dilakukan pembengkokan sesuai dengan model atau tipe yang direncanakan. Pembengkokan dapat dilakukan dengan cara dipanaskan dengan kompor semprot
atau steaming oven. c. Perakitan
Proses ini merupakan kegiatan merangkai komponen-komponen yang telah dibuat sebelumnya. Perakitan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil
dan berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya.
d. Pre-finishing, Finishing, pengeringan, dan seleksi Pre-finishing
terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengamplas dasar, pendempulan, dan pengomporan. Pada kegiatan finishing terdiri dari pewarnaan,
penyemprotan melamin,
sending sealer
, pengamplasan sending
, dan
penyemprotan melamine top coat.
4.3 Perkembangan Desain Furnitur Rotan
Desain adalah suatu proses yang terdiri dari suatu rangkaian aktifitas kreatif, dan umumnya mencakup ketidak pasatian. Para perancang produk
menggunakan imajinasinya untuk menciptakan produk yang akan dipilih oleh konsumen. Walaupun baik bentuk produk dan tanggapan konsumen sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat sulit untuk diprediksi Crilly et al. 2009. Dalam praktiknya antara perancang dan pengguna kadangkala mempunyai
persepsi yang tidak sama terhadap suatu produk Hsu et al. 2000. Desain produk furnitur rotan di Indonesia masih banyak yang saling meniru,
sehingga suatu desain kursi dapat diproduksi oleh banyak pabrik. dimana tidak terdapat penghargaan terhadap hak karya intelektual Sriwarno 2001. Sebagian
lain pabrik rotan hanya mengerjakan pesanan yang desainnya telah ditentukan oleh pihak pembeli. Ditutupnya ekspor bahan baku rotan keluar negeri, maka
produk furnitur rotan Indonesia mempunyai pasar yang besar karena bahan baku negara lain terbatas. Namun demikian jika desain produk tidak berkembang dan
mengikuti selera konsumen maka produk jadi rotan khususnya furnitur akan kesulitan menghadapi persaingan dari produk furnitur yang berasal dari bahan
lain, seperti plastik dan kayu.
5 IDENTIFIKASI FAKTOR KANSEI KONSUMEN
TERHADAP DESAIN ELEMEN KURSI ROTAN
Tahapan awal dalam untuk membuat sistem evaluasi dengan menggunakan rekayasa Kansei adalah mengidentifikasi faktor desain berdasarkan Kansei
konsumen. Identifikasi Kansei konsumen dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi konsumen dalam menilai desain suatu produk.
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kansei, dimana pengukuran Kansei dilakukan melalui kata-kata yang mengungkapkan perasaan,
emosi atau yang disebut dengan Kansei. Untuk memperoleh faktor-faktor tersebut, maka metode yang digunakan
adalah metode yang diusulkan oleh Schütte 2002, yaitu penentuan domain, pengumpulan kata Kansei, pegumpulan elemen desain dan sintesa. Langkah-
langkah tersebut dijelaskan dibawah ini.
5.1 Penentuan Domain
Rotan dapat diolah menjadi berbagai produk furnitur dan kerajinan. Kelebihan rotan sebagai bahan baku produk furnitur dan kerajinan antara lain
karena rotan merupakan bahan yang lentur dan kuat, sehingga dapat dikreasikan menjadi berbagai bentuk. Untuk kursi rotan, rotan yang berdiameter besar dapat
menjadi rangka kursi, sedangkan rotan yang berukuran kecil dapat menjadi sandaran punggung, dudukan, sandaran tangan, dudukan, dan ornamen. Kulit
rotan dapat dijadikan sebagai pengikat maupun sebagai ornamen dari kursi yang dibuat. Keunggulan rotan yang lentur mempunyai desain produk rotan menjadi
produk yang unik. Produk yang menjadi penelitian adalah produk kursi makan rotan. Pemilihan jenis produk ini karena kursi rotan termasuk jenis produk
banyak dibeli dibandingkan jenis furnitur yang lain.
5.2 Pengumpulan Kata Kansei dari Konsumen
Pengukuran Kansei dilakukan dengan menggunakan kata Kansei. Hal ini sesuai karena umumnya konsumen menilai produk rotan dengan menggunakan
kata-kata yang mengungkapkan perasaan dan penilaiannya terhadap produk tersebut.
Dari tahapan ini diperoleh sebanyak 50 kata yang menunjukkan perasaan konsumen terhadap produk kursi rotan, atau yang disebut dengan kata Kansei.
Kata-kata tersebut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Kata-kata Kansei yang diperoleh pada tahap pengumpulan kata
Cantik Nyaman
Alami Berkarakter
Modern Awet
Natural Kontemporer Kuno
Berseni Antik
Berbeda Segar
Ceria Tahan lama
Indah Inovatif
Manis Formal
Kuat Klasik
Bersih Elegan
Murah Empuk
Unik Ekspresif
Bagus Homy
Ekonomis Indonesia
banget Monoton
Perawatan Mudah
Tidak kaku Gak
bosenin Hangat
Sederhana Ergonomis
Ringan Simpel
Kokoh Kuat
Mudah dibersihkan
Ramah lingkungan
Karakteristik yang ulet
Bersahabat dengan alam
Enak dilihat
Berkesan rumahan
Sesuai dengan tubuh
Perasaan Asia Asian
feeling
Kata-kata yang telah diperoleh selanjutkan dikelompokkan secara manual dengan bantuan pakar yang terdiri dari satu orang staf pengajar desain produk dan
satu orang perancang produk furnitur. Menurut Okamoto 2011 pengelompokkan kata Kansei secara manual dapat dilakukan oleh suatu grup pakar dengan
menyusun secara hirarki kata sifat tersebut. Pengelompokkan dilakukan dengan mempertimbangkan kemiripan arti dan
makna kata-kata tersebut. Selanjutnya dilakukan pemilihan prioritas kata dari setiap kelompok yang diperoleh. Contoh pengelompokkan kata dan pemilihan
kata Kansei disajikan pada Gambar 12. Pemilihan kata Kansei menjadi 8 delapan kata dilakukan dengan pertimbangan pendapat pakar. Kata-kata Kansei
tersebut adalah cantik, unik, inovatif, nyaman alami, modern, kokoh, dan sederhana.
Dari kata-kata tersebut dikaji dalam empat faktor desain yaitu faktor estetika, fungsi, bahan dan konstruksi. Pengelompokkan digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan kuesioner AHP. Chu et al. 2011 melakukan pengukuran secara kuantitatif penerimaan nilai produk berdasarkan emosi menggunakan
perhitungan fuzzy AHP. Pada penelitian ini perhitungan kuantitatif dilakukan menggunakan AHP dengan bantuan software Expert Choice.