyata yang digunakan sepuluh persen, maka disimpulkan bahwa model persamaan memiliki error term terdistribusi normal. b Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Adanya autokorelasi dalam persamaan regresi dapat mengakibatkan bahwa penduga yang diperoleh dengan menggunakan OLS tidak lagi bersifat BLUE, walaupun masih bersifat tak bias dan konsisten. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi serrial correlation dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson, sedangkan untuk melihat seberapa besar pengaruh autokorelasi, dapat ditunjukkan dari koefisien korelasinya atau ρ . Besarnya koefisien tersebut adalah -1 ρ 1. ρ − = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − − − = ∑ ∑ 1 2 ˆ 1 ˆ ˆ 1 2 2 t t t u u u DW Dari persamaan diatas maka diperoleh statistik DW yaitu 0 ≤d≤4, dimana d menggambarkan koefisien DW. Jika statistik DW bernilai 2, maka ρ akan bernilai 0 yang berarti tidak terdapat autokorelasi. Jika statistik DW bernilai 0, maka ρ akan bernilai satu yang berarti terdapat autokorelasi positif. Jika DW bernilai 4, maka ρ akan bernilai -1 yang berarti terdapat autokorelasi negatif. Untuk mengetahui terdapat tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada Gambar 7. Autokorelasi positif Tidak dapat diputuskan Tidak ada autokorelasi Tidak dapat diputuskan Autokorelasi negatif d I d II 4-d I 4-d II 1,10 1,54 2 2,46 2,90 4 Gambar 7. Penentuan Autokorelasi Sumber : Sandi 2009 50 c Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan gangguan atau galat yang memiliki varian yang tidak konstan. Akibat dari adanya heterokedastisitas ini adalah varian koefisien regresi cenderung akan besar. Untuk menguji adanya heteroskedastisitas perlu dilakukan uji Bartlet. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini yaitu : H : tidak terdapat heteroskedastisitas H 1 : terdapat heteroskedastisitas Dengan kriteria ujinya Probability ObsR-Squared p-value α 0,10, maka tolak H Probability ObsR-Squared p-value α 0,10, maka terima H Jika menolak H maka terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model, sehingga terdapat galat atau gangguan dengan varian tidak konstan. Sebaliknya, jika menerima H maka dalam model persamaan tidak terjadi heteroskedastisitas. d Uji Multikolinearitas Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel independen pada model persamaan. Terdapatnya multikolinearitas dalam persamaan regresi akan berdampak pada varian koefisien regresi menjadi besar yang akan menyebabkan standar eror terlalu tinggi, sehingga kemungkinan penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan secara statistik. Dengan mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya multikolinearitas di dalam persamaan regresi yang dibuat, maka dibutuhkan uji untuk mendeteksi multikolinearitas tersebut. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar variabel independen yang terdapat pada matriks koefisien korelasi. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari 0,8 maka dapat disimpulkan terjadi multikolinearitas pada persamaan yang digunakan, dan sebaliknya. Selain itu, pengujian masalah multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF variance inflation factors pada setiap variabel independen, jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh menunjukkan adanya masalah multikolinearitas. 51

4.6. Definisi Operasional

Dokumen yang terkait

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Koto Kaciak Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat Tahun 2000

2 43 107

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditi padi serta kecenderungan konversi lahan sawah (Studi kasus di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat)

0 8 141

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

12 62 103

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

4 78 213

Analisis pendapatan usahatani padi dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menanam padi hibrida (Studi kasus kecamatan Cibuaya, kabupaten Karawang, Jawa Barat)

4 32 175

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang)

2 5 256

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Timur (Tahun 2011-2015).

0 2 13

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pengrajin kulit (Studi Kasus Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur) AWAL

1 0 15

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Studi Kasus : Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar IMG 20151104 0001

0 0 1