Tahapan Pengembangan Produk Sistem evaluasi elemen desain kursi rotan menggunakan rekayasa kansei

Gambar 5 Pohon industri rotan Kemenperin 2007. 2 Tujuan pengolahan rotan asalan sebelum menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi, antara lain untuk menghilangkan kotoran dan selaput silika yang masih melekat pada batang rotan, mendapatkan bahan baku rotan yang tahan terhadap hama dan penyakit, menghasilkan bahan baku rotan bulat amplas dan serut, kulit dan hati rotan yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaannya dan meningkatkan nilai tambah, keindahan, serta hasil guna bahan baku rotan. Secara umum terdapat tiga aliran pengolahan rotan sebagai bahan baku. Industri pengolahan rotan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat pengolahan dan hasil produksinya, seperti dijelaskan di bawah ini: 1. Industri yang menghasilkan rotan bulat WS Washed and Sulphurized . Kelompok ini merupakan usaha pengawetan rotan bulat sebagai bahan baku. 2. Industri yang menghasilkan bahan baku siap pakai atau barang-barang setengah jadi. Kelompok ini mengolah rotan bulat menjadi bentuk barang-barang setengah jadi yang disesuaikan dengan sifat dan keperluannya rattan polished dan peelbark core 3. Industri yang menghasilkan barang-barang jadi dan barang-barang kerajinan. Kelompok ini mengolah bahan baku siap pakai atau barang setengah jadi menjadi barang jadi dan barang-barang kerajinan furnitur alat-alat rumah tangga, lampit, anyaman, kap lampu, keranjang dan lain lain. Menurut Jasni et al. 2000, rotan yang berdiameter kecil seperti rotan seel Daemonorop melanochaetes Becc. yang telah dipanen dan dibersihkan daun dan duri serta anggota batang dan dilakukan penggosokan menggunakan serbuk gergaji atau sabut kelapa. Selanjunya rotan dipotong sesuai standar dan dibawa ke tempat penumpukan rotan dan dijemur dan pengasapan sampai kering. Pengasapan pada dasarnya adalah proses oksidasi belerang gas SO2 agar warna rotan kuning merata dan tahan terhadap serangan jamur. Proses pengolahan sampai tahap ini disebut rotan WS Washed and Sulphurized. Rotan yang sudah kering, dilakukan pembelahan rotan dibelah. Kulit rotan digunakan untk pengikat atau dibuat lampit. Hati rotan kecil disebut fitrit. Tahapan pengolahan rotan asalan sebelum menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, antara lain: pemotongan rotan, perendaman dalam air, pencucian dan penggosokan, peruntian, pengikisan, penjemuran pengeringan, pelurusan, pengawetan, pemutihan, pengasapan, dan sortasi mutu. Ketika rotan asalan telah mengalami proses pengolahan untuk menjadi barang setengah jadi rotan asalan akan mengalami proses pengolahan kulit, hati rotan dan pitrit. Proses pengolahan rotan asalan menjadi barang jadi sangat tergantung pada fungsi dan tujuan akhir dari barang akan dibuat. Proses pembuatan barang jadi merupakan gabungan proses mekanik pemotongan dan pengolahan rotan dan pengerjaan seni tradisional pembentukan produk jadi secara manual. Pengusahaan barang jadi rotan merupakan usaha padat karya atau menyerap banyak tenaga kerja manusia yang memiliki keterampilan Januminro 2000. Proses pembuatan barang jadi rotan furnitur secara umum terdiri dari beberapa tahap, antara lain persiapan bahan baku, pembentukan dan pembuatan tipe furnitur, perakitan, prefinishing, pengeringan dan seleksi.

2.5 Analytical Hierarchy Process AHP

Analytical Hierarchy Process AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1971. AHP adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk memecahkan suatu situasi yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan yang memiliki hirarki Saaty 1980. Ditambahkan, bahwa dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis yang digunakan dalam proses hirarki analitik, terdapat tiga prinsip yang harus ditempuh yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis Saaty 1980. Saaty 1980 menyatakan bahwa penyelesaian persoalan dengan AHP diawali dengan penyusunan hirarki persoalan. Pada tahap ini, persoalan yang kompleks distrukturkan secara grafis. Agar dapat dibandingkan, maka setiap alternatif keputusan harus dapat dinilai dengan kriteria-kriteria yang dapat dirinci menjadi sub kriteria. Selanjutnya sub kriteria dirinci lagi menjadi sub-sub kriteria dan seterusnya. Melalui penyusunan kriteria, sub kriteria, sub sub kriteria dan seterusnya dalam suatu hirarki, maka alternatif keputusan yang akan diambil dapat di-rangking. Dalam hirarki, masing-masing komponen akan diberikan nilai serta tingkat kepentingan melalui proses pembandingan berpasangan pair-wise comparison . AHP merupakan algoritma yang membantu untuk memecahkan masalah keputusan seperti Multiple Choice Decision Analysis MCDA Saaty 1980. Ada banyak MCDA metode yang telah dikembangkan seperti ELECTRE, TOPSIS, dll tetapi metode ini tidak mempertimbangkan saling ketergantungan antara kriteria dan alternatif Lin et al. 2008. Analisis AHP merupakan suatu metode penyelesaian persoalan secara terorganisir sehingga dapat mengambil keputusan efektif. Menurut Saaty 1980, metode AHP memilah-milah suatu situasi kompleks, tidak teratur ke dalam variabel-variabel, kemudian disusun secara hirarki. Proses penilaian dalam metode ini adalah dengan memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif setiap variabel. Kemudian melakukan sintesis pertimbangan-pertimbangan agar dapat menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi. Prinsip kerja AHP menurut Marimin 2004, terdiri dari empat pokok yaitu penyusunan hirarki, penilaian kinerja, penentuan priotitas, dan konsistensi logis. Penjelasannya sebagai berikut : a. Penyusunan hirarki merupakan suatu gambaran persoalan yang dibentuk dalam diagram atau gambar berbentuk hirarki, yang dimulai dari tujuan goal, kriteria, kemudian alternatif. Kriteria disini dapat berupa faktor, aktor, dan tujuan. Kriteria juga dapat diimprovisasi. b. Penilaian kriteria dan alternatif dilakukan melalui perbandingan berpasangan pairwise comparison dengan skala satu sampai sembilan. c. Penentuan prioritas setiap kriteria dan alternatif diperoleh dengan mempertimbangkan nilai-nilai pengolahan matematis dan statistik hasil perbandingan berpasangan. d. Konsistensi logis, yaitu semua alternatif dikelompokkan secara logis dan diperingatkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Tahapan yang terpenting di dalam AHP adalah penilaian alternatif dengan teknik perbandingan berpasangan pairwise comparison dalam suatu hirarki. Penilaian dilakukan dengan memberi bobot numerik dan membandingkan antara