Pengembangan Sistem Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan

7.3 Integrasi Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan pada Quality Function

Deployment Matriks rumah mutu atau House of Quality HOQ adalah bentuk yang paling dikenal dari QFD. House of Quality HOQ integrasi desain kursi rotan terdiri atas enam bagian yaitu bagian dinding kiri, dinding atas, ruangan tengah, atap, dasar dan dinding kanan. Bagian dari rumah kualitas yang dapat digunakan untuk memberikan informasi pada upaya pengambilan keputusan adalah bagian dasar dan dinding kanan. Bagian dinding kanan juga sering disebut tabel perencanaan mutu quality planning table karena data pada tabel ini menggambarkan kondisi aktual dari penilaian konsumen atas elemen-elemen desain yang diinginkannya. Data-data yang diperoleh tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi produsen dalam merancang produk. Selain itu data tersebut dapat memberikan gambaran kepada produsen mengenai upaya perbaikan desain yang harus dilakukan dengan berdasar pada data yang ada pada bagian dasar dari rumah kualitas. Dinding kanan dari matriks rumah kulitas yang ditampilkan pada Gambar 23 menunjukkan tingkat prioritas dari kata Kansei yang diperoleh dengan AHP. Prioritas utama ditunjukkan dengan nilai bobot yang paling besar, sehingga kata Kansei yang paling penting menurut konsumen adalah kokoh dengan bobot 0,220. Keinginan konsumen ini kemudian dipetakan kedalam elemen desain pada bagian ruangan dari rumah kualitas dimana nilai-nilai ini diperoleh dari association rules yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Hasil pemetaan menunjukkan cara penerjemahan keinginan konsumen kedalam desain kursi rotan untuk masing- masing elemen dengan berdasar pada bobot yang muncul pada bagian dasar rumah kualitas. Pembobotan ini dilakukan dengan mengalikan nilai matriks setiap kata Kansei dengan bobot prioritas masing-masing kata pada bagian dinding kanan dan menjumlahkan hasil perkalian tersebut pada setiap kolom. Hasilnya menunjukkan bahwa elemen desain yang memiliki bobot paling besar adalah elemen desain V31, yaitu sandaran tangan yang melengkung dengan nilai 0,440. Kata Kansei dengan bobot terbesar kedua adalah nyaman dengan nilai 0,149, sedangkan kata Kansei dengan bobot terbesar ketiga adalah unik dengan nilai 0,145. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas keinginan konsumen berupa kata Kansei terhadap elemen desain kursi rotan adalah kokoh, nyaman dan unik. Dan sebagai masukan kepada pihak produsen, bahwa untuk memenuhi keinginan konsumen tersebut, maka elemen-elemen desain berupa elemen desain sandaran tangan yang melengkung V31, kaki yang tertutup anyaman V42 dan sandaran dudukan yang berbentuk setengah lingkaran V22 merupakan elemen yang sesuai dengan keinginan konsumen. Bagian atap dari matriks rumah kualitas menunjukkan hubungan trade-off dari masing-masing upaya penerapan elemen desain tersebut pada sebuah kursi rotan. Hubungan yang positif ditunjukkan dengan lambang positif + , hubungan netral ditunjukkan dengan isi matriks yang kosong dan hubungan negatif ditunjukkan dengan lambang negatif -. Nilai hubungan ini memberikan informasi apakah peningkatan atau perbaikan suatu elemen desain akan ikut memberikan efek positif pada elemen desain lainnya, memberikan efek negatif atau tidak memberikan pengaruh apa pun. Berdasarkan bagian atap HOQ pada Gambar 23, terlihat bahwa hubungan antara desain sandaran punggung kursi rotan, desain dudukan, desain sandaran tangan dan desain kaki, saling berhubungan positif satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa elemen desain itu saling memberikan penilaian positif terhadap yang lain. Adanya trade off maka perubahan salah satu elemen kearah positif turut meningkatkan penilain terhadap elemen desain yang lain.

7.4 Verifikasi dan Validasi

Menurut Bahill dan Henderson 2005 verifikasi adalah membangun sistem dengan benar building the system right; memastikan bahwa sistem memenuhi persyaratan sistem dan sesuai dengan desain. Ditambahkan bahwa yang dimaksud dengan persyaratan verifikasi adalah membuktikan setiap persyaratan telah terpenuhi. Verifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan argumen logis, pemeriksaan, membuat model, simulasi, analisis, penilaian pakar, uji dan demonstrasi. Verifikasi pada tahapan penelitian ini dilakukan mulai dari tahap pemilihan kata Kansei dengan pertimbangan penilaian pakar, hingga tahap integrasi desain dengan QFD. penggunaan metode analisa pada penelitian ini dilakukan verifikasi. Pada penrhitungan menggunakan AHP, dilakukan pemeriksaan consistensi ratio CR. Hasil CR lebih kecil atau sama dengan 10 persen menunjukkan bahwa perhitungan penilaian tersebut telah konsisten. Untuk penggunaan association rules , adanya batasan nilai minimum support dan minimum confidence merupakan bentuk pemeriksaan bahwa hasil yang diperoleh benar. Selanjutnya hasil yang telah benar dipetakan pada matriks QFD akan memeberikan kesimpulan yang benar. Menurut Bahill dan Henderson 2005 validasi sebuah sistem yaitu membangun sistem yang benar building the right system: memastikan bahwa sistem melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam lingkup tujuannya. Validasi menentukan kebenaran dan kelengkapan dari produk akhir, dan memastikan bahwa sistem akan memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan. Persyaratan validasi adalah memastikan bahwa 1 serangkaian persyaratan adalah benar, selesai dan konsisten, 2 sebuah model dapat dibuat yang memenuhi persyaratan, dan 3 penyelesaian dunia nyata dapat dibangun dan diuji untuk memastikan bahwa memenuhi persyaratan. Validasi pada penelitian ini dilakukan dengan face validity, dimana hasil penelitian diperlihatkan kembali kepada perancang produk sebagai pemangku kepentingan dalam pengembangan desain kursi rotan. Hasil face validity menunjukkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan dalam tahap perancangan produk, khususnya kursi rotan.

7.5 Implikasi Sistem Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan

Dari hasil kajian yang telah dilakukan dapat diketahui manfaat yang diperoleh dengan mempertimbangkan perasaan atau emosi terhadap pengembangan produk. Tanpa adanya sistem evaluasi ini atau rule base, maka perancangan dan pengembangan produk seakan-akan hanya dipertimbangkan dari sisi produsen atau perancang produk saja tanpa mempertimbangkan perasaan atau emosi yang diperoleh oleh konsumen dari produk tersebut. Adanya sistem evaluasi tersebut mempermudah desainer untuk memulai aktifitas desain. Proses desain adalah serangkaian kegiatan kreatif dan sering menghadapi ketidakpastian Crilly et al. 2004. Dengan adanya sistem tersebut membantu desainer untuk memulai pekerjaan kreatifnya. Hasil evaluasi elemen desain kursi makan rotan yang memberikan usulan untuk mempertimbangkan kata cantik dengan dudukan, sandaran tangan, kaki dan anyaman mempermudah desainer memulai proses desain dengan menyodorkan alternatif desain dimulai dari desain dudukan, sandaran tangan, kaki dan anyaman. Begitu pula jika konsumen mengeluarkan kata unik, maka desainer dapat memulai proses desain dengan sandaran tangan dan kaki. Dari hasil analisa ini sandaran tangan yang menunjukkan desain yang unik adalah sandaran tangan yang melengkung dan desain kaki yang tertutup. Dengan adanya sistem evaluasi terhadap penawaran produk baru berbasis rotan yang dilakukan oleh produsen sebagai pelaku usaha industri berbasis rotan maka akan mempercepat proses pengeluaran desain-desain baru yang berkembang di Indonesia. Desain produk jadi atau furnitur rotan, khususnya kursi rotan akan akan semakin berkembang Dalam hal ini belum dikaji besarnya multiple effect dari adanya sistem evaluasi ini, namun demikian diharapkan dengan adanya sistem evaluasi tersebut akan memudahkan perancang untuk merancang produk. Produk furnitur rotan sebagai produk akhir dari rotan mempunyai nilai tambah yang paling besar dibandingkan bahan bakunya, sehingga dengan perancangan yang sesuai dengan perasaan konsumen diharapkan penjualan akan semakin membaik karena produk mampu menyentuh konsumen lewat perasaan. 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kata-kata Kansei yang dapat digunakan untuk penilaian kursi makan rotan yakni kata-kata cantik, unik, inovatif, nyaman, alami, modern, kokoh dan sederhana. Delapan kata tersebut kemudian dikaji berdasarkan faktor estetika, fungsi, bahan dan konstruksi. Hasil perhitungan perbandingan berpasangan terhadap desain sandaran punggung kursi rotan menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen adalah faktor konstruksi, fungsi, estetika dan bahan. Untuk desain dudukan kursi rotan urutan faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen adalah fungsi, konstruksi, bahan dan estetika. Pada elemen desain sandaran tangan, faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen adalah estetika, bahan, fungsi dan konstruksi. Untuk desain kaki kursi rotan, faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen adalah konstruksi, fungsi, bahan dan estetika. Untuk desain anyaman kursi rotan, faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen adalah estetika, konstruksi, bahan dan fungsi. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa keempat faktor tersebut, yaitu faktor estetika, fungsi, bahan dan konstruksi merupakan faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen dalam menilai produk kursi rotan. Metode evaluasi dengan menggunakan association rules menghasilkan 148 rules atau aturan-aturan yang menghubungkan antara kata Kansei konsumen dengan elemen desain. Hasil penilaian berupa rules yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat beberapa rules yang mempunyai nilai confidence yang tinggi 80, bahkan ada yang mencapai 100, hal ini mengindikasikan bahwa dengan pilihan kata Kansei yang tepat oleh konsumen, maka elemen desain yang ditunjukkan dengan kata tersebut merupakan elemen desain yang sesuai dengan kata Kansei tersebut. Contoh pengetahuan yang diperoleh antara lain “jika konsumen memilih kata alami, kokoh, dan inovatif, maka desain sandaran tangan dengan bentuk melengkung merupakan elemen desain yang dipilih dari kata tersebut” dengan tingkat confidence 100 persen. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan integrasi sistem evaluasi elemen desain kursi rotan. Hasil penelitian dengan menggunakan QFD, association rules dan AHP, diperoleh bahwa dalam evaluasi elemen desain kursi rotan oleh konsumen terhadap elemen desain sandaran punggung, dudukan, sandaran tangan, kaki, dan anyaman, kata kokoh, nyaman dan unik, merupakan tiga kata yang dominan dinilai oleh konsumen dari suatu produk kursi rotan. Ketiga kata tersebut dapat diterjemahkan dengan mempertimbangkan elemen desain yang memperoleh elemen bobot relatif tertinggi, yaitu elemen desain sandaran tangan yang melengkung, elemen desain kaki kursi rotan yang tertutup dan desain dudukan rotan setengah lingkaran. Ketiga desain elemen tersebut dipertimbangkan untuk memenuhi keinginan konsumen, berdasarkan kata-kata Kansei

8.2 Saran

Penelitian ini merupakan tahap awal dari metode evaluasi elemen desain produk rotan dengan menggunakan pendekatan Kansei engineering. Saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut: Faktor Kansei yang diukur dapat ditambahkan dengan faktor lain, seperti faktor inovasi. Selain menggunakan data penilaian konsumen, metode evaluasi elemen desain dengan menggunakan association rules juga dapat memanfaatkan data penjualan dari pihak produsen. Pemanfaatan metode association rules sebagai sistem evaluasi juga dapat diimplementasikan untuk produk lain. Untuk memperoleh hasil evaluasi secara menyeluruh dapat ditambahkan elemen-elemen desain lain dari produk, seperti warna, harga dan kombinasi antar elemen. Penambahan faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan pengetahuan terhadap penilaian konsumen terhadap produk. DAFTAR PUSTAKA Achiche S, Ahmed S. 2008. Mapping shape geometry and emotions using fuzzy logic. Proceedings of IDETCCIE -ASME International Design Engineering Technical Conferences Computers Information in Engineering Conference; New York, USA, Agrawal R, Srikant R. 1994. Fast algorithms for mining association rules. Proceedings of 20th Int. Conf. Very Large Databases; Santiago de Chile, Chile, 487-499. Akao Y, Mazur GH. 2003. The leading edge in QFD: past, present and future. Int J Qual Reliab Manag 20:20-35. Bouchard C, Lim D, Aoussat A. 2003. Development of a Kansei Engineering System for industrial design: Identification of input data for KES. Proceedings of 6th Asian Design Conference; Tsukuba, 14-17 Okt 2003. Tsukuba: The Japanese Society for the Science of Design. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS. Bramer M. 2007. Principles of Data Mining. London: Springer Verlag Ltd. Choi K, Jun C. 2007. A systematic approach to the Kansei factors of tactile sense regarding the surface roughness. Appl Ergon 38:53-63. Chu PY, Chen LC, Wei WL, Chien YH. 2011. Identifying emotional factors for quantitative evaluation of perceived product values. Afr J Bus Manag 5:5698-5709. Crawford CM, Di Benedetto CA. 2000. New Products Management. Boston,MA: IrwinMcGraw-Hill. Crilly N, Moultrie J, Clarkson PJ. 2004. Seeing things: consumer response to the visual domain in product design. Design Studies 25:547-577. Crilly N, Moultrie J, Clarkson PJ. 2009. Shaping things: intended consumer response and the other determinants of product form. Design Studies 30:224-254. De Felice F, Petrillo A. 2010. A multiple choice decision analysis: an integrated QFD–AHP model for the assessment of customer needs. Int J Eng Sci Tech 2:25-38. Dransfield J, Manokaran N. 1996. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 6 Terjemahan . Yogyakarta: Gajah Mada University Press–Prosea Indonesia. Endo E, Ohba T, Kumagai M, Sato M, Kasuga M. 2007. A proposal of support system for product development in pickles on Kansei engineering. Di dalam: 10th QMOD; Helsingbörg, Sweden, Expert Choice I. 2010. Expert choice, decision support software. Febriono EA, Wignjosoebroto S, Sudiarno A. 2009. Perancangan gerobak sampah yang ergonomis dengan menggunakan metode Kansei Engineering dan metode Quality Function Deployment [skripsi]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. Gaspersz V. 2001. Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Griffin A. 1992. Evaluating QFDs use in US firms as a process for developing products. J Prod Innovat Manag 9:171-187. Guerin J. 2004. Kansei Engineering for Commercial Airplane Interior Architecture. Di dalam: The 16th Symposium on Quality Function Deployment, ; 10 July. Han SH, Hwan Yun M, Kim KJ, Kwahk J. 2000. Evaluation of product usability: development and validation of usability dimensions and design elements based on empirical models. Int J Ind Ergon 26:477-488. Horiguchi A, Suetomi T. 1995. A Kansei Engineering approach to a drivervehicle system. Int J Ind Ergon 15:25-37. Hsu SH, Chuang MC, Chang CC. 2000. A semantic differential study of designers and users product form perception. Int J Ind Ergon 25:375-391. Ikeda G, Nagai H, Sagara Y. 2004. Development of food Kansei model and its application for designing tastes and flavors of green tea beverage. Food Sci Tech Res 10:396-404. Ishihara S, Hatamoto K, Nagamachi M, Matsubara Y. 2002. ART1. 5SSS for Kansei Engineering expert system. IEEE System, Man, And Cybernetics 3:2512-2515. Ishihara S, Ishihara K, Nagamachi M, Matsubara Y. 1995. An automatic builder for a Kansei Engineering expert system using self-organizing neural networks. Int J Ind Ergon 15:13-24. Ishihara S, Ishihara K, Nagamachi M, Matsubara Y. 1997. An analysis of Kansei structure on shoes using self-organizing neural networks. Int J Ind Ergon 19:93-104. Ishihara S et al. 2010. Development and improvement of a washer-dryer with kansei ergonomics. Proceedings of The International Multiconference of