Saran Sistem evaluasi elemen desain kursi rotan menggunakan rekayasa kansei

Contoh pengisian kuesioner: Berikut ini adalah contoh penilaian tingkat kepentingan dalam bentuk perbandingan berpasangan dengan menggunakan metode AHP, dalam hal ini untuk pemilihan desain sandaran punggung kursi rotan. “Untuk memilih kursi rotan yang anda sukai, maka terdapat empat kriteria yang dipertimbangkan, yaitu estetika, fungsi, bahan dan konstruksi. Nilai perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria-kriteria tersebut selanjutnya disusun dalam tabel perbandingan sebagai berikut: Kriteria Estetika Fungsi Bahan Konstruksi Estetika 1 3 a 5 1 b Fungsi 1 3 15 c Bahan 1 15 Konstruksi 1 Keterangan: a = Estetika sedikit lebih penting daripada fungsi b = Estetika sama penting dengan konstruksi c = Konstruksi sedikit lebih penting daripada fungsi 3. Bapak Ibu Sdra.i selaku responden kuesioner memiliki kebebasan dalam mengisi kuesioner ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang jujur yang Anda berikan sangat berguna bagi penelitian yang sedang dilakukan. 4. Apabila ada pertanyaan yang dirasakan kurang jelas dapat menanyakan langsung kepada peneliti surveyor. No :_________ diisi peneliti

I. PENDAHULUAN

Beri tanda check √ pada jawaban anda 1. Apakah anda pernah menggunakan produk furnitur rotan?  Pernah  Tidak 2. Apakah anda memiliki furnitur rotan?  Ya  Tidak silakan berhenti, terima kasih atas waktu yang anda berikan 3. Jika jawaban pertanyaan no.2 Ya Berapa lama anda telah memiliki furnitur rotan?  lima tahun silakan berhenti, terima kasih atas waktu yang anda berikan  lima tahun

II. Identitas Responden

Isilah data-data pribadi responden Bapak Ibu Sdra.i. pada kolom dan ruang yang telah disediakan. Pilihlah jawaban sesuai dengan pilihan yang tersedia dengan menggunakan tanda check √ . Nama : ……………………………………….. Alamat : ………………………………………… Usia : …...... tahun Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan

III. Pengisian Matriks Perbandingan Berpasangan

1. Prioritas desain sandaran punggung kursi rotan

Berikut ini adalah struktur hirarki dari penilaian desain sandaran punggung kursi rotan. Gambar 1 Struktur hirarki penilaian desain sandaran punggung kursi rotan Matriks 1 Terdapat empat faktor konsumen dalam memilih desain sandaran tangan, yaitu estetika, fungsi, bahan dan anyaman. Isilah tabel dibawah ini dengan skala yang telah diterangkan sebelumnya. Kriteria Estetika Fungsi Bahan Konstruksi Estetika 1 Fungsi 1 Bahan 1 Konstruksi 1 Matriks 2 Faktor estetika Terdapat dua kata, yaitu cantik dan unik dalam menilai faktor estetika desain sandaran punggung kursi rotan. Berilah penilaian anda terhadap perbandingan kedua kata tersebut Cantik Unik Cantik 1 Unik 1 Faktor fungsi Terdapat dua kata, yaitu inovatif dan nyaman dalam menilai faktor fungsi desain sandaran punggung kursi rotan. Berilah penilaian anda terhadap perbandingan kedua kata tersebut Inovatif Nyaman Inovatif 1 Nyaman 1 Faktor bahan Terdapat dua kata, yaitu alami dan modern dalam menilai faktor bahan desain sandaran punggung kursi rotan. Berilah penilaian anda terhadap perbandingan kedua kata tersebut Alami Modern Alami 1 Modern 1 Faktor konstruksi Terdapat dua kata, yaitu kokoh dan sederhana dalam menilai faktor konstruksi desain sandaran punggung kursi rotan. Berilah penilaian anda terhadap perbandingan kedua kata tersebut Kokoh Sederhana Kokoh 1 Sederhana 1 Matriks 3 Terdapat empat alternatif desain sandaran punggung, seperti yang terlihat pada struktur hirarki desain sandaran punggung., yaitu V11, V12, V13 dan V14. Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Cantik”. V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Unik”. V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Inovatif”. V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Nyaman”. V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Alami”. V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Modern”. V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Kokoh” V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 Bandingkanlah desain sandaran punggung pada Gambar 1 dan isi tabel berikut dengan skala penilaian anda, berdasarkan kata “Sederhana” V11 V12 V13 V14 V11 1 V12 1 V13 1 V14 1 ABSTRACT VONNY SETIARIES JOHAN. Evaluation System of Rattan Chair Design Element using Kansei Engineering. Under direction of SAPTA RAHARJA, E. GUMBIRA-SA’ID, and TAUFIK DJATNA. In product design development, it is very important for manufacturers to find out what the customer wants from the product. Kansei engineering as a product development technology can translate consumers Kansei total feeling and emotion into product design element. The purpose of this study was to develop an evaluation system of rattan chair design element using Kansei Engineering with rattan dining chair was used as the research object. Kansei words which represent feeling and emotion of consumers, i.e. beautiful, unique, innovative, comfortable, natural, modern, sturdy and simple were collected in this study. The words were grouped into four factors i.e. aesthetics, function, material and construction. Kansei engineering, analytical hierarchy process, association rules and quality function deployment were used to build evaluation system. For the evaluation, a rattan chair was divided into five design elements, i.e. backrest, seat, armrest, legs and rattan woven of the dining chair. Analytical hierarchy process with pair-wise comparison method was used to identify customers Kansei. The results showed that for backrest and base design of the rattan chair, the most influential customers Kansei factor was the construction. For the seat design of the rattan chair, most influential customers Kansei factor was function, while aesthetics was the most influential customers Kansei for the armrest and woven design of the rattan chair. Association rules were used to mine the rules that connecting Kansei words with the design elements of the rattan chair. These rules were transferred to build a house of quality in quality function deployment. It could be concluded from the quality function deployment that priority of customers Kansei words were sturdy, comfortable, and unique, meanwhile the priority of design elements of a rattan chair based on those words were curved armrest design, design of legs covered with woven and semicircular seat design of rattan chair. Keywords: Kansei engineering, rattan chair design element, association rules, quality function deployment RINGKASAN VONNY SETIARIES JOHAN. Sistem Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan Menggunakan Rekayasa Kansei. Dibimbing oleh SAPTA RAHARJA, E. GUMBIRA-SA’ID, dan TAUFIK DJATNA. Perkembangan produk furnitur semakin meningkat dengan munculnya berbagai desain produk baru oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang furnitur. Pangsa furnitur dunia mulai tertarik untuk mengunakan produk yang ramah lingkungan. Isu ramah lingkungan tidak hanya dinilai sebagai nilai tambah, tapi sudah menjadi salah satu pertimbangan utama konsumen dalam memilih produk, bahkan banyak negara telah mensyaratkan hanya produk-produk ecolabelling ramah lingkungan yang diizinkan masuk ke negara mereka. Persyaratan tersebut merupakan peluang pasar yang besar bagi produk furnitur rotan Indonesia untuk semakin berkembang. Rotan merupakan salah satu produk ramah lingkungan yang bahan bakunya berasal dari Indonesia. Rotan dianggap ramah lingkungan karena merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaharui. Selain itu dengan sifatnya yang lentur, kuat dan dapat dibentuk, menjadikan rotan sebagai bahan baku produk furnitur yang baik. Sebagai langkah awal untuk memperoleh peluang pasar, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap keinginan konsumen. Identifikasi keinginan konsumen dilakukan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap suatu produk, dalam hal ini produk furnitur. Analisis tersebut diperlukan karena pada dasarnya suatu perusahaan baik produsen maupun perancang produk tidak mengetahui secara tepat apa yang diinginkan konsumen. Oleh karena itu, dilakukan identifikasi keinginan konsumen agar perusahaan, khususnya tim perancang produk product designer dapat mendesain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Rekayasa Kansei yang mempertimbangkan perasaan Kansei manusia terhadap desain produk dapat dipertimbangkan. Rekayasa Kansei merupakan teknologi yang menerjemahkan perasaan manusia menjadi elemen desain suatu produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem evaluasi elemen desain kursi rotan menggunakan rekayasa Kansei. Tujuan khusus penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen, mengembangkan metode evaluasi elemen desain kursi rotan dengan pendekatan rekayasa Kansei dan mengembangkan integrasi sistem evaluasi elemen desain kursi rotan dengan pendekatan rekayasa Kansei. Obyek penelitian yang digunakan adalah produk kursi makan rotan. Penelitian dibatasi pada persepsi konsumen terhadap desain elemen kursi rotan, yaitu desain sandaran punggung kursi rotan, desain dudukan kursi rotan, desain sandaran tangan kursi rotan, desain kaki kursi rotan dan anyaman kursi rotan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan rekayasa Kansei, yaitu memilih domain, pengumpulan kata Kansei, pengumpulan elemen desain produk dan sintesa. Alat analisis yang digunakan adalah Analitical Hierarchy Process AHP, association rules dan Quality Function Deployment QFD. Domain yang dipilih adalah produk kursi makan berbahan rotan. Kursi rotan termasuk produk yang unik dibandingkan produk sejenisnya. Keunikannya terletak pada bahannya lentur dan kuat, sehingga bisa digunakan baik sebagai rangka maupun sebagai elemen desain seperti sandaran punggung, sandaran tangan, kaki sekaligus sebagai anyaman dari suatu kursi. Dari pengumpulan kata Kansei yang diungkapkan oleh konsumen mengenai produk kursi rotan, diperoleh kata-kata Kansei yang dapat digunakan untuk penilaian kursi makan rotan yakni kata-kata cantik, unik, inovatif, nyaman, alami, modern, kokoh dan sederhana. Delapan kata tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor estetika, fungsi, bahan dan konstruksi. Pengumpulan elemen desain dilakukan dengan membagi jenis elemen desain suatu kursi, yaitu sandaran punggung, dudukan, sandaran tangan, kaki dan anyaman kursi rotan. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen maka dilakukan menggunakan metode analytical hierarchy process AHP dengan perbandingan berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen yang dipilih untuk desain sandaran punggung kursi rotan berturut-turut adalah faktor konstruksi dengan bobot 0,358, fungsi dengan bobot 0,263, faktor estetika dengan bobot 0,203 dan faktor keempat adalah bahan dengan bobot 0,176. Untuk elemen dudukan kursi rotan faktor tertinggi adalah fungsi dengan bobot 0,324, selanjutnya faktor konstruksi dengan bobot 0,278, faktor bahan menjadi faktor ketiga dengan bobot 0,201, sedangkan faktor keempat adalah estetika dengan bobot 0,197. Alternatif desain yang dipilih untuk desain sandaran tangan kursi rotan adalah adalah estetika dengan bobot 0,363, bahan dengan bobot 0,322, fungsi menjadi faktor ketiga dengan bobot 0,191, sedangkan faktor keempat adalah konstruksi dengan bobot 0,124. Untuk desain kaki kursi rotan faktor tertinggi adalah konstruksi dengan bobot 0,587, selanjutnya faktor fungsi dengan bobot 0,154, faktor bahan menjadi faktor ketiga dengan bobot 0,152, sedangkan faktor keempat adalah estetika dengan bobot 0,108. Untuk desain anyaman kursi rotan, faktor tertinggi adalah estetika dengan bobot 0,402, selanjutnya faktor konstruksi dengan bobot 0,235, faktor bahan menjadi faktor ketiga dengan bobot 0,186, sedangkan faktor keempat adalah fungsi dengan bobot 0,177. Hasil dari AHP tersebut selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas, untuk mengetahui perubahan yang terjadi jika ada perubahan komposisi terhadap keempat faktor tersebut. Dari hasil penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor estetika, fungsi, bahan dan konstruksi merupakan faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen. Metode evaluasi dengan menggunakan metode association rules dilakukan untuk memperoleh pengetahuan mengenai penerjemahan kata Kansei menjadi elemen desain produk. Hasil dari association rules berupa rules if..then… yang menunjukan hubungan implikasi antara kata dan elemen desain. Untuk memperoleh strong rules, maka kriteria yang ditetapkan adalah nilai minimum support dan minimum confidence. Dengan dilakukan penetapan batas minimum support sebesar 20 persen dan minimum confidence sebesar 50 persen, maka diperoleh sebanyak 148 strong rules berupa pengetahuan tentang kata Kansei konsumen dengan elemen desain. Contoh pengetahuan yang diperoleh antara lain “jika konsumen memilih kata alami, kokoh, dan inovatif, maka desain sandaran tangan dengan bentuk melengkung merupakan elemen desain yang dipilih dengan kata tersebut dengan tingkat confidence 100 persen. Pengetahuan yang diperoleh dari association rules dipetakan dalam matriks rumah mutu house of quality untuk mengetahui prioritas elemen yang diperhatikan konsumen dalam menilai suatu produk, khususnya produk kursi rotan. Hasil QFD pada tahap ini menunjukkan bahwa, kata kokoh, nyaman, dan unik merupakan kebutuhan knsumen yang dominan. Di lain pihak, elemen desain sandaran tangan yang melengkung, desain kaki kursi yang tertutup anyaman dan desain dudukan berbentuk setengah lingkaran merupakan elemen desain penting yang dinilai oleh konsumen. Dengan mempertimbangkan desain kursi rotan diatas, diharapkan dapat membantu perancang produk dalam memulai proses perancangan produk kursi rotan. Kata kunci : rekayasa Kansei, elemen desain kursi rotan, association rules, quality function deployment 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan produk furnitur semakin meningkat dengan dikeluarkannya berbagai desain produk baru oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang furnitur. Pangsa furnitur dunia mulai tertarik untuk mengunakan produk yang ramah lingkungan. Isu ramah lingkungan tidak hanya dinilai sebagai nilai tambah, tapi sudah menjadi salah satu pertimbangan utama konsumen dalam memilih produk, bahkan banyak negara telah mensyaratkan hanya produk-produk ecolabelling ramah lingkungan yang diizinkan masuk ke negara mereka. Persyaratan tersebut merupakan peluang pasar yang besar bagi produk furnitur rotan Indonesia untuk semakin berkembang. Rotan merupakan salah satu produk yang termasuk ramah lingkungan yang bahan bakunya berasal dari Indonesia. Rotan dianggap ramah lingkungan karena merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaharui. Selain itu dengan sifatnya yang lentur, kuat dan dapat dibentuk, menjadikan rotan sebagai bahan baku produk furnitur yang baik. Sebagai langkah awal untuk memperoleh peluang pasar, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap keinginan konsumen. Identifikasi keinginan konsumen perlu dilakukan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap suatu produk, dalam hal ini produk furnitur. Analisis tersebut diperlukan karena pada dasarnya suatu perusahaan baik produsen maupun perancang produk tidak mengetahui secara tepat apa yang diinginkan konsumen. Dengan mengetahui keinginan konsumen maka perusahaan, khususnya tim perancang produk product designer dapat mendesain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam merancang dan mengembangkan suatu produk, tim perancang produk lebih mencoba trial dan error. Seorang perancang produk product designer harus dapat mendesain produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Proses desain adalah sebuah proses yang terdiri dari suatu rangkaian kegiatan kreatif, dan sering menghadapi ketidakpastian Crilly et al. 2004. Untuk dapat merancang suatu produk, seorang perancang produk sebaiknya mengetahui hal-hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk. Pada saat ini pertimbangan secara emosi dan perasaan menjadi pertimbangan penting bagi konsumen dalam memilih produk Nagamachi Lokman 2011. Seiring dengan berkembangnya jenis produk dan teknologi maka suatu produk tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsi functional dan kegunaan usability, namun juga memenuhi kebutuhan emosional konsumen. Dengan kata lain, suatu produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen baik secara fisik maupun emosi. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen. Metode yang dilakukan untuk menangkap keinginan konsumen adalah Quality Function Deployment QFD yang diperkenalkan oleh Akao pada tahun 1970, dan metode lainnya adalah rekayasa Kansei Kansei Engineering . Salah satu metode untuk mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen adalah Rekayasa Kansei. Rekayasa Kansei Kansei Engineering merupakan metode pengembangan produk berorientasi kepada konsumen, diperkenalkan oleh Prof. Mitsuo Nagamachi pada tahun 1970. Rekayasa Kansei menitik beratkan pada perasaan Kansei manusia. Penggunaan metode Rekayasa Kansei dapat menerjemahkan Kansei perasaan atau emosi dari konsumen menjadi elemen rancangan desain, sehingga selanjutnya membuat suatu produk akan lebih efisien Okamoto et al. 2007. Rekayasa Kansei telah banyak digunakan untuk pengembangan produk baru maupun untuk desain produk Nagamachi 1995. Metode ini telah diterapkan di Jepang, dan banyak digunakan, khususnya pada industri otomotif seperti mobil Miata keluaran Mazda Nagamachi 2002a, setir mobil Nagamachi 2002b, interior mobil Tanoue et al. 1997; Jindo Hirasago 1997 maupun produk lainnya seperti tas Nagasawa 2008, kursi kantor Park Han 2004, dan mesin cuci Ishihara et al. 2010. Contoh dari suksesnya penggunaan rekayasa Kansei adalah produk Miata MX5 dari Mazda. Produk mobil tersebut terbukti disukai oleh konsumen sehingga menjadi mobil sport terlaris versi The Guinness Book of Records tahun 2001 Schütte Eklund 2003. Hingga saat ini masih sedikit sekali penelitian yang menerapkan Rekayasa Kansei pada produk-produk pertanian, khususnya produk hasil agroindustri. Di lain pihak banyak produk agroindustri yang membutuhkan perancangan dalam proses pengembangannya. Rotan merupakan komoditas hasil hutan non kayu yang penting di Indonesia. Sekurangnya dua juta rakyat Indonesia yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera menggantungkan hidupnya pada rotan. Saat ini produk rotan alam di Indonesia mencapai sekitar 250 ribu sampai 300 ribu ton per tahun yang merupakan 85 dari produksi rotan dunia Sumardjani 2010. Produksi tersebut menurun dibandingkan hasil kajian Departemen Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 1998 yang menunjukkan bahwa perkiraan luas areal hutan yang berotan adalah 11,8 juta ha dengan potensi produksi rotan adalah sebesar 415.950,64 ton per tahun Mulyadi 2001. Produk jadi industri rotan sebagian besar berorientasi ekspor. Negara tujuan ekspor utama adalah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, Belanda, Perancis, Jerman, Inggris, Belgia, Luxemburg, Spanyol, dan Australia. Jumlah ekspor Indonesia pada tahun 2008 untuk rotan mentah adalah 30.947.193 kg dengan nilai US 27.948.348, sedangkan untuk produk rotan jadi mencapai 177.007.303 kg dengan nilai US 432.297.220. Ekspor rotan terus menurun dimana pada tahun 2009 ekspor rotan mentahasalan sebesar 27.863.593 kg dengan nilai US 26.901.677 dan untuk produk rotan jadi 161.978.158 kg dengan nilai US 395.139.212 BPS 2010. Salah satu penyebab penurunan ekspor produk jadi rotan Indonesia adalah bahan baku rotan lebih banyak diekspor keluar negeri Jaelani 2010. Keluarnya keputusan Menteri Perdagangan No. 35M-DagPER112011 tentang penutupan ekspor bahan baku rotan berakibat berlimpahnya bahan baku rotan yang harus terserap oleh industri pengolahan rotan di dalam negeri. Industri furnitur sebagai industri utama pengolah rotan harus semakin berkembang untuk menghasilkan produk-produk yang berhasil. Salah satunya yaitu dengan cara mengembangkan berbagai desain yang disukai konsumen. Produk jadi rotan antara lain furnitur, kerajinan seperti partisi, keranjang dan lain-lain. Dalam perdagangan dunia, produk furnitur Indonesia bersaing ketat dengan produk-produk dari negara-negara lain terutama China dan Vietnam. Kursi rotan Indonesia sebagai produk ekspor dan penggunaan domestik menjadi lahan agroindustri. Menurut Rini 2006 eksportir rotan Indonesia hanya mampu menjual kursi rotan di pasar Eropa dengan harga terendah US 4 per kg, sementara produk serupa buatan Cina dapat dijual dengan harga US 1,8 per kg. Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha produk berbasis rotan antara lain disebabkan oleh masih lemahnya desain dan penyelesaian produk, tidak seragamnya mutu produk dan ketergantungan teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri mesin dan peralatan furnitur kayu dan rotan dari luar negeri. Selain itu sebagian besar pengusaha produk rotan Indonesia melakukan ekspor melalui perantara dalam bentuk barang jadi, sehingga pengusaha rotan sangat tergantung pada pihak perantara dan pembeli buyer, sehingga tidak memiliki pengetahuan mengenai preferensi konsumen. Faktor desain semakin menjadi penentu keberhasilan produk di pasar domestik dan ekspor, oleh karena itu pengetahuan apa saja yang menjadi keinginan konsumen sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produk jadi rotan. Pada umumnya produk agroindustri dibuat tanpa mempertimbangkan perasaan dan tanpa menggunakan rancangan desain. Oleh karena itu diperlukan suatu perancangan produk yang menggunakan perasaan, agar lebih dapat mengakomodir keinginan dan selera konsumen. Dalam penelitian ini ada tiga isu penelitian yang dipertimbangkan. Pertama adalah bagaimana pemahaman emosi dan perasaan manusia terhadap produk. Kedua adalah bagaimana mengembangkan metode yang efektif untuk menghubungkan evaluasi berdasarkan emosi dan perasaan konsumen dengan desain produk. Ketiga bagaimana memetakan pengetahuan mengenai emosi dan perasaan konsumen tersebut terhadap desain elemen produk. Ketiga isu tersebut menjadi permasalahan pada suatu sistem penilaian produk, dalam hal ini evaluasi terhadap desain produk, khususnya produk kursi rotan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan sistem evaluasi elemen desain produk rotan menggunakan pendekatan rekayasa Kansei. Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen 2. Mengembangkan metode evaluasi elemen desain kursi rotan dengan pendekatan rekayasa Kansei 3. Mengembangkan integrasi sistem evaluasi elemen desain kursi rotan dengan pendekatan rekayasa Kansei.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini meliputi hal-hal berikut: 1. Obyek penelitian adalah produk jadi rotan, yaitu kursi makan rotan rattan dining chair . 2. Penelitian dibatasi pada persepsi konsumen terhadap desain elemen kursi rotan, yaitu desain sandaran punggung kursi rotan, desain dudukan kursi rotan, desain sandaran tangan kursi rotan, desain kaki kursi rotan dan anyaman kursi rotan.

1.4 Manfaat Penelitian

Keluaran dari penelitian adalah suatu metodologi untuk melakukan evaluasi atau penilaian terhadap produk dengan mempertimbangkan perasaan, emosi atau Kansei konsumen, khususnya produk rotan. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai pertimbangan awal dalam merancang produk rotan, khususnya untuk perancang produk 2. Sebagai studi awal untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan desain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.

1.5 Kebaruan Penelitian

Dari referensi studi diketahui bahwa penelitian dengan pendekatan rekayasa Kansei, khususnya untuk produk agroindustri masih sangat sedikit dilakukan, Riset ini berkontribusi pada pengembangan metode evaluasi pada rekayasa Kansei , khususnya rekayasa Kansei tipe II. Penggunaan rekayasa Kansei dengan association rules dan quality function deployment QFD dengan pembobotan menggunakan analytical hierarcy process AHP pada industri furnitur rotan merupakan metode yang diklaim sebagai kebaruan pada disertasi ini. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rekayasa Kansei

Rekayasa Kansei Kansei Engineering diperkenalkan oleh Prof. Mitsuo Nagamachi pada tahun 1970. Rekayasa Kansei adalah suatu teknologi yang menyatukan Kansei perasaan dan emosi dengan disiplin ilmu teknik rekayasa. Rekayasa Kansei digunakan dalam pengembangan produk untuk memperoleh kepuasan konsumen, yaitu dengan menganalisa perasaan dan emosi manusia dan menghubungkan perasaan dan emosi tersebut menjadi desain produk Nagamachi Lokman 2011. Menurut Nagamachi dan Lokman 2011, dalam definisi psikologi, Kansei mengacu pada pikiran yang ada, dimana pengetahuan, emosi dan keinginan berjalan harmonis. Menurut Schütte dan Eklund 2003, Kansei merupakan perasaan psikologis yang mencakup semua perasaan yang ditimbulkan dari alat indra manusia yaitu melihat, mendengar, merasakan dan mencium. Kansei dipengaruhi oleh tingkah laku, sikap, pengetahuan dan perasaan manusia. Secara ringkas prinsip kata Kansei oleh Schütte dan Eklund 2003 disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Prinsip Kansei Schütte Eklund 2003. Pengertian Kansei dalam rekayasa Kansei mengacu kepada ungkapan terhadap produk atau lingkungan, dimana emosi dan citra terhadap produk tersebut telah tersimpan di dalam pikiran. Sebagai contoh, ungkapan “produk itu mewah” atau “produk itu bergaya muda” merupakan kesan Kansei terhadap produk. Umumnya Kansei yang digunakan dalam rekayasa Kansei berbentuk kata sifat, walaupun dapat pula berbentuk kata benda Nagamachi Lokman 2011. Rekayasa Kansei dikembangkan sebagai teknologi yang berorientasi konsumen untuk pengembangan produk baru. Rekayasa Kansei menerjemahkan Kansei konsumen secara psikologis, dan selanjutnya menganalisa Kansei dengan menggunakan metode-metode yang dapat menerjemahkan Kansei yang telah dianalisa ke dalam bentuk elemen desain. Prinsip dari Kansei Engineering disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Proses sistem rekayasa Kansei Nagamachi 1995. Nagamachi 2002b menyatakan rekayasa Kansei didefinisikan sebagai teknologi yang menerjemahkan perasaan Kansei konsumen terhadap suatu produk menjadi elemen desain produk tersebut. Terdapat empat hal penting dalam teknologi ini, yaitu; 1 bagaimana memahami perasaan Kansei konsumen terhadap suatu produk, 2 bagaimana mengidentifikasi karakteristik rancangan produk dari Kansei konsumen, 3 bagaimana membangun rekayasa Kansei sebagai teknologi, 4 bagaimana produk disesuaikan dengan trend yang selalu berubah. Nagamachi dan Lokman 2011 menyatakan produk-produk yang dikembangkan menggunakan rekayasa Kansei atau yang disebut dengan produk Kansei tidak harus mahal atau mempunyai teknologi tinggi. Produk Kansei merupakan produk yang mampu mengaktualisasikan kebutuhan dan emosi konsumen, sehingga konsumen ingin membeli produk tersebut. Keinginan dan emosi konsumen tersebut keinginan konsumen diterjemahkan baik dalam bentuk fungsi dan bentuk produk. Terdapat enam tipe Kansei Engineering yang dikembangkan, seperti dijelaskan di bawah ini Nagamachi Lokman 2011: • Rekayasa Kansei tipe I – Klasifikasi kategori Rekayasa Kansei tipe I atau disebut klasifikasi kategori. Dalam tipe ini, Kansei konsumen terhadap suatu produk dihubungkan dengan sifat produk secara manual dengan menggunakan struktur pohon. Langkah tipe ini yaitu dengan memecahkan konsep dari target produk menjadi subkonsep-subkonsep dan selanjutnya diterjemahkan menjadi karakteristik fisik produk. Secara ringkas langkah tipe ini disajikan pada Gambar 3. Langkah-langkah dalam rekayasa Kansei tipe I yaitu, melakukan identifikasi target produk, menentukan konsep produk, atau yang diistilahkan sebagai konsep Kansei ordo-0. Selanjutnya konsep tersebut dipecah menjadi subkonsep konsep Kansei ordo ke-1. Jika subkonsep ini belum dapat diterjemahkan dalam bentuk karakteristik fisik, maka selanjutnya dipecah lagi menjadi konsep Kansei ordo ke- 2, dan seterusnya sehingga diperoleh karakteristik desain yang sesuai. Ket : A, B, C, …,Q = contoh fisik desain Gambar 3 Konsep rekayasa Kansei tipe I Nagamachi Lokman 2011. Fisik desain Konsep Kansei Ordo ke-3 Konsep Kansei Ordo ke-2 Konsep Kansei Ordo ke-1 Konsep Kansei Ordo ke-0 Konsep Produk Konsep 1 Konsep 1-1 Konsep 1-1-1 A Konsep 1-2 Konsep 1-2-1 B Konsep 1-2-2 C Konsep 2 Konsep 2-1 Konsep 2-2 Konsep 2-3 Konsep 3 Konsep 3-1 Konsep 3-2 Konsep 3-2-1 P Konsep 3-2-2 Q Contoh penggunaan rekayasa tipe I ini dilakukan untuk produk mobil sport Nagamachi 1995; Nagamachi Lokman 2011, Guerin 2004 juga menggunakan rekayasa Kansei tipe I untuk melakukan pengembangan desain interior pesawat. •Kansei Engineering tipe II - Kansei Engineering System Tipe ini merupakan teknik menerjemahkan Kansei konsumen terhadap produk dan menerjemahkannya menjadi elemen desain produk Gambar 4. Metode ini menggunakan basis data Kansei konsumen dan menggunakan komputer dan kecerdasan buatan artificial intelligent untuk menghubungkan antara Kansei dan elemen desain Ishihara et al. 1995; Ishihara et al. 1997; Ishihara et al. 2002; Mastur Hadi 2005. Gambar 4 Proses penerjemahan rekayasa Kansei tipe II Nagamachi Lokman 2011. • Rekayasa Kansei Tipe III Tipe ini sama dengan tipe kedua, tapi tipe ini menggunakan model matematika untuk menghubungkan antara Kansei konsumen dan elemen desain. Nagamachi dan Lokman 2011 menggunakan rekayasa Kansei tipe ini untuk menghubungkan artikulasi suara dari suatu kata dan kesan yang ditangkap dari kata tersebut. • Hybrid Kansei Engineering Terdiri dari dua metode yaitu forward dan backward Kansei engineering. Forward Kansei engineering adalah suatu metode dimana konsumen memilih produk yang sesuai dengan Kansei-nya, selanjutnya dengan bantuan komputer akan menerjemahkan menjadi desain yang sesuai, sedangkan backward Kansei engineering rancangan desain diunduh kedalam komputer dan selanjutnya komputer akan menyediakan kata Kansei yang sesuai. Sistem yang menggunakan kedua metode diatas disebut dengan hybrid Kansei engineering, dimana konsumen dapat memasukkan kata Kansei untuk memperoleh rancangan desain, atau desainer dapat memasukkan gambar atau sketsa untuk mengetahui kata Kansei yang sesuai Nagamachi Lokman 2011. • Kansei Engineering Tipe V Virtual Kansei Engineering Tipe ini menggunakan teknik virtual reality untuk pengumpulan data. Tipe ini digunakan oleh Electric Works dan University Hiroshima untuk merancang dapur ruang makan Nagamachi Lokman 2011. Hariguchi 1995 melakukan penelitian untuk mengembangkan sistem kendaraan dengan pendekatan simulator menggunakan rekayasa Kansei . • Kansei Engineering Tipe VI - Collaborative Kansei Engineering Designing Pada rekayasa Kansei tipe ini menggunakan bantuan Web, dimana desainer dari lokasi yang berbeda dapat bekerja sama dalam pembuatan suatu desain produk. Pembuatan desain dilakukan dengan menggunakan basis data Kansei Schütte 2002; Nagamachi et al. 2006. Secara umum, Schutte 2002 mengajukan tahapan prosedur pada rekayasa Kansei , sebagai berikut:  Pemilihan domain choosing the domain Pada tahap ini dilakukan penetapan tipe produk, segmen pasar dan target grup .  Pengumpulan ruang semantik spanning the semantic space Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan kata-kata Kansei dari majalah, brosur, internet dan lain-lain, dan selanjutnya melakukan identifikasi struktur Kansei. Identifikasi dapat dilakukan secara manual seperti affinity diagram maupun secara statistik seperti PCA dan analisis faktor.  Pengumpulan ruang atribut spanning the space of properties Mengumpulkan berbagai produk sejenis yang ada di pasaran. Menurut Keim et al. 2008 penilaian secara visual akan meningkatkan persepsi dan kemampuan kognitif manusia, dan dengan bantuan teknik analisis membantu untuk memperoleh pemahaman lebih jauh.  Sintesis Pada tahap ini ruang semantik dan ruang atribut dihubungkan. Teknik yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu; secara manual Kansei engineering type I- category classification, menggunakan metode statistik analisis regresi, Quantification theory type I dan menggunakan metode peringkat fuzzy set theory, genetic algorithm, neural network, rough set theory . Kansei merupakan sesuatu hal yang abstrak atau tidak dapat dipegang, sehingga pengukuran yang dilakukan berupa ekspresi yang dikeluarkan oleh manusia. Pengukuran Kansei manusia dapat dilakukan melalui: perilaku dan tindakan manusia, kata-kata yang diucapkan, mimik muka dan bahasa tubuh, dan pengukuran secara fisik seperti; detak jantung, EMG, EEG. Dalam rekayasa Kansei, konsumen diminta untuk mengungkapkan Kansei- nya saat melihat suatu produk. Ungkapan tersebut disebut kata Kansei. Untuk memahami Kansei konsumen dapat digunakan semantic differensial SD yang dikembangkan oleh Osgood Schütte 2002. SD digunakan sebagai teknik utama dalam memahami Kansei konsumen. Osgood menggunakan skala untuk mengkuantifikasi kata, yaitu dengan membandingkan kata dan lawan katanya, seperti ringan – berat, panas – dingin. Menurut Nagamachi dan Lokman 2011, dalam rekayasa Kansei penggunaan lawan kata seperti cantik – jelek tidak tepat, karena tidak ada desain yang jelek, sehingga padanan kata yang digunakan adalah cantik – tidak cantik, mewah – tidak mewah.

2.2 Tahapan Pengembangan Produk

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Suatu produk mempunyai sifat kompleks yang dapat diraba, termasuk kemasan, warna, harga, prestasi perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pembeli Shane 2008. Keberhasilan produk yang dikembangkan tergantung dari respon konsumen, produk hasil pengembangan dikatakan sukses bila mendapat respon positif dari konsumen yang diikuti dengan keinginan dan tindakan untuk membeli produk. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen merupakan fase yang paling awal dalam mengembangkan produk, karena tahap ini menentukan arah pengembangan produk Ulrich Eppinger 2008. Menurut Schiffman dan Kanuk 2000 proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli suatu produk terdiri dari tiga tahap yang saling berhubungan, yaitu tahap masukan input, tahap proses dan tahap keluaran output. Pada tahap masukan berupa pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk yang berasal dari usaha pemasaran produk tersebut dan pengaruh sosial dari eksternal konsumen, seperti keluarga, teman, tetangga dan sumber informal lainnya. Informasi yang diperoleh merupakan masukan yang mempengaruhi apa yang akan dibeli oleh konsumen. Tahap proses merupakan suatu tahapan dimana konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor psikologis mempengaruhi setiap individu. Pengalaman yang diperoleh melalui evaluasi berbagai alternatif akan mempengaruhi psikologis konsumen yang ada. Tahap keluaran dalam pengambilan keputusan terdiri dari dua kegiatan yaitu perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli. Adanya pembelian ulang menandakan bahwa produk tersebut dapat diterima oleh konsumen Schiffman Kanuk 2000. Perancangan dan pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan pengiriman produk Ulrich Eppinger 2008. Ulrich dan Eppinger 2008 menambahkan bahwa tahapan pengembangan produk terbagi menjadi enam tahap, yaitu tahap perencanaan, pengembangan konsep, desain tingkat sistem, desain detail, pengujian dan perbaikan, dan tahap terakhir adalah berjalannya produksi. Proses pengembangan produk diawali dengan tahap perencanaan, yang menghubungkan penelitian lebih lanjut dan kegiatan pengembangan teknologi. Keluaran tahap perencanaan ini adalah pernyataan misi dari proyek, yang merupakan masukan yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan menjadi sebuah panduan bagi tim pengembangan. Hasil dari proses pengembangan produk adalah pada saat produk diluncurkan dan tersedia di pasaran. Karakter dalam pengembangan produk terbagi menjadi lima tipe Ulrich Eppinger 2008. Karakter tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan tujuan perusahaan, tipe ini yaitu sebagai berikut: a. Tipe generic market pull, pada tipe ini perusahaan mengawali dengan peluang pasar kemudian mendapatkan teknologi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Contoh penerapan tipe ini yaitu pada barang-barang untuk keperluan olahraga, furnitur, dan alat bantu kerja. b. Tipe technology push, pada tipe ini perusahaan mengawali dengan suatu teknologi baru, kemudian mendapatkan pasar yang sesuai. Perbedaan dengan tipe market pull yaitu pada tahap perencanaan melibatkan kesesuaian antara teknologi dan kebutuhan pasar. Pengembangan konsep mengasumsikan bahwa teknologinya telah tersedia. c. Produk platform, pada tipe ini perusahaan mengasumsikan bahwa produk baru akan dibuat berdasarkan sub-sistem teknologi yang telah ada. Peralatan elektronik, komputer dan printer adalah beberapa contoh yang dikembangkan dengan karakter ini. d. Process intensive, pada tipe ini karakteristik produk sangat dibatasi oleh proses produksi. Pada tipe ini proses dan produk harus dikembangkan bersama-sama dari awal atau proses produksi harus dispesifikasikan sejak awal. Contoh process intensive adalah pengembangan makanan ringan, bahan kimia, semikonduktor. e. Costumized, pada tipe ini produk baru memungkinkan sedikit variasi dari model yang telah ada. Tipe ini diterapkan pada pengembangan produk saklar, motor, baterai dan kontainer. Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar keputusan pembelian suatu produk. Menurut Kotler dan Armstrong 2008 atribut produk tersebut meliputi mutu, fitur, serta gaya dan