Pengeluaran Rumah Tangga Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan lahan sawah : studi kasus Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat

73 Apabila nilai pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi di Desa Gempol Kolot bernilai positif, maka pengusahaan lahan sawah dapat dikatakan menguntungkan secara finansial dan layak untuk diusahakan bagi petani padi. Pendapatan bersih usahatani padi petani responden Tabel 17 diperoleh dari selisih antara penerimaan usahatani padi sebesar Rp. 32.528.875,82 per hektar per tahun dengan pengeluaran usahatani padi sebesar Rp. 16.738.084,67 per hektar per tahun, sehingga besaran pendapatan bersih yang diperoleh petani responden adalah sebesar Rp. 15.790.791,15 per hektar per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan nilai pendapatan usahatani padi, maka pengusahaan lahan sawah yang dilakukan petani di Desa Gempol Kolot menguntungkan secara finansial dan layak untuk diusahakan. Apabila nilai RC1, maka pengusahaan lahan sawah dapat dikatakan sudah menguntungkan dan efisien bagi petani padi di Desa Gempol Kolot dan sebaliknya apabila nilai RC1, maka pengusahaan lahan sawah dapat dikatakan belum menguntungkan dan belum efisien bagi petani padi di Desa Gempol Kolot. Nilai RC diperoleh dari perbandingan antara penerimaan usahatani padi dengan biaya usahatani padi dalam periode waktu yang sama. Nilai RC petani responden di Desa Gempol Kolot Tabel 17 adalah sebesar 1,94, yang berarti setiap pengeluaran satu satuan biaya menghasilkan penerimaan sebesar 1,94 satuan penerimaan. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan nilai RC, maka pengusahaan lahan sawah yang dilakukan petani di Desa Gempol Kolot menguntungkan, efisien dan layak untuk diusahakan.

7.3. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga dilakukan dengan analisis struktur pengeluaran atau konsumsi rumah tangga dan pangsa pengeluaran untuk barang pangan pokok keluarga. Semakin besar pangsa pengeluaran untuk pangan menunjukkan bahwa pendapatan RTP masih terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sebaliknya, semakin besar pangsa pengeluaran nonpangan, mengindikasikan telah terjadi pergeseran posisi petani dari petani subsisten ke petani komersial. Artinya, jika kebutuhan primer telah terpenuhi, maka kelebihan pendapatan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, seperti : kebutuhan akan pakaian, pendidikan dan kesehatan. 74 Struktur pengeluaran rumah tangga di Desa Gempol Kolot Tabel 18 mengutarakan bahwa presentase pengeluaran petani responden untuk pangan 53,29 persen lebih tinggi daripada pengeluaran nonpangan 46,71 persen. Hal ini menunjukkan pendapatan RTP di Desa Gempol Kolot masih terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dasar primer, seperti : kebutuhan akan beras, kebutuhan akan nonberas dan kebutuhan primer lainnya. Sementara itu, presentase pengeluaran nonpangan yang mendekati 50 persen menunjukkan bahwa kebutuhan yang sifatnya sekunder sudah diperhatikan dengan baik oleh RTP di Desa Gempol Kolot. Rincian pengeluaran rumah tangga responden di Desa Gempol Kolot terangkum pada Lampiran 7. Tabel 18. Struktur Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga di Desa Gempol Kolot pada Tahun 2010 No. Jenis Pengeluaran Nilai Rp Presentase

A. Pangan 12.756.391,44

53,29 1. Beras 2.223.431,43 9,29 2. Non Beras 1.989.738,57 8,31 3. Lauk pauk, sayuran, buah, bumbu dapur 4.726.120,00 19,74 4. Minuman 1.629.444,29 6,81 5. Rokok 1.961.434,29 8,19 6. Minyak goreng 226.222,86 0,95

B. Non Pangan

11.179.207,14 46,71 1. Pakaian 898.770,00 3,75 2. Pendidikan 1.915.440,00 8,00 3. Kesehatan 883.542,86 3,69 4. Listrik, air 606.240,00 2,53 5. Bahan bakar masak 570.651,43 2,38 6. Perlengkapan alat mandi 745.494,29 3,11 7. Kegiatan sosial 1.351.091,43 5,66 8. Bantu keluarga 1.356.291,43 5,67 9. Transportasi 1.301.857,14 5,44 10. Pajak 226.300,00 0,95 11. Rekreasi 402.142,86 1,68 12. Komunikasi 921.385,71 3,85 Total Pengeluaran 23.935.598,58 100 75 Struktur pengeluaran rumah tangga di Desa Gempol Kolot Tabel 18 juga mengutarakan bahwa proporsi tertinggi pada pengeluaran untuk pangan adalah konsumsi lauk pauk, sayur, buah dan bumbu dapur 19,74 persen dan konsumsi beras 9,29 persen. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pengeluaran konsumsi pangan petani di Desa Gempol Kolot sudah memperhatikan nutrisi gizi keluarganya secara lebih baik, meskipun relatif kurang konsisten dengan masih besarnya pengeluaran untuk rokok yakni sebesar 8,19 persen. Proporsi tertinggi pada pengeluaran untuk nonpangan adalah pengeluaran pendidikan, yakni sebesar 8,00 persen. Hal ini wajar bagi masyarakat yang berpenghasilan cukup tinggi, sebab tuntutan zaman mengharuskan pentingnya peningkatan sumber daya manusia, terutama melalui perbaikan kualitas pendidikan seluruh individu keluarga untuk mencapai tingkat kesejahteraan RTP yang lebih baik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa proporsi pengeluaran konsumsi, khususnya pangan rumah tangga di Desa Gempol Kolot adalah cukup baik.

7.4. Perbandingan Pendapatan Usahatani Lahan Sawah terhadap

Dokumen yang terkait

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Koto Kaciak Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat Tahun 2000

2 43 107

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditi padi serta kecenderungan konversi lahan sawah (Studi kasus di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat)

0 8 141

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

12 62 103

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

4 78 213

Analisis pendapatan usahatani padi dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menanam padi hibrida (Studi kasus kecamatan Cibuaya, kabupaten Karawang, Jawa Barat)

4 32 175

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang)

2 5 256

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Timur (Tahun 2011-2015).

0 2 13

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pengrajin kulit (Studi Kasus Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur) AWAL

1 0 15

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Studi Kasus : Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar IMG 20151104 0001

0 0 1