Analisis tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan Kawasaki Motor Ninja: studi kasus CV. Kawasaki Motorave Talang, Bogor

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM

PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA PERUSAHAAN AGRO

JAMUR ARISMAJAYA CIANJUR JAWA BARAT

SKRIPSI

DENI ZAINI HAKIM H34076042

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

DENI ZAINI HAKIM. Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (pleurotus ostreatus) Pada Perusahaan Agro Jamur Arismajaya Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Dibawah bimbingan JOKO PURWONO)

Produksi tanaman sayuran Indonesia terus ditambah untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada, yang berpengaruhi terhadap pola makan dan aspek kesehatan masyarakat. Produksi total sayuran di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 9.527.463 ton dengan tingkat konsumsi 37,94 kg/kapita, konsumsi total sayuran diperkirakan sebesar 8.555.470 ton. Estimasi pertumbuhan konsumsi sayuran 2003-2006 menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata konsumsi perkapita sayuran adalah sebesar 0.7 persen per tahun, sehingga pada tahun 2050 konsumsi perkapita sayuran diperkirakan akan mencapai 49,63 kg/kapita. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050 sebesar 400 juta orang, maka akan dibutuhkan 19.852.000 ton sayuran untuk memenuhi permintaan konsumsi. Dengan demikian, produksi sayuran pada tahun 2050 diperkirakan harus meningkat dua kali lipat dari produksi tahun 2006. Selanjutnya, pada tahun 2007 sampai 2009, produksi sayuran Indonesia juga mengalami peningkatan yang cukup tajam dengan permintaan yang cukup tinggi pula.

Salah satu komoditi sayuran unggulan ialah jamur tiram yang akhir-akhir ini menjadi primadona serta produksi dan permintaannya yang meningkat. Jamur tiram dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp. merupakan salah satu jamur konsumsi bernilai ekonomi tinggi. Hal tersebut dikarenakan budidaya jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas bahkan dapat dilakukan di lahan perkarangan rumah. Melalui kegiatan tersebut dapat memberikan nilai tambah dan juga pendapatan lebih bagi keluarga.

Perusahaan Agro Jamur Arismajaya salah satu produsen jamur tiram putih yang berdiri sejak pertengahan tahun 2008. Perusahaan ini memiliki beberapa kendala diantaranya produksi jamur tiram belum optimal sehingga target produksi belum tercapai, keterbatasan bibit jamur tiram, fluktuasi harga input dan kondisi skala usaha pesaing lebih besar. Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan strategi pengembangan usaha jamur tiram putih yang dijalankannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apa saja faktor-faktor lingkungan internal seperti kekuatan dan kelemahan serta faktor lingkungan eksternal seperti peluang dan ancaman yang mempengaruhi Perusahaan Agro Jamur Arismajaya. Kemudian mengidentifikasi alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat dijalankan oleh Perusahaan Agro Jamur Arismajaya serta merekomendasikan strategi terbaik bagi perusahaan tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Agro Jamur Arismajaya yang telah berjalan selama dua tahun dengan pertimbangan perusahaan tersebut mengalami kenaikan produksi yang signifikan. Responden yang digunakan adalah satu orang manajer sekaligus pemilik usaha dan satu orang pengawas lapangan, sehingga berjumlah dua orang. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM.

Hasil analisis matriks IFE menunjukan bahwa kekuatan Perusahaan Agro Jamur Arismajaya adalah pelaksanaan manajemen baik, kualitas produk yang


(3)

baik, lahan pengembangan masih luas, lokasi strategis, produksi meningkat dan karyawan terampil, sedangkan yang menjadi kelemahan perusahaan yaitu modal terbatas, teknologi konvensional, keterbatasan bibit jamur dan tidak ada bagian pembibitan. Analisis matriks EFE yang menjadi peluang adalah pendapatan masyarakat meningkat, suplai bahan baku lancar dan kondisi permintaan pasar jamur masih tinggi, sedangkan yang menjadi ancaman yaitu mayoritas penduduk petani sayuran, fluktuasi harga input, tergantung pada satu pedagang pengumpul, tidak ada kelompok tani jamur, produksi pesaing lebih tinggi, skala usaha pesaing lebih besar dan banyaknya produk subtitusi.

Secara keseluruhan matriks IFE menghasilkan skor 2,948 yang artinya perusahaan sudah menjawab kekuatan ataupun kelemahan sudah pada skala rata-rata. Sedangkan berdasarkan analisis matrik EFE skor terbobot sebesar 2,197 yang artinya perusahaan merespon situasi cukup baik dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman.

Analisis matriks IE menunjukan posisi perusahaan pada quadran V yaitu strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain) pada sumbu horizontal menunjukan skor total IFE 2,948 dan pada sumbu vertikal menunjukan skor total EFE 2,197. Strategi yang harus diterapkan adalah strategi pengembangan produk dan penetrasi pasar. Dari strategi tersebut maka diperoleh strategi pada matriks SWOT, yaitu terdapat empat strategi diantaranya peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar, penambahan modal berasal dari lembaga keuangan swasta, peningkatan volume penjualan untuk menghadapi pesaing, kemudian diversifikasi produk jamur tiram untuk menghindari ketergantungan pada satu pungumpul.

Hasil analisis QSPM pada Perusahaan Agro Jamur Arismajaya menunjukan strategi utama terbaik yang dipilih adalah peningkatan volume penjualan jamur tiram untuk menghadapi pesaing dengan total nilai daya tarik (TAS) sebesar 5,95. Dari prioritas strategi tersebut, maka program yang dianjurkan kepada perusahaan yaitu :

a. Menambah permodalan yang diajukan kepada lembaga keuangan seperti Bank, untuk dapat meningkatkan pembelian sarana produksi yakni peningkatan pembelian bibit jamur, serbuk gergaji, dedak, kapur, cincin peralon, plastik, karet dan lain sebagainya.

b. Meningkatkan jumlah karyawan guna menambah tenaga kerja untuk kegiatan produksi baglog sehingga memacu produksi jamur tiram yang lebih tinggi, dengan upaya intensif dalam melakukan pekerjaan yang ada di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya.

c. Penggunaan teknologi modern dapat juga menjadi langkah yang harus dipertimbangkan perusahaan sesuai dengan ketersediaan modal yang ada di perusahaan.

d. Perluasan areal produksi guna peningkatan kapasitas produksi dapat dilaksanakan perusahaan dengan cara membeli lahan, atau menyewa lahan budidaya untuk meningkatkan produksi dan penjualan jamur tiram yang belum terpenuhi saat ini.


(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM

PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA PERUSAHAAN AGRO

JAMUR ARISMAJAYA CIANJUR JAWA BARAT

SKRIPSI

DENI ZAINI HAKIM H34076042

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM

PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA PERUSAHAAN AGRO

JAMUR ARISMAJAYA CIANJUR JAWA BARAT

DENI ZAINI HAKIM H34076042

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

Judul : Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Perusahaan Agro Jamur Arismajaya Cianjur Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Deni Zaini Hakim Nomor Induk : H34076042

Program Studi : Ekstensi Agribisnis

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Joko Purwono, MS NIP : 19600606 198601 1002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP : 19580908 198403 1002


(7)

PERNYATAAN


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 20 Februari 1986 di Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari Bapak Drs H. Oong Djumroni, MSi dan Ibu Hj. Sumiyati. Penulis mulai masuk pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pacet 1, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur pada tahun 1993 dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Madrasah Tsanawiah Negeri Ciherang Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Cianjur dan lulus pada tahun 2004.

Penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor pada program Diploma III, Program studi Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis kembali melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Penyelenggaraan Khusus Ekstensi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Perusahaan Agro Jamur Arismajaya Cianjur, Jawa Barat ini, yang merupakan salah satu tugas akhir bagi penulis agar dapat menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Ekonomi, Program Studi Penyelenggaraan Khusus Ekstensi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dengan segala kekurangannya, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini dan mudah-mudahan bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2011

Deni Zaini Hakim H34076042


(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai rasa syukur kepada Alloh SWT, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

2. Ir. Joko Purwono, MS. selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini

3. Rahmat Yanuar, SP, MSi. selaku Dosen evaluator pada kolokium proposal penulis, yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan proposal penulis. Afrilyadi Eko Wibowo selaku pembahas pada seminar penulis yang telah bersedia menjadi pembahas seminar

4. Ir. Netti Tinaplilla, MM selaku Dosen penguji utama dan Suprehatin, SP selaku Dosen dari Komite Pendidikan Ekstensi Agribisnis pada sidang penulis

5. Orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik

6. Pihak Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, khususnya Bapak Aris selaku Manajer atas waktu, informasi dan dukungannya saat penulis melakukan turun lapang

7. Teman-teman seperjuangan Ekstensi Agribisnis Angkatan 3, Pengelola Perkebunan angkatan 41, Wahyu Oktaviani, Jhon Modesta S, Hendra Kurniawan, Nope Growmikora, Brian Guntur, Zeppri Noviana, Hendra Braheramsyah, Dimas Satria, Libia Putri dan teman-teman lainnya yang senantiasa memberikan dukungan semangat hingga penulisan skripsi ini selesai. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuannya.

Bogor, Januari 2011


(11)

DAFTAR ISI

Halaman


(12)

6.2.5.Perusahaan Sejenis dan Subtitusi Pesaing...

VII. PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN AGRO JAMUR


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman


(14)

19.Hasil Evaluasi Faktor Internal (IFE) Perusahaan Agro Jamur Arismajaya... 20.Hasil Analisis Faktor Eksternal (EFE) Perusahaan Agro Jamur

Arismajaya... 21.Analisis Matriks SWOT Perusahaan Agro Jamur Arismajaya....

63

65 71


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman


(16)

LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Wawancara di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya …….. 79 2. Pembobotan Faktor Internal Responden Bagian Manajer ….. 86

3. Pembobotan Faktor Eksternal Responden Bagian Manajer … 86

4. Pembobotan Faktor Internal Responden Bagian Pengawas … 87

5. Pembobotan Faktor Eksternal Responden Bagian Manajer … 87


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kegiatan produksi untuk tanaman sayuran di Indonesia terus menerus ditambah untuk memenuhi kebutukan konsumen dan peluang pasar yang ada, yang berpengaruhi terhadap pola makan dan aspek kesehatan masyarakat. Produksi total sayuran di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 9.527.463 ton dengan tingkat konsumsi 37,94 kg/kapita, konsumsi total sayuran diperkirakan sebesar 8.555.470 ton. Estimasi pertumbuhan konsumsi sayuran 2003-2006 menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata konsumsi perkapita sayuran adalah sebesar 0.7 persen pertahun, sehingga pada tahun 2050 konsumsi perkapita sayuran diperkirakan akan mencapai 49,63 kg/kapita. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050 sebesar 400 juta orang, maka akan dibutuhkan 19.852.000 ton sayuran untuk memenuhi permintaan konsumsi. Dengan demikian, produksi sayuran pada tahun 2050 diperkirakan harus meningkat dua kali lipat dari produksi tahun 2006.1

Untuk ekspor sayuran pada periode 2007 sampai dengan 2009 mengalami fluktuasi pada beberapa komoditas. Hal tersebut berkaitan dengan produk sayuran yang berlebih di tingkat nasional dan ada sebagian yang kekurangan sehingga pemenuhannya harus impor dari luar negeri, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1.Volume Ekspor Sayuran Indonesia Tahun 2007-2009

No Jenis Komoditas Volume (Ton/tahun)

2007 2008 2009

1 Kubis 45.323 57.981 70.639

2 Kentang 10.319 6.575 2.575

3 Jamur 20.571 22.791 25.011

4 Bawang Merah 9.357 4.975 6.280

5 Cabai 6.814 4.750 2.401

6 Tomat 2.672 1.540 2.876

Sumber : Deptan, (2009)

1Analisis Trend Hasil Persatuan Luas Tanaman Sayuran Di Indonesia http://www.scribd.com [16 Januari 2011]


(18)

Pada Tabel 1 menunjukan bahwa beberapa komoditas memiliki posisi untuk jumlah ekspor sayuran andalan dari Indonesia, dengan jumlah volume ekspor yang berfluktuasi.

Pada impor beberapa komoditas sayuran, terdapat jumlah volume yang meningkat dan menurun berkaitan dengan keadaan permintaan atau konsumsi sayuran di dalam negeri yang cendrung tidak stabil, seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Volume Impor Sayuran Indonesia Tahun 2007-2009

No Jenis Komoditas Volume (Ton/tahun)

2007 2008 2009

1 Bawang Merah 107.649 126.136 144.632

2 Kentang 37.125 29.187 21.249

3 Cabai 13.130 13.494 13.858

4 Tomat 8.744 7.433 6.122

5 Jamur 3.370 2.766 2.162

6 Kubis 470 422 374

Sumber : Deptan, (2009)

Dari beberapa jenis komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi dan harga jual yang tinggi, salah satunya adalah jamur. Jamur tiram dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp. merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai ekonomi. Hal ini dikarenakan budidaya jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas bahkan dapat dilakukan di lahan perkarangan penduduk. Melalui kegiatan tersebut tentu saja akan memberikan nilai tambah dan juga pendapatan lebih bagi keluarga. Jamur tiram mempunyai rasa yang lezat serta kandungan gizi yang cukup tinggi. Disebut jamur tiram karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram. Jamur tiram termasuk tumbuhan yang tidak berklorofil (tidak memiliki zat hijau daun) sehingga tidak bisa mengolah bahan makanan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, jamur tiram sangat tergantung pada bahan organik yang diserap untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi utama yang dibutuhkan jamur tiram adalah sumber karbon yang dapat disediakan melalui berbagai sumber seperti serbuk kayu gergajian.


(19)

Jamur tiram (Pleurotus sp.) merupakan jenis jamur kayu yang paling mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh di berbagai macam jenis substrat dan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Kemampuan produksi jamur tiram relatif tinggi. Di alam liar jamur tiram merupakan tumbuhan saprofit yang hidup di kayu - kayu lunak dan memperoleh bahan makanan dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik.

Banyak menu makanan yang menggunakan jamur tiram sebagai bahan dasar utamanya. Rasanya yang mirip daging ayam ini, menjadi alternatif konsumsi kebanyakan vegan (sebutan bagi vegetarian). Cita rasa khas jamur tiram inilah, membuatnya banyak dicari dan tentu berdampak pada peluang ekonomi. Jamur tiram, rasanya enak dan teksturnya lembut seperti daging ayam. Jamur tiram sangat baik bagi tubuh karena rendah kolesterol dan bisa membantu terapi penyembuhan penyakit, seperti asma atau kanker.

Menurut Martawijaya, E. L. dan Yadi, M. N. 2010, dibandingkan dengan komoditas sayuran lain, nutrisi jamur tiram lebih kaya dan lebih lengkap. Jamur tiram memiliki protein 27 persen dan karbohidrat 58 persen yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi yang hanya memiliki kandungan protein 21 persen dan karbohidrat 0,5 persen. Kadar lemaknya jauh lebih rendah dari pada daging sapi, pada jamur tiram 1,6 persen sedangkan pada daging sapi 5,5 persen, sehingga bagi orang-orang yang sedang melakukan diet, jamur tiram merupakan salah satu pilihan utama.

Pada beberapa tahun terakhir produksi jamur nasional mengalami peningkatan. Tahun 2007, produksi jamur sebesar 48.247 ton/tahun, sedangkan pada tahun 2008, sebesar 43.048 ton/tahun. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan kembali menjadi sebesar 67.736 ton/tahun. Untuk produksi jamur di Provinsi Jawa Barat juga mengalami peningkatan, pada tahun 2007 sebesar 25.580 ton/tahun pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2008 sebesar 40.987 ton/tahun. Kemudian, untuk tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 46.404 ton/tahun.2 Hal tersebut menjadi peluang dan potensi yang sangat baik untuk pertumbuhan produksi komoditas jamur dengan permintaan pasar yang masih terbuka lebar.

2http://www.hortikultura.deptan.go.id/ . Produksi Jamur Nasional dan Provinsi Jawa Barat[22 Mei 2010]


(20)

Tujuan pasar usaha jamur tiram di Indonesia adalah konsumen jamur dari house need sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan beberapa retail di beberapa kota besar seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Tasikmalaya, Semarang, Yogyakarta dan Cianjur. Berikut ini adalah konsumsi jamur perhari di beberapa kota besar di Indonesia seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Jamur di beberapa Kota Besar di Indonesia pada Tahun 2009

Kota Konsumsi Per hari (kg)

Bekasi 3.000

Bogor 150

Tangerang 3.000

Cianjur 200

Tasikmalaya 300

Semarang 350

Yogyakarta 200

Jakarta 9.000

Sumber : Agromedia, (2009)

Sentra produksi jamur di Provinsi Jawa Barat adalah Bandung, Bogor, Cianjur yaitu dengan produksi rata-rata perhari 6 sampai 8 ton untuk memenuhi sebagian kebutuhan pasar Jakarta, Bogor, Tangerang, bekasi dan Cianjur. Kabupaten Cianjur memiliki urutan ke-3 setelah Bandung dan Bogor dengan produksi rata-rata 6 sampai 7 ton/hari. Inilah yang menyebabkan pembudidaya jamur di Cianjur banyak membudidayakan jamur tiram putih. Permintaan pasar terhadap jamur tiram putih saat ini masih belum terpenuhi. Permintaan jamur di Provinsi Jawa Barat saat ini mencapai 100 ton/hari. Sementara itu produksi saat ini mencapai 50 ton/hari.3

Di Kabupaten Cianjur salah satu sentra produksi jamur tiram terdapat di Kecamatan Pacet. Di daerah tersebut terdapat kurang lebih 50 petani jamur baik sekala besar, sedang maupun kecil.Sementara itu, di Desa Cipendawa terdapat 10 petani jamur tiram yang termasuk Perusahaan Agro Jamur Arismajaya. 3http://gedogan.wordpress.com/2009/Pasar ProdukJamur Tiram Masih Terbuka Lebar [16 Januari 2011]


(21)

Dalam menjalankan kegiatan produksinya, Perusahaan Agro Jamur Arismajaya dapat memasok kebutuhan jamur perhari antara 30 sampai 40 kilogram, dengan pasar yang dituju adalah pasar induk Tangerang, Bekasi dan Jakarta dengan kebutuhan jamur perhari mencapai 3.000 kilogram. Pada tahun 2009, jumlah produksi jamur tiram mengalami fluktuasi di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi dan Penjualan Jamur Tiram di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya Tahun 2009

Sumber : Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, (2010)

Sementara itu, ketersediaan jamur untuk memenuhi kebutuhan pasar induk Tangerang hanya sekitar 800 sampai 1.500 kg/hari dari seluruh petani jamur yang berada di Kecamatan Pacet. Maka ada gap sebesar 1.500 sampai 2.200 kg/hari dari kebutuhan pasar sebanyak 3.000 kg/hari. Dengan demikian pasar jamur masih belum terpenuhi dan menjadi peluang untuk terus meningkatkan produksi jamur tiram di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya.

Bulan Produksi (kg) Penjualan Jamur (Rp)

Januari 600 4.200.000

Februari 720 5.040.000

Maret 735 5.145.000

April 765 5.355.000

Mei - -

Juni 914,5 6.401.500

Juli 900 6.300.000

Agustus 976,5 6.835.500

September 975 6.825.000

Oktober 990 6.930.000

November 1.050 7.350.000

Desember 945 6.615.000


(22)

1.2.Perumusan Masalah

Perusahaan Agro Jamur Arismajaya merupakan salah satu perusahaan dibidang pertanian khususnya sayuran yang menjalankan bisnisnya pada komoditi jamur tiram putih yang berdiri pada pertengahan tahun 2008. Berdirinya perusahaan ini, yaitu berdasarkan adanya prospek kebutuhan jamur tiram putih yang semakin meningkat dan peluang pasar yang terbuka sesuai kebutuhan pasar jamur di kota-kota besar pada Tabel 3. Dengan kondisi manajemen yang baik, menggunakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang terarah, perusahaan ini dapat meningkatkan produksi jamur secara berkesinambungan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pasar.

Dalam pertumbuhan produksi jamur tiram di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, terdapat beberapa kendala diantaranya produksi jamur tiram di perusahaan tersebut belum optimal. Berdasarkan Tabel 4, hasil produksi dan penjualan jamur tiram dalam kurun waktu bulan Januari sampai Desember 2009 adalah sebesar Rp 63.217.000,- per tahun atau rata-rata Rp 5.268.084,- per bulan. Dari informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa perusahaan belum mencapai target penjualan, karena target perusahaan adalah Rp 42 juta/bulan. Keadaan tersebut berkaitan dengan masalah produksi yaitu tingkat produksi seperti pada Tabel 4. Tingkat produksi baru mencapai 9.571 kg/tahun atau 13,25 persen dari target produksi optimal perusahaan yaitu 72.000 kg/tahun atau 200 kg/hari, sedangkan realisasinya adalah sebesar 797,5 kg/bulan atau 26,5 kg/hari. Dengan demikian produksi tersebut masih dapat ditingkatkan sebesar 86,75 persen dari tingkat produksi saat ini, melalui peningkatan kapasitas produksi. Dari informasi tersebut dapat dikatakan bahwa produksi belum optimal.

Disamping itu, permasalahan berikutnya adalah keadaan produsen bibit jamur yang terbatas. Dalam satu kali produksi, bibit jamur yang tersedia sebanyak 800 botol bibit jamur untuk satu kecamatan dari produsen yang ada di dekat lokasi usaha, sementara kebutuhan bibit belum terpenuhi yaitu sekitar 2.800 sampai 3.000 botol bibit dalam satu kali produksi untuk satu kecamatan, hal tersebut menjadi kendala untuk perkembangan usaha jamur, karena dalam satu perusahaan jamur dalam satu kali produksi membutuhkan bibit jamur 60 sampai 70 botol bibit


(23)

jamur, sedangkan dalam satu kecamatan terdapat 50 perusahaan yang membudidayakan jamur tiram.

Dalam kegiatan produksi jamur tiram putih di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, membutuhkan input produksi yang sangat penting dalam meningkatkan jumlah produksi. Dari input yang ada, beberapa diantaranya sering mengalami fluktuasi harga, seperti harga plastik Polypropiline untuk media jamur dan plastik ukuran lima kilogram untuk kegiatan panen, sementara harga input lainnya cenderung stabil. Kenaikan harga plastik yang tidak stabil tersebut berkisar antara Rp 1.500,- hingga Rp 2.000,-per kilogram, dari harga normal rata-rata Rp 40.000,- per kilogram menjadi Rp 41.500,- sampai Rp 42.000,- per kilogram.

Permasalahan berikutnya yaitu skala usaha pesaing jamur tiram putih lebih besar di lingkungan Perusahaan Agro Jamur Arismajaya. Skala usaha jamur yang ada di lingkungan tersebut memiliki jumlah yang bervariasi seperti pada Tabel berikut.

Tabel 5. Skala Usaha Jamur Tiram di lingkungan Perusahaan Agro Jamur Arismajaya pada Tahun 2009-2010

Sumber : Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, 2010

Dengan adanya persaingan seperti pada Tabel 5 diatas, tentunya dapat mempengaruhi kondisi pendapatan Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, apabila produksi pesaing lebih tinggi, maka pendapatan pesaing akan lebih besar karena permintaan pasar yang belum terpenuhi, sehingga pesaing dapat lebih banyak menguasai pangsa pasar jamur yang ada saat ini.

No Nama Pemilik Usaha Kapasitas Kumbung Jamur (Baglog)

1 Anton 120.000

2 Haris 100.000

3 Irwan 100.000

4 JS 80.000

5 Johan 70.000

6 Aris (Agro Jamur Arismajaya) 60.000

7 Aceng 50.000

8 Wahyu 40.000

9 H. Umar 30.000


(24)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Perusahaan Agro Jamur Arismajaya harus melakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan serta agar dapat memperbesar produksi jamur tiram untuk memenuhi kebutuhan pasar jamur tiram yang ada. Cara yang harus dilakukan dalam hal ini adalah melakukan langkah strategis dengan mengidentifikasi beberapa faktor penting di dalam dan di luar perusahaan atau disebut dengan faktor internal dan eksternal perusahaan, selanjutnya merumuskan indikator kekuatan untuk dimanfaatkan dalam mengatasi kelemahan perusahaan dan merumuskan peluang untuk mengurangi ancaman yang ada di sekitar perusahaan. Dalam merumuskan strategi tersebut, maka dibutuhkan proses analisis internal dan eksternal untuk merumuskan pengembangan usaha di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya.

1.3.Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis apa saja faktor-faktor lingkungan internal seperti kekuatan dan kelemahan serta faktor lingkungan eksternal seperti peluang dan ancaman Perusahaan Agro Jamur Arismajaya.

2. Mengidentifikasi alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat dijalankan oleh Perusahaan Agro Jamur Arismajaya.

3. Merekomendasikan strategi terbaik bagi Perusahaan Agro Jamur Arismajaya.

1.4.Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut :

1. Sebagai saran atau masukan untuk Perusahaan Agro Jamur Arismajaya agar dapat mengembangkan usahanya untuk bertahan dan meningkatkan produksinya.

2. Sebagai bahan media pembelajaran atau referensi bagi kalangan akademik untuk dapat melaksanakan penelitian selanjutnya.


(25)

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan ini, di khususkan hanya untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal dari Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, sehingga dapat merumuskan rencana strategi pengembangan usaha yang paling baik dalam mengembangkan usaha jamur tiram yang telah dijalankan perusahaan tersebut.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamur Tiram Putih

Menurut sistematika secara taksonomi jamur tiram dibagi dalam Kelas : Basidiomecetes, Ordo : Agaricales, Famili : Agaricaceae dan Genus : Pleurotus.

Menurut Pasaribu et.al, (2002), awalnya jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang tumbuh secara alami di batang-batang kayu di hutan. Pada tahun 1935 upaya pembudidayaannya di sebarluaskan. Disebut jamur tiram Oister mushroom karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram.

Tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada di dalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak di samping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.

Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik atau masih baru, sebab apabila sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu, perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter. Media yang terbuat dari


(27)

campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60-65 persen dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik. Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme.

2.2. Syarat Tumbuh Jamur Tiram

2.2.1. Tingkat keasaman ( pH)

Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. Bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6-7 dengan menggunakan kapur.

2.2.2. Suhu udara

Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dapat dibedakan dalam dua fase, diantaranya yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara antara 22-28 derajat celcius dengan kelembaban 60-70 persen dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16-22 derajat celcius. Pertumbuhan jamur tiram yang sangat baik biasanya pada daerah ketinggian 1.000 sampai 1.200 meter dari permukaan laut.

2.2.3. Cahaya

Pertumbuhan misellia akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar. Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellia, media jamur tiram putih atau disebut dengan baglog jamur, ditempatkan dalam ruangan yang gelap, sehingga dapat memberikan rangsangan pertumbuhan yang merata sebelum terjadinya pertumbuhan badan buah jamur. Tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya, badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60-70 persen.


(28)

2.3. Budidaya Jamur Tiram

Dalam melakukan kegiatan budidaya jamur tiram terdapat beberapa tahapan, yaitu :

2.3.1. Pembuatan Media Tanam a. Pengayakan

Pengayakan adalah kegiatan memisahkan serbuk kayu gergaji yang besar dan kecil sehingga didapatkan serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik baglog dan mendapatkan tingkat pertumbuhan misellia yang merata.

b. Pencampuran

Pencampuran serbuk gergaji, dedak dan kapur dengan perbandingan 100:12:3 untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan sumber hara atau nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sampai siap dipanen. Diusahakan agar tidak terdapat gumpalan dalam proses pencampuran.

c. Pemeraman

Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu malam. Tujuannya untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik. Proses pemeraman mengalami kenaikan suhu menjadi 50 derajat celcius dengan kadar air 60-65 persen serta pH media 6-7.

d. Pengisian Media ke Kantung Plastik Baglog

Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik polipropilen (PP) dengan kepadatan tertentu agar misellia jamur dapat tumbuh maksimal dan menghasilkan panen yang optimal. Adapun tujuannya adalah untuk menyediakan media tanam bagi bibit jamur. Media yang dimasukan ke dalam plastik berupa serbuk kayu agar saat dipadatkan dapat kompak dan menyerupai kayu baglog.


(29)

e. Sterilisasi

Strerilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya untuk mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikehendaki. Sterilisasi dilakukan pada suhu 70 derajat celcius selama 8-9 jam.

f. Pendinginan

Proses pendinginan merupakan upaya menurunkan suhu media tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukan ke dalam baglog tidak mati. Pendinginan dilakukan selama 8-12 jam sebelum inokulasi dengan temperatur 30-35 derajat celcius.

2.3.2 Inokulasi Bibit

Kegiatan proses pemindahan sejumlah kecil misellia jamur dari biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan miselia jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur siap panen. Inokulasi bibit dilakukan pada ruangan yang bersih oleh petugas yang terjaga kebersihannya serta pelaksanaannya harus cepat agar tidak terkontaminasi. 2.3.4. Inkubasi

Proses penyimpanan atau penempatan media tanam yang telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar misellia jamur tumbuh. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan misellia serempak. Inkubasi dilakukan dalam suhu ruangan antara 28-30 derajat celcius dengan kelembaban 50-60 persen. Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam baglog berwarna putih merata.

2.3.5. Produksi

Kegiatan menstimulasi media tanam yang telah maksimal pertumbuhan misellia-nya agar terjadi pertumbuhan badan jamur. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan perubahan pertumbuhan misellia kearah pembentukan primordia badan buah jamur. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka tutup baglog agar terjadi proses aerasi.


(30)

2.3.6. Panen

Kegiatan memetik badan buah jamur tiram yang telah cukup umur, yaitu 30 hari sejak inokulasi atau seminggu setelah baglog dibuka atau 2-3 hari setelah munculnya primordia. Tujuannya mendapatkan hasil badan buah jamur tiram yang sesuai dengan ketentuan.4 Jamur tiram sangat mudah kering dan umur pasca panennya pendek jika tidak disimpan pada suhu rendah dan kelembaban tinggi. Jamur yang tidak dikonsumsi segar, diolah melalui pengeringan udara atau dikalengkan dalam larutan garam ( Rubatky dan Yamaguchi, 1999).

Berikut ini adalah alur pembuatan jamur tiram :

Gambar 1. Alur Pembuatan Jamur Tiram

2.4. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan untuk penelitian Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, diantaranya ialah sebagai berikut :

Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Tegal Waru, Bogor yang dilaksanakan oleh Yessica Wisandhini (2008). Dengan permasalahan diantaranya yaitu kapasitas produksi jamur belum optimal, kenaikan bahan bakar BBM dan persaingan harga jamur tiram putih antar perusahaan yang ada di wilayah tersebut.

4Budidaya Jamur Tiram dan Peluang Pasar. http://gedogan.wordpress.com/2009 (9 Juli 2010) INPUT Bibit Jamur Serbuk Gergaji Kapur Dedak Kantong Plastik Cincin Peralon Kapas Karet Gelang Alkohol Spirtus LPG 3/12kg OUTPUT Jamur PROSES Pengayakan Pencampuran Pemeraman Pengisian media Sterilisasi pendinginan


(31)

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor lingkungan eksternal seperti peluang dan ancaman dan faktor internal seperti kekuatan dan kelemahan, serta merumuskan strategi pengembangan usaha dari hasil analisis lingkungan tersebut. Alat analisis yang digunakan yaitu matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP. Hasil dari penelitian ini terdapat beberapa faktor eksternal diantaranya ialah kebijakan skim kredit UKM, peningkatan PDRB Bogor, trend kenaikan harga komoditas jamur, meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur, industri jamur diarahkan pada ketahanan pangan, peningkatan permintaan jamur, alat sterilisasi Autoclaf, peningkatan impor jamur, peningkatan harga BBM, peningkatan persaingan dalam industri jamur dan ancaman pendatang baru yang besar. Faktor internal yang didapat pada penelitian ini diantaranya adalah mampu memproduksi dan menjual bibit jamur sendiri, lokasi strategis, kualitas produk jamur baik, tenaga kerja yang kompeten di bidang jamur, lahan untuk pengembangan usaha masih luas, fasilitas produksi budidaya jamur yang baik, kapasitas produksi belum optimal, masih kurangnya promosi jamur, penjualan masih tergantung dua bandar, keterbatasan modal untuk pengembangan usaha jamur, sistem administrasi keuangan masih sederhana dan peningkatan biaya produksi. Analisis matriks IE menunjukan perusahaan ini berada pada kuadran II, yang artinya tumbuh dan bina (Growth and Build ). Strategi yang tepat untuk keadaan ini adalah berupa strategi intensif diantaranya penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk atau strategi integratif yaitu integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal. Hasil analisis QSPM menunjukan strategi yang sesuai dengan sasaran perusahaan yaitu mengoptimalkan kapasitas produksi, menekan biaya produksi dan mencari pasar baru.

Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor) oleh Retno Wijayanti (2009), dilatar belakangi oleh adanya beberapa kendala, diantaranya kurangnya modal usaha sehingga menyebabkan Kelompok Tani Putera Alam sulit untuk mengembangkan usahanya. Terbatasnya sarana dan prasarana, baik untuk kegiatan produksi maupun kegiatan pendistribusian produk sayuran yang mereka hasilkan. SDM anggota tani masih


(32)

rendah, yang berdampak pada kurangnya sentuhan teknologi pada sistem produksi sayuran organik dan lemahnya sistem manajemen organisasi pada kelompok tani ini serta pemasaran produk yang belum luas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman apa yang akan dihadapi oleh kelompok tani Putera Alam, kemudian merumuskan dan memprioritaskan strategi terbaik yang dapat diterapkan dan direkomendasikan kepada kelompok tani Putera Alam. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP. Hasil penelitian menunjukan bahwa prioritas strategi altenatif yang direkomendasikan adalah memperkuat dan mempertahankan daerah pemasaran yang sudah ada dengan cara menjaga kualitas produk dan mempertahankan perencanaan tanam yang sudah baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Marsella BR. Sembiring (2009), yaitu mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler UD. Janu Putro Sleman, DI Yogyakarta. Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan ekonomi yang tidak stabil yang masih berlangsung hingga tahun 2009 menyebabkan usaha di bidang peternakan mengalami banyak ancaman. Salah satunya adalah terjadinya kenaikan harga pada berbagai sarana produksi input yaitu Day Old Chik (DOC) dan pakan peternakan yang tidak diimbangi dengan harga jual daging ayam yang tinggi. Adanya ancaman mengharuskan UD. Janu Putro sebagai produsen ayam broiler harus mengetahui situasi lingkungan. Hal ini bertujuan agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan dapat terus berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis strategi-strategi yang sudah diterapkan perusahaan, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pengembangan usaha, memformulasikan strategi alternatif yang dapat diterapkan dan menentukan prioritas strategi yang dapat digunakan perusahaan dalam pengembangan usaha. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alternatif strategi yaitu menggunakan kualitas, ketersediaan modal yang dimiliki perusahaan serta menggunakan teknologi modern kandang Close house untuk memanfaatkan


(33)

peningkatan pendapatan masyarakat serta peningkatan jumlah penduduk yang ada, mempertahankan kualitas produk dengan menggunakan teknologi untuk mempertahankan loyalitas pelanggan sehingga dapat bersaing dengan industri yang ada, membuat manajemen kandang yang baik melalui penggunaan teknologi yang ada untuk mendapatkan kualitas yang baik serta meningkatkan produksi ayam broiler.

Nina Purnama Sari (2008), dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor). Analisis data yang digunakan adalah analisis fungsi produksi, yaitu analisis yang menjelaskan hubungan antar produksi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu dengan menetapkan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani jamur tiram putih. Berdasarkan analisis yang dilakukan, faktor-faktor produksi yang diduga tidak seluruhnya berpengaruh langsung terhadap produksi jamur tiram putih. Penggunaan faktor-faktor produksi bibit, tenaga kerja, kapas, karet, dan minyak tanah mempunyai korelasi yang tinggi dengan penggunaan faktor produksi serbuk kayu, bekatul, kapur, plastik, dan cincin paralon.

Sri Rosmayanti (2010), yang berjudul Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Penelitian ini menggunakan analisis sistem usahatani serta analisis usahatani yang terdiri dari biaya dan pendapatan serta efisiensi. Sistem usahatani dalam kelompok tani ini terdiri dari 3 pola (A, B, dan C). Pola A memiliki waktu siklus produksi yang lebih panjang dibandingkan 2 pola lainnya. Pada sistem usahatani pola A dan C hasil akhir yang diperoleh adalah jamur tiram putih segar sedangkan pola B menghasilkan baglog siap pakai. Berdasarkan hasil penelitian biaya dan pendapatan, ketiga pola ini sama-sama menguntungkan. Namun, usahatani pola A yang memiliki nilai keuntungan atau pendapatan lebih besar dibandingkan 2 pola lainnya. Pola itu meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen.


(34)

Dari rujukan beberapa penelitian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan dengan pengamatan melalui rujukan tersebut untuk membedakan penelitian yang akan dilaksanakan ini dengan penelitian sebelumnya yang memiliki beberapa perbedaan, diantaranya objek penelitian, lokasi penelitian dan alat analisis yang digunakan, seperti dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi Pengembangan Usaha

Nama Judul Alat Analisis

Yessica Wisandhini (2008)

Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Jamur Tegal Waru, Bogor

Matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP

Retno Wijayanti (2009)

Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Kasus :

Kelompok Tani Petera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan

Megamendung, Kabupaten Bogor)

Matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP Marsella BR. Sembiring (2009) Analisis strategi Pengembangan

UsahaAyam Broiler UD. Janu Putro Sleman, DI Yogyakarta

Matriks IFE, Matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP

Nina Purnama Sari (2008)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kelompok Tani Kaliwung

Kalimuncar, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)

Fungsi produksi Cobb-Douglas

Sri Rosmayanti (2010)

Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)

Analisis sistem usahatani serta analisis usahatani yang terdiri dari biaya dan pendapatan serta efisiensi usahatani jamur tiram putih yang terdiri dari pola A, B, dan C


(35)

Dari hasil penelitian terdahulu, maka dapat dilanjutkan untuk mengidentifikasi penelitian berikutnya tentang strategi pengembangan usaha pada perusahaan jamur tiram dengan beberapa perbedaan dan persamaan pada penelitian terdahulu, diantaranya objek penelitian, lokasi penelitian dan beberapa alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun persaman selain alat analisis yang digunakan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu mengenai perumusan strategi yang diambil dari penelitian sebelumnya yang dicocokan dengan permasalahan yang ada dilapangan lokasi penelitian yang dilakukan ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan usaha jamur tiram adalah kekuatan yang berasal dari penelitian terdahulu yang telah dicocokkan terlebih dahulu seperti kekuatan diantaranya mampu memproduksi dan menjual baglog jamur sendiri, lokasi yang strategis, kualitas produk baik, tenaga kerja yang kompeten, lahan untuk pengembangan masih luas, fasilitas produksi budidaya masih baik. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu kapasitas produksi belum optimal, masih kurangnya promosi jamur, penjualan masih tergantung dua Bandar, keterbatasan modal untuk pengembangan usaha, sistem administrasi keuangan masih sederhana, dan peningkatan biaya produksi. Kemudian yang menjadi peluang yaitu, kebijakan skim UKM kredit, peningkatan PDRB Bogor, trend kenaikan harga komoditas jamur, industry jamur diarahkan pada ketahanan pangan, peningkatan permintaan jamur, alat sterilisasi autoclaf. Selanjutnya yang menjadi ancaman yaitu, peningkatan impor jamur, peningkatan harga BBM, peningkatan persaingan dalam industri jamur, dan ancaman pendatang baru yang besar.

Umumnya strategi pengembangan usaha jamur tiram putih, menggunakan alat analisis seperti matriks Internal Factor Evaluation, matriks External Factor Evaluation, matriks Internal External, matriks Strenght Weaknees Opportunity Threat, kemudian penentuan strategi prioritas dengan analisis matriks Quantitative Strategic Planning.


(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1.Manajemen Strategi

Beberapa definisi manajemen strategi menurut teori yang ada dan dari berbagai sumber diantaranya :

Menurut David (2006), manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Menurut Purwanto (2006), manajemen strategi merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses keputusan yang merupakan suatu rencana jangka panjang yang didasarkan pada analisis dan diagnosis lingkungan internal dan eksternal selanjutnya memformulasikan hasil keputusan tersebut menjadi keputusan strategis untuk mencapai tujuan akhir. Menurut Umar (2008), mendefinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan itu dapat dicapai.

Siagian (2004), manajemen strategi ialah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan. Menurut Hunger dan Wheelen (1996), manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kenerja perusahaan dalam jangka panjang.

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam jangka panjang, yang mencakup ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan untuk perusahaan atau organisasi mencapai tujuan. Disamping itu, strategi membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan kemampuan perusahaan untuk mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan.

Manajemen strategi dapat membantu perusahaan dalam melihat peluang dan ancaman di masa yang akan datang, sehingga memungkinkan perusahaan untuk


(37)

dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah-ubah. Disamping itu, manajemen strategi dapat menyediakan sasaran serta arahan yang jelas bagi masa depan perusahaan sehingga dapat mengembangkan sistem manajemen strategi untuk memungkinkan tingkat keberhasilan yang lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem manajemen strategi.

3.1.2. Langkah-Langkah Manajemen Strategi

Pada dasarnya, manajemen strategi terdiri dari tiga bagian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Langkah Memformulasikan Strategi

Langkah ini termasuk ke dalam pengembangan visi dan misi perusahaan, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, selanjutnya merumuskan alternatif strategi dan menentukan strategi yang akan dilaksanakan. Dalam tahap ini, formulasi strategi dapat diintregrasikan pada beberapa tahap proses pengambilan keputusan, diantaranya adalah tahap pengumpulan masukan-masukan atau arahan strategi serta perencanaan strategi pada sebuah perusahaan yang merupakan tahap awal dari proses manajemen strategi. Pada tahap berikutnya yaitu tahap mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapakan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan menentukan strategi yang dipilih untuk dilaksanakan. Tahap akhir yaitu mengimplementasikan strategi yang akan dilaksanakan. b. Implementasi Strategi

Pada langkah ini, disebut dengan tahap pelaksanaan dalam manajemen strategi, mensyaratkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, mengalokasikan sumberdaya dan memotivasi karyawan sehingga formulasi strategi dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran serta mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi perusahaan.


(38)

c. Langkah Evaluasi Strategi

Langkah akhir dari strategi ini adalah evaluasi. Terdapat tiga tahap evaluasi diantaranya yaitu : (1) meninjau ulang faktor internal dan ekternal, (2) mengukur kinerja perusahaan dan (3) mengambil tindakan korektif (David, 2006).

Perumusan Penerapan Penilaian Strategi Strategi Strategi Gambar 2. Model Manajemen Strategis Komprehensif

Sumber : David, ( 2009)

3.1.3. Pengembangan Visi dan Misi

Visi merupakan pernyataan untuk mengungkapkan tujuan yang akan dicapai oleh suatu perusahaan. Visi mengandung pernyataan prinsip perusahaan yang mendefinisikan usaha atau bisnis yang dijalankan. Misi merupakan pondasi, rencana, strategi dan penugasan. Tujuan merupakan tombak keberhasilan bagi perusahaan untuk dapat memahami peran mereka dalam masa depan perusahaan sehingga memberikan dasar pengambilan keputusan bagi para manajer. Tujuan dapat meminimalkan potensi konflik selama implementasi strategi juga memberikan dasar untuk desain pekerjaan dan mengorganisasikan kegiatan yang akan dijalankan dalam sebuah perusahaan.

Implementasi strategi Audit

Eksternal

Mengimplementasi kan strategi Evaluasi

strategi Menetapkan

tujuan Pernyataan

visi misi

Mengukur Mengevaluasi kinerja Audit


(39)

3.1.4. Merumuskan dan Menentukan Strategi

Tahap untuk merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk menjawab visi dan misi perusahaan dapat digunakan beberapa macam alternatif pilihan strategi. Strategi tersebut didasarkan pada analisis faktor internal dan faktor eksternal pada lingkungan perusahaan sehingga dapat memberikan hasil dan mengevaluasi strategi yang terbaik untuk perusahaan. Beberapa alat analisis yang digunakan dalam menentukan strategi antara lain yaitu seperti pada Gambar berikut :

Gambar 3. Kerangka Analisis Perumusan Strategi Sumber : David, 2009

Tahap 1, dari kerangka perumusan terdiri atas matriks evaluasi eksternal (EFE), matrik evaluasi internal (IFE), dan matrik profil kompetitif. Tahap input 1, berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap 2, tahap pencocokan, berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal utama. Teknik tahap 2 meliputi SWOT MatrixStrenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman), matriks posisi strategi dan evaluasi tindakan (Strategi Position and Action Evaluation-SPACE), matriks Boston Consulting Group (BCG), matriks Internal Eksternal (IE) dan matriks strategi besar (Grand Strategy Matrix). Tahap 3, tahap keputusan, melibatkan satu teknik saja yaitu matriks perencanaan strategi kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix-QSPM). QSPM menggunakan informasi input dari tahap 1 untuk secara objektif

Tahap 1. Input

(Matrix Evaluation) ( Matrix Profil Kompetitif ) (Matrix Evaluation) Eksternal (EFE) Kompetitif (CPM) Internal (IFE)

Tahap 2. Pencocokan

Matrix SWOT, Matrix SPACE, Matrix BCG, Matrix IE, Matrix Grand Strategy

Tahap 3. Tahap Keputusan


(40)

mengevaluasistrategi-strategi alternatif yang diidentifikasi pada tahap 2. QSPM menunjukan daya tarik relatif berbagai strategi alternatif dan dengan demikian, memberikan landasan objektif bagi pemilihan strategi alternatif.

Pada penelitian yang dilaksanakan di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya, hanya menggunakan lima macam proses perumusan strategi terhadap analisis matriks untuk mengidentifikasi dan merumuskan strategi dari sembilan alat analisis yang ada. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi lingkungan perusahaan yang berada pada satu divisi unit usaha tanpa memiliki manajemen tingkat atas atau disebut dengan korporasi. Oleh sebab itu perumusan strategi tidak perlu adanya pengendalian dari manajemen tingkat puncak karena suatu divisi perusahaan berdiri sendiri dengan kondisi distribusi, pesaing dan pemasaran yang berbaur pada satu unit usaha tersebut. Dengan demikian alat analisis yang digunakan adalah IFE matriks, EFE matriks, IE matriks, SWOT matriks dan QSPM.

a. Internal Factor Evaluation Matrix (IFE Matriks)

IFE matriksadalah alat untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada pada perusahaan dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi hubungan antara area tersebut. Terdapat beberapa aspek pada IFE matriks, diantaranya membahas tentang manajemen perusahaan, keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran dan penelitian pengembangan perusahaan.

1. Aspek Manajemen

Aspek ini terdiri dari empat dasar diantaranya adalah perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengendalian. Perencanaan dapat memiliki pengaruh positif terhadap kinerja organisasi dan individu. Perencanaan memungkinkan organisasi mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang eksternal dan meminimalkan pengaruh ancaman eksternal. Perencanaan mencakup pengembangan misi, peramalan kejadian dan tren masa depan, penetapan tujuan serta pemilihan strategi yang akan dijalankan. 2. Aspek Keuangan

Aspek ini sering dianggap satu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna


(41)

memformulasikan strategi secara efektif. Fungsi dari keuangan terdiri dari tiga keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan(pembiayaan) dan keputusan deviden.

3. Aspek Produksi

Aspek produksi diartikan sebagai kegiatan untuk mengatur dan mengoordinasikan penggunaan sumberdaya berupa sumberdaya manusia, sumberdaya alat, dan sumberdaya dana serta bahan-bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa. 4. Aspek Pemasaran

Dalam analisis situasi pemasaran setidaknya perlu memperhatikan tiga hal penting, yaitu analisis lingkungan umum, analisis perilaku konsumen dan analisis perilaku pesaing.

5. Sumberdaya Manusia

Organisasi yang berhasil adalah mereka yang mampu melihat SDM sebagai aset yang harus dikelola sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini akan membuat organisasi lebih kompetitif.

6. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan dapat merupakan keunggulan bersaing, hal ini dikarenakan penelitian dan pengembangan memiliki fungsi : menciptakan produk baru atau produk yang ditingkatkan baik model, fungsi, manfaat, yang dapat diperoleh yang mampu dipasarkan, serta ditujukan untuk meningkatkan efisiensi proses operasional perusahaan sehingga mampu mencapai keunggulan biaya yang dapat memperbaiki laba.

b. Eksternal Factor Evaluation Matrix (EFE Matriks)

EFE matriks merupakan alat analisis untuk mengevaluasi peluang dan ancaman perusahaan mengenai ekonomi, sosial budaya, demografi, lingkungan, hukum, politik, teknologi dan persaingan.

1. Ekonomi

Keadaan ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang dapat mempengaruhi keberuntungan dan strategi perusahaan. Faktor-faktor ekonomi spesifik yang dianalisis dan didiagnosis kebanyakan perusahaan termasuk tahapan siklus bisnis, gajala inflasi dan deflasi, kebijakan


(42)

keuangan, suku bunga, kebijakan fiskal tingkat pajak perusahaan dan perorangan, serta neraca pembayaran dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.

2. Sosial Budaya

Nilai dan sikap orang, pelanggan dan karyawan yang dapat mempengaruhi strategi. Nilai-nilai ini terwujud dalam perubahan gaya hidup yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.

3. Demografi

Komposisi penduduk sekarang dan masa yang akan datang dapat mempengaruhi keberuntungan dan strategi perusahaan. Penduduk negara-negara berkembang memiliki komposisi penduduk yang cenderung masih muda dan berjumlah banyak.

4. Teknologi

Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan teknologi baru, memiliki pengaruh yang dramatis terhadap organisasi. Kemajuan dalam teknologi dapat memberikan peluang besar untuk meningkatkan hasil tujuan atau mengancam kedudukan perusahaan.

5. Politik dan Hukum

Pemerintah negara federal, bagian, lokal dan asing adalah pembuat peraturan utama, delegulator, pemberi subsidi, pemilik dan pelanggan organisasi. Faktor pemerintah, politik dan hukum oleh karenanya dapat menjadi peluang atau ancaman utama untuk perusahaan kecil maupun besar. 6. Kompetitif

Kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk dan meningkatkan pelayanan atau jaminan terhadap pelanggan.

c. Internal Eksternal Matrix (IE Matriks)

Alat analisis ini merupakan gabungan dari analisis matriks IFE dan matriks EFE yang berfungsi untuk mengetahui fungsi suatu organisasi atau perusahaan.


(43)

Tujuan dari matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat perusahaan yang lebih detail.

d. SWOT Matrix Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman)

Strenghts, mencerminkan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan, Weaknesses, mencerminkan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan, Opportunities, mencerminkan peluang yang dimiliki oleh suatu perusahaan dan Threats, mencerminkan ancaman potensial yang dihadapi oleh suatu perusahaan.

Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting dan membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi O, strategi S-T, strategi W-O, dan strategi W-T. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan kelemahan internal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan.

Strategi S-O dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi S-T merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi W-O diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi W-T didasarkan pada kegiatan untuk dapat berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.

e. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Matriks ini berfungsi sebagai tahap akhir untuk rekomendasi strategi terbaik yang dapat di usulkan kepada perusahan. Dalam hal ini akan dipilih prioritas strategi terbaik dengan menggunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif. Rangkaian strategi dari QSPM dapat diamati secara berurutan atau bersamaan. Keistimewaannya adalah mendorong para penyusun strategi untuk memasukan faktor-faktor eksternal dan internal ke dalam proses keputusan (David, 2009).

3.2.Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam beberapa tahun terakhir, Jamur menjadi salah satu sayuran primadona dan semakin banyak peminatnya baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, tanaman ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan sangat membantu perekonomian petani khususnya di pedesaan.


(44)

Besarnya manfaat jamur yang telah dirasakan oleh masyarakat, melimpahnya sumber bahan baku, kondisi alam Indonesia yang sangat menunjang untuk budidaya, serta banyaknya tenaga kerja yang terserap telah mendorong berbagai upaya menjadikan jamur sebagai salah satu komoditi unggulan yang terus dikembangkan. Agar pertumbuhan pasar dan perkembangan industri jamur di Indonesia dapat berkembang secara optimal dan signifikan, serta mempunyai daya saing yang tinggi, maka diperlukan arah kebijakan dan strategi operasional yang tepat. Hal ini dapat tercapai apabila stake holder (pelaku agribisnis) jamur dan intansi terkait lainnya yang tersedia dalam industri jamur dapat dimanfaatkan dan bekerjasama.

Pada perusahaan Agro Jamur Arismajaya terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan dengan strategi tertentu. Diantaranya masalah tersebut yaitu produksi jamur belum optimal sehingga target produksi belum tercapai. Disamping itu, adanya kendala keterbatasan produsen bibit jamur tiram yang dapat menghambat tingkat produksi jamur itu sendiri, fluktuasi harga input media jamur tiram dan skala usaha pesaing lebih besar. Dengan adanya masalah tersebut maka perlu dirumuskan alternatif strategi yang harus dilaksanakan perusahaan Agro Jamur Arismajaya dan diputuskan strategi pengembangan usaha seperti apa yang akan dijalankan perusahaan tersebut. Dalam merumuskan strategi ini, pada tahap awal perlu diidentifikasi tujuan dari perusahaan itu sendiri mengenai visi dan misi yang akan dicapai perusahaan. Hal ini diperlukan untuk mencocokan dengan serangkaian kegiatan perusahaan yang dijalankan dalam proses pencapaian tujuan tersebut. Langkah berikutnya menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal meliputi identifikasi aspek manajemen, keuangan, produksi, pemasaran, penelitian dan pengembangan. Sedangkan lingkungan eksternal mengidentifikasi aspek ekonomi, sosial, budaya, demografi, hukum, politik, lingkungan serta pesaing perusahaan.

Untuk mengidentifikasi alternatif strategi yang ada, dapat dirumuskan melalui sembilan matriks diantaranya tiga matriks tahap input, lima matriks tahap pencocokan dan satu matriks tahap keputusan. Beberapa analisis matriks yang digunakan pada perumusan strategi ini terdiri dari lima matrik, diantaranya dua matrik tahap input yaitu Internal Factor Evaluation Matrikx (IFE Matriks) dan


(45)

Eksternal Factor Evaluation Matrikx (EFE Matriks), dua matriks dari tahap pencocokan Internal Eksternal Matrikx (IE Matriks) dan SWOT Matriks Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman). Pada tahap akhir yaitu tahap keputusan untuk menentukan strategi pengembangan usaha yang harus dilaksanakan perusahaan yaitu dengan menggunakan satu matriks yaitu menganalisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Dengan demikian alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.


(46)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Agro Jamur Arismajaya

Perusahaan Agro Jamur Arismajaya

Produksi jamur belum optimal, terbatasnya produsen bibit jamur, fluktuasi harga input dan

skala usaha pesaing lebih besar

Identifikasi strategi pengembangan usaha

Matriks EFE Matriks IFE

Faktor Eksternal : · Ekonomi

· Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan · Politik, Hukum · Teknologi · Kompetitif Faktor Internal :

· Aspek pasar · Aspek produksi · Aspek manajemen · Aspek keuangan · Aspek SDM · Aspek Penelitian


(47)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Pelaksanaan penelitian ini diselenggarakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober 2010 dengan lokasi di Perusahaan Agro Jamur Arismajaya Desa Cipendawa Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan jamur tiram tersebut merupakan salah satu perusahaan jamur yang mengalami peningkatan produksi yang cukup tinggi di Kabupaten Cianjur sesuai data pada Tabel 4.

4.2. Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan atau obserpasi dan wawancara lebih mendalam dengan pemilik usaha jamur tiram dan karyawan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dengan menggunakan metode yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan serta dokumentasi dari pihak atau instansi yang terkait, seperti Departemen Pertanian, Dinas Pertanian, dan Perpustakaan. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui buku, internet dan penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pada kegiatan penelitian ini, proses pengambilan data dilaksanakan dengan cara wawancara pada responden serta mengadakan observasi langsung pada objek dilapangan untuk diamati terkait dengan keadaan perusahaan pada masa sekarang yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Beberapa responden yang penting terkait masalah penelitian ini adalah manajer Perusahaan Agro Jamur Arismajaya dan karyawan perusahaan yaitu bagian pengawas, yang terkait dengan masalah-masalah internal perusahaan, sedangkan konsumen atau pedagang pengumpul jamur, serta intansi-intansi yang terkait dengan perusahaan jamur akan diwawancara mengenai masalah eksternal perusahaan.


(48)

Data yang akan di identifikasi dalam penelitian ini meliputi pertanyaan mengenai beberapa aspek internal perusahaan diantaranya :

1. Aspek manajemen dan Aspek sumberdaya manusia

Struktur organisasi perusahaan, jumlah karyawan dan rekruitmen karyawan. Keterampilan sumberdaya manusia, kekompakan karyawan dan pengetahuan akan pekerjaan.

2. Aspek pemasaran

Kondisi pasar saat ini, kebutuhan pasar lokal/regional/nasional dan jumlah pasar yang tersedia.

3. Aspek produksi

Jumlah produksi, peningkatan produksi dan ketersediaan sarana produksi. 4. Aspek keuangan

Kondisi biaya perusahaan, cara mendapatkan modal dan alokasi biaya yang akan digunakan.

5. Penelitian pengembangan

Inovasi teknologi yang diterapkan, pengembangan produk baru dan ada bagian penelitian pengembangan perusahaan.

Untuk faktor eksternal perusahaan yang dibutuhkan dan akan diajukan pertanyaan mengenai beberapa aspek diantaranya :

1. Ekonomi, Sosial dan Budaya

Kondisi ekonomi perusahaan, kemajuan pertumbuhan ekonomi dan dampak krisis ekonomi. Kondisi jaringan perusahaan, lingkungan masyarakat dan kepercayaan perusahaan.

2. Politik hukum

Stabilitas politik, keamanan, otonomi daerah setempat dan keterlibatan pemerintah terhadap usaha.

3. Teknologi

Teknologi yang diterapkan, perkembangan teknologi dan peralatan pembelajaran.

4. Demografi

Kondisi penduduk setempat, jumlah penduduk dan kebiasaan penduduk sehari-hari.


(49)

5. Kompetitif

Jumlah kompetitor, kompetitor sejenis dan kompetitor subtitusi (David, 2009). Setelah dilaksanakan wawancara tahap awal, berdasarkan informasi yang telah didapat, selanjutnya merumuskan hal-hal yang terkait dengan permasalahan di lapangan untuk dianalisis melalui alat analisis yang telah ditentukan, apabila data yang diperoleh dari perusahaan yang diminta secara langsung kepada setiap responden yang dituju dan dimintai keterangan pada topik penelitian, maka sudah dapat dikumpulkan dan siap diidentifikasi ke dalam bentuk matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh di lapangan, selanjutnya dianalisis dengan beberapa tahap secara kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil perolehan data tersebut maka dapat dirumuskan ke dalam beberapa bagian pengolahan data.Tahap pertama dalam menentukan faktor kekuatan dan kelemahan dapat dimasukan pada bentuk matriks IFE.

1. Internal Factor Evaluation Matrix (IFE Matriks)

Analisis lingkungan internal atau evaluasi faktor internal mencakup pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang kemudian dapat dianalisis melalui identifikasi faktor-faktor internal apa saja yang terkait dengan perusahaan. Data dan informasi aspek internal dapat diperoleh dari beberapa aspek yang ada pada perusahaan, seperti aspek manajemen, keuangan, produksi, pemasaran, sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan.

2. External Factor Evaluation Matrix (EFE Matriks)

Analisis lingkungan eksternal atau evaluasi faktor eksternal, digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang mencakup faktor peluang dan ancaman dari perusahaan. Data eksternal dikumpulkan melalui hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi, sosial budaya, lingkungan demografi, teknologi, politik hukum dan kompetitif perusahaan.

Dari masing-masing faktor internal dan eksternal, kemudian diberikan bobot nilai berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut. Bobot IFE pada sumbu horizontal dan bobot EFE pada sumbu vertikal.


(50)

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor di atas, selanjutnya dilakukan teknik pembobotan dengan cara mengajukan hasil identifikasi faktor internal kepada responden. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal perusahaan. Skala penilaian yang digunakan adalah: Nilai 1 : Indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal

Nilai 2 : Indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal

Bentuk dari pembobotan pada metode ini dapat diolah pada Tabel berikut dengan menggunakan metode Paired Comparison.

Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Perusahaan

Faktor Strategi Internal A B C ... Total A

B C ...

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, (1991)

Untuk faktor eksternal perusahaan, metode pembobotan dilakukan dengan teknik metode yang sama seperti dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal Perusahaan

Faktor Strategi Eksternal A B C ... Total A

B C ...

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, (1991)

Bobot dari setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(51)

ai = xi n

Σ

xi i=1 Keterangan :

ai : Bobot variabel ke i

xi : Nilai variabel ke i untuk seluruh faktor horizontal i : 1, 2, 3..., n

n : Jumlah variabel

Internal Factor Evaluation Matrix dan Eksternal Factor Evaluation Matrix dalam David (2006), dapat dikembangkan dalam empat tahap, sebagai berikut :

a. Menulis faktor internal dan eksternal utama seperti yang diidentifikasi dalam proses perumusan internal dan eksternal. Menggunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal dan eksternal mencakup kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman.

b. Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing faktor. Bobot yang diberikan pada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal dan peluang atau ancaman eksternal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

c. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor yang mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kekuatan atau kelemahan dan peluang atau ancaman. Skala 3 sampai 4 untuk kekuatan sedangkan 1 sampai 2 kelemahan pada faktor internal. Skala peringkat yang digunakan yaitu:

Nilai 1 = Kelemahan utama Nilai 3 = Kekuatan kecil Nilai 2 = Kelemahan kecil Nilai 4 = Kekuatan utama

Selanjutnya untuk faktor eksternal skala 1 sampai 4 untuk pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab faktor yang ada. Skala yang digunakan yaitu :

Nilai 4 = Jawaban sangat baik Nilai 2 = Jawaban rata-rata


(52)

d. Mengalikan bobot faktor dengan rating, untuk memperoleh nilai pembobotan yang hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Internal Factor Evaluation Matrix. Faktor Kunci

Internal Bobot Rating Bobot Rating (Skor)

Kekuatan -

Kelemahan -

Total 1,0

Sumber : David, (2006)

Pada matriks EFE total nilai skor paling tinggi adalah 4,0 dan nilai terendah adalah 1,0. Total nilai rata-rata skor adalah 2,5. Total nilai skor 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada di sekitar perusahaan. Strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Eksternal Factor Evaluation Matrix

Faktor Kunci

Eksternal Bobot Rating Bobot Rating (Skor)

Kekuatan -

Kelemahan -

Total 1,0


(53)

3. Internal Eksternal Matrix (IE Matriks)

Analisis Internal dan Eksternal (IE Matriks) merupakan tahap masukan dari formulasi strategi yang mencakup pemetaan dari analisis faktor internal dan eksternal yang telah diperoleh, yaitu total skor bobot IFE pada sumbu horizontal dan total skor bobot EFE pada sumbu vertikal. Pada matriks IE digunakan untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan pada matriks IFE dan EFE yang selanjutnya dipetakan pada matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat perusahaan yang lebih jelas.

Rata-rata nilai skor IFE Kuat Rata-rata Lemah

4.0 3.0-4.0 3.0 2.0-2.99 2.0 1.0-1.99 1.0 Rata-rata Tinggi 4.0

Nilai Menengah 3.0

Skor Rendah 2.0

EFE 1.0

Gambar 5. Matriks Internal dan Eksternal

Terdapat sembilan sel pada matriks IE yang dikelompokan menjadi tiga bagian utama yang memiliki dampak strategi yang berbeda, sebagai berikut :

a. Divisi yang termasuk kedalam sel I, II , IV dapat menggunakan strategi tumbuh dan bina (Growth and Build ). Strategi yang tepat untuk keadaan ini adalah berupa strategi intensif diantaranya penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk atau strategi integratif yaitu integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal.

b. Selanjutnya divisi yang masuk ke dalam sel III, V, VII dapat menggunakan strategi pertahankan dan pelihara (Hold and Maintain). Strategi yang dapat dilakukan adalah dapat berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk. c. Divisi yang masuk ke dalam sel VI, VIII, IX strategi yang dapat dilakukan

adalah panen atau divestasi (Harvest or Divest).

Matriks Internal Eksternal (IE) didasarkan pada dua faktor kunci total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu - x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada

I II III

IV V VI


(54)

(1)

Lampiran 6. Matriks IFE bagian Manajer (Pakar satu)

Lampiran 7. Matriks EFE bagian Manajer

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

A.Pelaksanaan manajemen baik 0,127 4 0,508

B.Lahan untuk pengembangan masih luas 0,117 4 0,468

C.Lokasi strategis 0,085 4 0,340

D.Kualitas produk baik 0,121 4 0,484

E.Produksi meningkat 0,121 4 0,484

F. Karyawan terampil 0,117 4 0,468

Kelemahan

G.Modal terbatas 0,085 1 0,085

H.Teknologi konvensional 0,069 1 0,069

I. Keterbatasan bibit jamur 0,089 1 0,089

J. Tidak ada bagian pembibitan 0,069 1 0,069

Total 1,000 28 2,758

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

A.Pendapatan masyarakat naik 0,117 4 0,468

B.Suplai bahan baku lancar 0,063 4 0,252

C.Permintaan pasar jamur masih tinggi 0,111 3 0,333 Ancaman

D.Mayoritas penduduk petani sayuran 0,069 3 0,207

E.Fluktuasi harga input 0,117 2 0,234

F. Tergantung pada satu pengumpul 0,089 2 0,178

G.Tidak ada kelompok tani jamur 0,053 2 0,106

H.Skala usaha pesaing lebih besar 0,127 1 0,127

I. Produksi pesaing lebih tinggi 0,127 1 0,127

J. Produk subtitusi banyak 0,127 1 0,127


(2)

\

Lampiran 8. Matriks IFE bagian Pengawas (Pakar dua)

Lampiran 9. Matriks EFE bagian Pengawas

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

A.Pelaksanaan manajemen baik 0,103 4 0,412

B.Lahan untuk pengembangan masih luas 0,099 3 0,297

C.Lokasi strategis 0,103 4 0,412

D.Kualitas produk baik 0,093 4 0,372

E.Produksi meningkat 0,093 4 0,372

F. Karyawan terampil 0,093 4 0,372

Kelemahan

G.Modal terbatas 0,089 1 0,089

H.Teknologi konvensional 0,117 2 0,234

I. Keterbatasan bibit jamur 0,089 1 0,089

J. Tidak ada bagian pembibitan 0,121 2 0,242

Total 1,000 29 2,891

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

A.Pendapatan masyarakat naik 0,105 4 0,420

B.Suplai bahan baku lancar 0,105 4 0,420

C.Permintaan pasar jamur masih tinggi 0,100 3 0,300 Ancaman

D.Mayoritas penduduk petani sayuran 0,100 2 0,200

E.Fluktuasi harga input 0,100 2 0,200

F. Tergantung pada satu pengumpul 0,095 2 0,190

G.Tidak ada kelompok tani jamur 0,095 2 0,190

H.Skala usaha pesaing lebih besar 0,100 1 0,100

I. Produksi pesaing lebih tinggi 0,100 1 0,100

J. Produk subtitusi banyak 0,100 1 0,100


(3)

Lampiran 10. Nilai Bobot Rata-Rata IFE Perusahaan Agro Jamur Arismajaya

Lampiran 11. Nilai Bobot Rata-Rata EFE Perusahaan Agro Jamur Arismajaya

Faktor Internal Bobot 1 Bobot 2 Nilai

Kekuatan

K.Pelaksanaan manajemen baik 0,127 0,103 0,115 L.Lahan untuk pengembangan masih luas 0,117 0,099 0,108

M.Lokasi strategis 0,085 0,103 0,094

N.Kualitas produk baik 0,121 0,093 0,107

O.Produksi meningkat 0,121 0,093 0,107

P.Karyawan terampil 0,117 0,093 0,105

Kelemahan

Q.Modal terbatas 0,085 0,089 0,087

R.Teknologi konvensional 0,069 0,117 0,093

S.Keterbatasan bibit jamur 0,089 0,089 0,089

T.Tidak ada bagian pembibitan 0,069 0,121 0,095

Total 1,000 1,000 1,000

Faktor Eksternal Bobot 1 Bobot 2 Nilai

Peluang

K.Pendapatan masyarakat naik 0,117 0,105 0,111

L.Suplai bahan baku lancar 0,063 0,105 0,084

M.Permintaan pasar jamur masih tinggi 0,111 0,100 0,105 Ancaman

N.Mayoritas penduduk petani sayuran 0,069 0,100 0,085

O.Fluktuasi harga input 0,117 0,100 0,109

P.Tergantung pada satu pengumpul 0,089 0,095 0,092 Q.Tidak kelompok tani jamur 0,053 0,095 0,074 R.Skala usaha pesaing lebih besar 0,127 0,100 0,113 S.Produksi pesaing lebih tinggi 0,127 0,100 0,113

T.Produk subtitusi banyak 0,127 0,100 0,113


(4)

Lampiran 12. Nilai Rating Rata-Rata IFE Perusahaan Agro Jamur Arismajaya

Lampiran 13. Nilai Rating Rata-Rata EFE Perusahaan Agro Jamur Arismajaya

Faktor Internal Rating 1 Rating 2 Nilai

Kekuatan

A.Pelaksanaan manajemen baik 4 4 4

B.Lahan untuk pengembangan masih luas 4 3 3,5

C.Lokasi strategis 4 4 4

D.Kualitas produk baik 4 4 4

E.Produksi meningkat 4 4 4

F.Karyawan terampil 4 4 4

Kelemahan

G.Modal terbatas 1 1 1

H.Teknologi konvensional 1 2 1,5

I. Keterbatasan bibit jamur 1 1 1

J. Tidak ada bagian pembibitan 1 2 1,5

Total 28 29 28,5

Faktor Eksternal Rating 1 Rating 2 Nilai

Peluang

A.Pendapatan masyarakat naik 4 4 4

B.Suplai bahan baku lancar 4 4 4

C.Permintaan pasar jamur masih tinggi 3 3 3

Ancaman

D.Mayoritas penduduk petani sayuran 3 2 2,5

E.Fluktuasi harga input 2 2 2

F.Tergantung pada satu pengumpul 2 2 2

G.Tidak kelompok tani jamur 2 2 2

H.Skala usaha pesaing lebih besar 1 1 1

I. Produksi pesaing lebih tinggi 1 1 1

J. Produk subtitusi banyak 1 1 1


(5)

(6)

Lampiran 14. Matrik Quantitative Strategic Planning Perusahaan Agro Jamur Arismajaya Faktor

Kunci Bobot

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan 1 0,115 4 0,46 4 0,46 4 0,46 4 0,46

Kekuatan 2 0,108 4 0,43 4 0,43 4 0,43 4 0,43

Kekuatan 3 0,094 4 0,37 4 0,37 4 0,37 4 0,37

Kekuatan 4 0,107 4 0,43 4 0,43 4 0,43 4 0,43

Kekuatan 5 0,107 4 0,43 4 0,43 4 0,43 4 0,43

Kekuatan 6 0,105 4 0,42 4 0,42 4 0,42 4 0,42

Kelemahan 1 0,087 2 0,17 3 0,26 3 0,26 2 0,17

Kelemahan 2 0,093 2 0,19 3 0,27 4 0,37 2 0,19

Kelemahan 3 0,089 2 0,17 3 0,26 2 0,17 2 0,17

Kelemahan 4 0,095 2 0,19 3 0,28 2 0,19 2 0,19

Peluang 1 0,111 3 0,33 4 0,45 3 0,33 3 0,33

Peluang 2 0,084 3 0,25 3 0,25 3 0,25 3 0,25

Peluang 3 0,105 3 0,31 3 0,31 3 0,31 2 0,21

Ancaman 1 0,085 2 0,17 2 0,17 3 0,25 2 0,17

Ancaman 2 0,109 2 0,21 2 0,21 2 0,21 2 0,21

Ancaman 3 0,092 2 0,19 2 0,19 3 0,27 2 0,19

Ancaman 4 0,074 2 0,15 2 0,15 3 0,23 2 0,15

Ancaman 5 0,113 1 0,11 1 0,11 2 0,23 1 0,11

Ancaman 6 0,113 1 0,11 1 0,11 2 0,23 1 0,11

Ancaman 7 0,113 1 0,11 1 0,11 1 0,11 1 0,11