2.3.6. Panen Kegiatan memetik badan buah jamur tiram yang telah cukup umur, yaitu 30
hari sejak inokulasi atau seminggu setelah baglog dibuka atau 2-3 hari setelah munculnya primordia. Tujuannya mendapatkan hasil badan buah jamur tiram
yang sesuai dengan ketentuan.
4
Jamur tiram sangat mudah kering dan umur pasca panennya pendek jika tidak disimpan pada suhu rendah dan kelembaban tinggi.
Jamur yang tidak dikonsumsi segar, diolah melalui pengeringan udara atau dikalengkan dalam larutan garam Rubatky dan Yamaguchi, 1999.
Berikut ini adalah alur pembuatan jamur tiram :
Gambar 1. Alur Pembuatan Jamur Tiram
2.4. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan untuk penelitian Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih di Perusahaan Agro
Jamur Arismajaya, diantaranya ialah sebagai berikut : Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih pada
Perusahaan Tegal Waru, Bogor yang dilaksanakan oleh Yessica Wisandhini 2008. Dengan permasalahan diantaranya yaitu kapasitas produksi jamur belum
optimal, kenaikan bahan bakar BBM dan persaingan harga jamur tiram putih antar perusahaan yang ada di wilayah tersebut.
4
Budidaya Jamur Tiram dan Peluang Pasar. http:gedogan.wordpress.com2009 9 Juli 2010
INPUT Bibit Jamur
Serbuk Gergaji Kapur
Dedak Kantong Plastik
Cincin Peralon Kapas
Karet Gelang Alkohol
Spirtus LPG 312kg
OUTPUT Jamur
PROSES Pengayakan
Pencampuran Pemeraman
Pengisian media Sterilisasi
pendinginan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor lingkungan eksternal seperti peluang dan ancaman dan faktor internal seperti kekuatan dan kelemahan,
serta merumuskan strategi pengembangan usaha dari hasil analisis lingkungan tersebut. Alat analisis yang digunakan yaitu matriks IFE, matriks EFE, matriks IE,
matriks SWOT dan matriks QSP. Hasil dari penelitian ini terdapat beberapa faktor eksternal diantaranya ialah kebijakan skim kredit UKM, peningkatan PDRB
Bogor, trend kenaikan harga komoditas jamur, meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur, industri jamur diarahkan pada ketahanan pangan,
peningkatan permintaan jamur, alat sterilisasi Autoclaf, peningkatan impor jamur, peningkatan harga BBM, peningkatan persaingan dalam industri jamur dan
ancaman pendatang baru yang besar. Faktor internal yang didapat pada penelitian ini diantaranya adalah mampu memproduksi dan menjual bibit jamur sendiri,
lokasi strategis, kualitas produk jamur baik, tenaga kerja yang kompeten di bidang jamur, lahan untuk pengembangan usaha masih luas, fasilitas produksi budidaya
jamur yang baik, kapasitas produksi belum optimal, masih kurangnya promosi jamur, penjualan masih tergantung dua bandar, keterbatasan modal untuk
pengembangan usaha jamur, sistem administrasi keuangan masih sederhana dan peningkatan biaya produksi. Analisis matriks IE menunjukan perusahaan ini
berada pada kuadran II, yang artinya tumbuh dan bina Growth and Build . Strategi yang tepat untuk keadaan ini adalah berupa strategi intensif diantaranya
penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk atau strategi integratif yaitu integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal.
Hasil analisis QSPM menunjukan strategi yang sesuai dengan sasaran perusahaan yaitu mengoptimalkan kapasitas produksi, menekan biaya produksi dan mencari
pasar baru. Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik Studi
Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor oleh Retno Wijayanti 2009, dilatar belakangi oleh adanya
beberapa kendala, diantaranya kurangnya modal usaha sehingga menyebabkan Kelompok Tani Putera Alam sulit untuk mengembangkan usahanya. Terbatasnya
sarana dan prasarana, baik untuk kegiatan produksi maupun kegiatan pendistribusian produk sayuran yang mereka hasilkan. SDM anggota tani masih
rendah, yang berdampak pada kurangnya sentuhan teknologi pada sistem produksi sayuran organik dan lemahnya sistem manajemen organisasi pada kelompok tani
ini serta pemasaran produk yang belum luas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman apa yang akan dihadapi oleh kelompok tani Putera Alam, kemudian merumuskan dan memprioritaskan strategi
terbaik yang dapat diterapkan dan direkomendasikan kepada kelompok tani Putera Alam. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE,
matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP. Hasil penelitian menunjukan bahwa prioritas strategi altenatif yang direkomendasikan adalah
memperkuat dan mempertahankan daerah pemasaran yang sudah ada dengan cara menjaga kualitas produk dan mempertahankan perencanaan tanam yang sudah
baik. Penelitian yang dilakukan oleh Marsella BR. Sembiring 2009, yaitu
mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler UD. Janu Putro Sleman, DI Yogyakarta. Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan ekonomi
yang tidak stabil yang masih berlangsung hingga tahun 2009 menyebabkan usaha di bidang peternakan mengalami banyak ancaman. Salah satunya adalah
terjadinya kenaikan harga pada berbagai sarana produksi input yaitu Day Old Chik DOC dan pakan peternakan yang tidak diimbangi dengan harga jual daging
ayam yang tinggi. Adanya ancaman mengharuskan UD. Janu Putro sebagai produsen ayam broiler harus mengetahui situasi lingkungan. Hal ini bertujuan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan dapat terus berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis strategi-strategi yang sudah diterapkan
perusahaan, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pengembangan usaha, memformulasikan strategi alternatif yang
dapat diterapkan dan menentukan prioritas strategi yang dapat digunakan perusahaan dalam pengembangan usaha. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alternatif strategi yaitu
menggunakan kualitas, ketersediaan modal yang dimiliki perusahaan serta menggunakan teknologi modern kandang Close house untuk memanfaatkan
peningkatan pendapatan masyarakat serta peningkatan jumlah penduduk yang ada, mempertahankan kualitas produk dengan menggunakan teknologi untuk
mempertahankan loyalitas pelanggan sehingga dapat bersaing dengan industri yang ada, membuat manajemen kandang yang baik melalui penggunaan teknologi
yang ada untuk mendapatkan kualitas yang baik serta meningkatkan produksi ayam broiler.
Nina Purnama Sari 2008, dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Jamur Tiram Putih Kasus Kelompok Tani
Kaliwung Kalimuncar, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Analisis data yang digunakan adalah analisis fungsi produksi, yaitu analisis yang
menjelaskan hubungan
antar produksi
dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Analisis fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi
produksi Cobb-Douglas, yaitu dengan menetapkan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani jamur tiram putih. Berdasarkan analisis
yang dilakukan, faktor-faktor produksi yang diduga tidak seluruhnya berpengaruh langsung terhadap produksi jamur tiram putih. Penggunaan faktor-faktor produksi
bibit, tenaga kerja, kapas, karet, dan minyak tanah mempunyai korelasi yang tinggi dengan penggunaan faktor produksi serbuk kayu, bekatul, kapur, plastik,
dan cincin paralon. Sri Rosmayanti 2010, yang berjudul Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih
Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis sistem usahatani serta analisis
usahatani yang terdiri dari biaya dan pendapatan serta efisiensi. Sistem usahatani dalam kelompok tani ini terdiri dari 3 pola A, B, dan C. Pola A memiliki waktu
siklus produksi yang lebih panjang dibandingkan 2 pola lainnya. Pada sistem usahatani pola A dan C hasil akhir yang diperoleh adalah jamur tiram putih segar
sedangkan pola B menghasilkan baglog siap pakai. Berdasarkan hasil penelitian biaya dan pendapatan, ketiga pola ini sama-sama menguntungkan. Namun,
usahatani pola A yang memiliki nilai keuntungan atau pendapatan lebih besar dibandingkan 2 pola lainnya. Pola itu meliputi pemilihan lokasi, pembuatan
kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen.
Dari rujukan beberapa penelitian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan dengan pengamatan melalui rujukan tersebut untuk membedakan penelitian yang
akan dilaksanakan ini dengan penelitian sebelumnya yang memiliki beberapa perbedaan, diantaranya objek penelitian, lokasi penelitian dan alat analisis yang
digunakan, seperti dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi Pengembangan Usaha
Nama Judul
Alat Analisis Yessica
Wisandhini 2008
Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram
Putih pada Perusahaan Jamur Tegal Waru,
Bogor Matriks IFE, matriks EFE,
matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP
Retno Wijayanti 2009
Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik
Studi Kasus : Kelompok Tani Petera
Alam Desa Sukagalih, Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor
Matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan
matriks QSP
Marsella BR. Sembiring
2009 Analisis strategi
Pengembangan UsahaAyam Broiler UD.
Janu Putro Sleman, DI Yogyakarta
Matriks IFE, Matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan
matriks QSP
Nina Purnama Sari 2008
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Usahatani Jamur Tiram Putih Kasus Kelompok
Tani Kaliwung Kalimuncar, Desa Tugu
Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor Fungsi produksi Cobb-Douglas
Sri Rosmayanti 2010
Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih
Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang,
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
Analisis sistem usahatani serta analisis usahatani yang terdiri
dari biaya dan pendapatan serta efisiensi usahatani jamur tiram
putih yang terdiri dari pola A, B, dan C
Dari hasil penelitian terdahulu, maka dapat dilanjutkan untuk mengidentifikasi penelitian berikutnya tentang strategi pengembangan usaha pada
perusahaan jamur tiram dengan beberapa perbedaan dan persamaan pada penelitian terdahulu, diantaranya objek penelitian, lokasi penelitian dan beberapa
alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun persaman selain alat analisis yang digunakan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu
mengenai perumusan strategi yang diambil dari penelitian sebelumnya yang dicocokan dengan permasalahan yang ada dilapangan lokasi penelitian yang
dilakukan ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan usaha jamur
tiram adalah kekuatan yang berasal dari penelitian terdahulu yang telah dicocokkan terlebih dahulu seperti kekuatan diantaranya mampu memproduksi
dan menjual baglog jamur sendiri, lokasi yang strategis, kualitas produk baik, tenaga kerja yang kompeten, lahan untuk pengembangan masih luas, fasilitas
produksi budidaya masih baik. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu kapasitas produksi belum optimal, masih kurangnya promosi jamur, penjualan
masih tergantung dua Bandar, keterbatasan modal untuk pengembangan usaha, sistem administrasi keuangan masih sederhana, dan peningkatan biaya produksi.
Kemudian yang menjadi peluang yaitu, kebijakan skim UKM kredit, peningkatan PDRB Bogor, trend kenaikan harga komoditas jamur, industry jamur diarahkan
pada ketahanan pangan, peningkatan permintaan jamur, alat sterilisasi autoclaf. Selanjutnya yang menjadi ancaman yaitu, peningkatan impor jamur, peningkatan
harga BBM, peningkatan persaingan dalam industri jamur, dan ancaman pendatang baru yang besar.
Umumnya strategi pengembangan usaha jamur tiram putih, menggunakan alat analisis seperti matriks Internal Factor Evaluation, matriks External Factor
Evaluation , matriks Internal External, matriks Strenght Weaknees Opportunity
Threat , kemudian penentuan strategi prioritas dengan analisis matriks
Quantitative Strategic Planning .
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis