Pengolahan Rotan Sistem evaluasi elemen desain kursi rotan menggunakan rekayasa kansei

Istilah analisis keranjang belanja datang dari kejadian yang sudah sangat umum terjadi di dalam supermarket. Sebuah supermarket yang menjual berbagai jenis produk dapat mencari hubungan asosiatif dari konsumen yang memasukan berbagai produk yang mereka beli ke dalam keranjang market basket. Walaupun penggunaannya dimulai untuk pemasaran, namun penggunaan association rules sekarang semakin luas, seperti pada rekam data medis, data kejahatan dan lain- lain Bramer 2007. Menurut Bramer 2007, jika pada suatu basis data supermarket terdapat n transaksi, dalam hal ini, satu transaksi berarti satu pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Produk yang dibeli pada satu transaksi itu adalah roti, susu, keju, maka roti, susu dan keju disebut sebagai item dan himpunan pembelian {roti, susu, keju} disebut sebagai itemset I. Penggunaan association rules digunakan untuk memperoleh rule atau kaidah dari pembelian konsumen, sebagai contoh adalah jika membeli roti dan susu, maka konsumen juga membeli keju. Kaidah atau rule yang diperoleh harus memenuhi kriteria tertentu untuk dapat dijadikan sebagai rule yang kuat. Susanto dan Suryadi 2010 menyatakan bahwa aturan asosiasi berbentuk “if… then…” atau “jika… maka…” merupakan pengetahuan yang dihasilkan dari fungsi aturan asosiasi. Menurut Bramer 2007 rule yang dihasilkan dari hubungan asosiatif dinotasikan Y  X, bagian kiri Y disebut sebagai antecendent dan bagian kanan X disebut consequent. Hubungan tersebut merupakan hubungan implikasi, bukan hubungan sebab akibat. Penting tidaknya suatu aturan asosiatif dapat diketahui dengan dua parameter, support yaitu persentase kombinasi atribut tersebut dalam basis data dan confidence yaitu kuatnya hubungan antar atribut dalam aturan asosiatif. Contoh penggunaan association rules Tan et al. 2006: Dalam suatu basis data terdapat lima transaksi, dimana Transaksi 1, item yang dibeli adalah {roti, susu} Transaksi 2, item yang dibeli adalah {roti, popok, bir, telur} Transaksi 3, item yang dibeli adalah {susu, popok, bir, cola} Transaksi 4, item yang dibeli {roti, susu, popok, bir} Transaksi 5, item yang dibeli {roti, susu, popok, cola} Contoh rule dari transaksi diatas : susu, popok  bir, artinya banyak konsumen yang membeli susu dan popok juga membeli bir. Support count  adalah frekuensi terjadinya sebuah itemset dalam dataset  {susu, popok, bir} = 2, Support S adalah perbandingan terjadinya sebuah itemset terhadap seluruh itemset yang ada S {roti, susu, popok} = 25 = 0,4 Nilai confidence c menunjukkan kekerapan munculnya item-item dalam Y pada transaksi yang mengandung X c {susu, popok, bir} = { , , } 2 { , } 3 susu popok bir susu popok    = 0,67 Secara umum proses association rule terdiri dari dua tahap: 1. Mencari semua itemset yang sering muncul; itemset tersebut memenuhi minimum support 2. Menghasilkan association rule yang strong, rule ini harus memenuhi minimal support dan minimal confidence.

2.7 Quality Function Deployment QFD

Quality Function Deployment QFD pertama kali dikembangkan di Jepang pada akhir tahun 1960-an oleh Profesor Shigeru Mizuno dan Yoji Akao. Tahun 1972 Kobe Shipyards of Mitsubishi Heavy Industri memperkenalkan diagram kualitas quality chart yang merupakan pusat dari QFD. QFD didefinisikan sebagai suatu metode pengembangan rancangan kualitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen dan kemudian menterjemahkan keinginan konsumen ke dalam target rancangan dan poin-poin jaminan kualitas yang akan digunakan dalam produksi Akao Mazur 2003. Menurut Gaspersz 2001, QFD didefinisikan sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan konsumen dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu kedalam kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak. Menurut Kwong dan Bai 2002 QFD merupakan alat manajemen yang menyediakan proses koneksi secara visual untuk membantu tim focus terhadap persyaratan konsumen melalui perancangan produk secara total dan daur pengembangan. Konsep dasar dari QFD adalah untuk menerjemahkan kenginan konsumen terhadap rancangan produk yang sesuai atau karakteristik teknik dan seterusnya karakteristik bagian, rencana proses dan kebutuhan produksi. House of Quality merupakan bentuk yang paling dikenal dari QFD Griffin 1992. Matriks House of Quality HOQ merupakan quality tables yang dimodifikasi dengan menambahkan atap yang berbentuk segitiga. Kekuatan yang utama dari matriks ini adalah kemampuannya untuk beradaptasi sesuai kebutuhan dari suatu permasalahan Lowe et al. 2000. Struktur HOQ dapat dilihat sebagai bingkai kerja sebuah rumah, seperti digambarkan pada Gambar 6. Komponen House of Quality dapat dijelaskan sebagai berikut ini: 1. Dinding luar dari rumah adalah kebutuhan pelanggan. - Pada dinding sebelah kiri terdiri dari daftar suara pelanggan, atau apa yang menjadi harapan pelanggan dari sebuah produk WHATs . - Pada dinding sebelah kanan adalah prioritas kebutuhan pelanggan tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan, atau matriks perencanaan Planning Matrix. Matrix perencanaan bisa berupa patok duga oleh pelanggan, tingkat kepentingan menurut pelanggan, nilai target, scale of factor, sales point. 2. Langit-langit rumah plafon atau lantai ke-2 dari rumah berisikan deskripsi teknis HOWs, konsistensi produk yang diberikan lewat karakteristik teknis, batasan dan parameter desain. 3. Dinding dalam interior rumah adalah hubungan antara kebutuhan pelanggan WHATs dengan deskripsi teknis HOWs. 4. Atap rumah adalah timbal balik atau korelasi antar masing-masing deskripsi teknis HOWs. 5. Bagian dasar atau fondasi rumah adalah prioritas deskripsi teknis urutan tingkat kepentingan. Prioritas deskripsi teknis tersebut dapat berupa patok duga teknis, tingkat kesulitan teknis, nilai target. E. Hubungan Teknis C. Tanggapan Teknis D. Hubungan Keterkaitan tanggapan atas kebutuhan konsumen F. Matriks Teknis prioritas tanggapan teknis, target teknis, benchmarking A Kebutuhan Konsumen B. Prioritas Kebutuhan Konsumen Tahapan pembuatan matriks HOQ adalah sebagai berikut Marimin 2004 : a. Identifikasi harapan konsumen Tahap ini merupakan tahap untuk mendefinisikan harapan konsumen terhadap produk. Data untuk tahap ini diperoleh dari hasil pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. b. Elemen desain produk c. Sasaran proyek d. Parameter teknis e. Matriks interaksihubungan keterkaitan f. Trade off Beberapa aktivitas proses memiliki proses keterkaitan antara satu dengan lainnya. Pemberian tindakan pada aktivitas proses dapat mengakibatkan perubahan pada aktivitas proses yang terkait lainnya, baik perubahan searah positif maupun perubahan berlawanan arah negatif. Penentuan hubungan keterkaitan dalam penelitian ini dilakukan secara brainstorming dengan Gambar 6 Ilustrasi matriks rumah mutu.