desain produk. Dijelaskan dalam Kotler dan Armstrong 2008, mutu produk berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan konsumen. Mutu mempunyai dua
dimensi, yaitu tingkat dan konsistensi. Pada umumnya perusahaan memilih tingkat mutu yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan tingkat mutu
produk pesaing. Konsisten disini dalam arti bahwa mutu roduk mempunyai tingkat mutu yang ditargetkan dan diharapkan konsumen secara konsisten. Fitur
produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk terhadap produk sejenis yang menjadi pesaing. Menjadi produsen awal yang mengenalkan fitur
baru yang dibutuhkan dan dianggap bernilai menjadi salah satu cara yang efektif untuk bersaing Kotler Armstrong 2008
Gaya dan desain merupakan cara lain untuk menambahkan nilai bagi konsumen adalah melalui gaya dan desain produk yang khas. Desain merupakan
hasil kreatifitas manusia yang diwujudkan dalam bentuk produk untuk memenuhi kebutuhan manusia. Penilaian suatu nilai desain produk didasarkan pada tiga
unsur, yaitu fungsional, estetika dan ekonomi Wardani 2003. Crawford dan Di Benedetto 2000 mengklasifikasikannya menjadi fungsi, ergonomi dan image
atau estetika. Selanjutnya unsur dapat dibagi menjadi tiga faktor desain yaitu konten isi,
bentuk dan substansi. Faktor konten berupa tujuan, penggunaan, fungsi dan arti dari produk. Faktor bentuk berupa ukuran, warna dan tekstur, dan faktor substansi
yaitu bahan material yang digunakan dan proses produksinya Choi Jun 2007.
2.3 Rotan
Rotan merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang terdapat di Indonesia. Kata rotan dalam bahasa Melayu diturunkan dari kata raut yang berarti
meraut, mengupas, melicinkan dengan bantuan benda tajam seperi pisau atau parang Rachman Jasni 2008. Rotan merupakan salah satu sumber hayati
Indonesia, penghasil devisa negara yang cukup besar. Sebagai negara penghasil rotan terbesar, Indonesia telah memberikan sumbangan sebesar 80 kebutuhan
rotan dunia. Dari jumlah tersebut 90 rotan dihasilkan dari hutan alam yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sekitar 10 dihasilkan dari
budidaya rotan Kalima, 1996.
Pusat penyebaran tumbuhan rotan adalah Asia, terutama Asia Tenggara. Di daerah ini ditemui 10 genera yang meliputi 85 dari seluruh jenis rotan yang
tumbuh di dunia. Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara paling kaya akan jenis sumber daya rotan. Secara nasional
tercatat 312 spesies rotan yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya, Sulawesi dan Jawa Rachman Jasni 2008; Kalima 1996.
Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan kayu yang terpenting di Indonesia MacKinnon 1998. Rotan dapat berbatang
tunggal soliter atau berumpun. Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh
berumpun dapat dipanen terus-menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian bawah batang.
Kuncup-kuncup tersebut berkembang sebagai rimpang pendek yang kemudian tumbuh menjadi batang di atas permukaan tanah Dransfield Manokaran 1996.
Batang rotan berbentuk silindris dan mempunyai diameter batang berkisar antara 6 – 50 mm, tergantung kepada jenisnya. Bentuk batang rotan terdiri dari
ruas-ruas yang panjangnya berkisar antara 10 sampai 50 cm. Ruas satu dengan yang lain dibatasi dengan buku, namun buku ini hanya terdapat di bagian luar
batang, tidak membentuk sekat seperti bambu Rachman Jasni 2008. Walaupun mirip dengan bambu, rotan dapat dibedakan dari bambu dimana rotan
mempunyai batang yang padat, sedangkan pada batang bambu terdapat rongga ditengahnya. Rotan memiliki batang yang fleksibel dan panjang, dan harus
ditopang, sedangkan bambu memiliki batang yang kaku dan panjang. Secara garis besar komponen kimia penyusun rotan adalah selulosa, lignin
dan zat ekstraktif Jasni et al. 2000; Rachman Jasni 2008. Jumlah selulosa dalam rotan
38 - 58 persen. Selulosa pada rotan berbentuk rantai panjang dan tersusun pada dinding sel rotan. Orientasi rantai selulosa ini pada satu bagian
tersusun rapat daerah kristalit dan pada bagian lain tersusun tidak teratur daerah amorf. Daerah amorf ini yang mudah dimasuki atau mengeluarkan air sehingga
rotan bisa mengembang atau mengerut Rachman Jasni 2008. Lignin merupakan komponen terbesar kedua pada rotan. Komponen lignin
pada rotan berkisar 18 – 27 persen Rachman Jasni 2008. Lignin berfungsi
memberikan kekuatan pada batang, makin tinggi kadar lignin dalam rotan makin kuat rotan karena ikatan antar serat juga makin kuat Jasni et al. 2000. Menurut
Rachman dan Jasni 2008 zat ekstraktif pada rotan lebih kurang 13 persen. Zat ekstraktif pada rotan antara lain gula-gula yang dapat menjadi bahan makanan
jamur dan serangga, lilin dan getah, zat warna dan silika. Menurut Rachman dan Jasni 2008 sifat fisis dan mekanis adalah indikator
penting untuk menentukan perilaku penampakan, kekuatan dan mutu rotan. Sifat fisis mekanis rotan ditentukan oleh susunan dan orientasi sel penyusun dan
komposisi kimia rotan. Sifat fisis mekanis rotan mencakup kadar air, berat jenis dan kekuatan lentur statik. Kekuatan lentur statik adalah ukuran kemampuan
rotan menahan beban lentur yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk. Secara taksonomi, rotan mempunyai banyak jenis. Penyebutan nama rotan
menunjuk kepada beberapa tanaman yang berasal dari berbagai genus dan spesies yang secara umum disebut rotan karena mempunyai persamaan ciri-ciri umum
dan tempat hidup. Rotan yang dibudidayakan dan memiliki prospek pengembangan adalah palasan Calamus merrillii Beccari, rotan batang C.
zollingeri , rotan batu C. subinermis, rotan buku hitam C. palustris Griffth,
rotan gunung C. exilis Griffth, rotan irit C. trachycoleus, rotan kesup C. ornatus
, rotan lilin C. javensis, rotan manau C. manan, rotan manau tikus C. tumidus
, rotan semambu C. scipionum, rotan taman C. optimus, rotan tumalim C. mindorensis, rotan tut C. pogonacanthus, dan rotan udang Korthalsia
echinometra Januminro 2000.
Di Indonesia terdapat delapan marga rotan yang terdiri atas kurang lebih 306 jenis, hanya 51 jenis yang sudah dimanfaatkan. Hal ini berarti pemanfaatan
jenis rotan masih rendah dan terbatas pada jenis-jenis yang sudah diketahui manfaatnya dan laku di pasaran. Ada beberapa jenis rotan batang asalan yang
sering digunakan untuk menjadi rotan batang poles, yaitu a. Manao : Rotan tersebut merupakan rotan yang paling baik untuk
dijadikan batang poles karena kelenturannya dan kekuatannya. Ciri- cirinya: ruas buku sama datar, warnanya kuning gading cerah, tidak
berumpun dan panjangnya mencapai 100 meter. Biasanya dipakai untuk membuat kursi, sofa dan meja.
b. Mandola : Rotan ini paling sering digunakan oleh para pengrajin rotan, karena harganya yang ekonomis dari rotan manau. Biasanya
digunakan untuk membuat kursi dan rak c. Tohiti : Rotan ini memiliki kualitas yang kurang baik dibandingkan
rotan manao dan mandola, biasanya digunakan pengrajin sebagai palang silang kaki kursi.
d. Blunuk : Rotan tersebut basanyanya dipakai oleh pengrajin yang menjual produknya dengan harga dan kualitas yang rendah, sebab
rotan ini memiliki kualitas yang rendah. e. Suti : Rotan tersebut memiliki ciri-ciri: ukurannya lebih pendek dan
diameter rotan tidak rata atau tidak proporsional. f. Semambu: rotan tersebut memiliki ciri-ciri: ruasnya lebih panjang dan
berbuku rata, warna hijau kekuning-kuningan, seratnya pori besar sehingga mudah patah. Biasanya digunakan untuk membuat kursi
dan meja. g. Manu : rotan tersebut terbilang jenis baru yang diproses menjadi
batang poles, tetapi memiliki kualitas yang sama dengan rotan mandola.
Rotan mempunyai sifat yang unik, yaitu walaupun mempunyai diameter sebesar ibu jari, namun panjangnya dapat mencapai 100 meter. Bahan rotan
bersifat keras, namun cukup elastis untuk dapat dilengkungkan. Batang polos rotan dimanfaatkan secara komersial untuk furnitur dan anyaman rotan karena
kekuatan, kelenturan dan keseragamannya. Diperkirakan 20 spesies rotan digunakan secara komersial baik dalam bentuk utuh maupun dalam belahan. Kulit
rotan dapat dimanfaatkan untuk tikar dan keranjang. Di daerah pedesaan banyak spesies rotan telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti tali-temali, konstruksi,
keranjang, atap dan tikar Dransfield Manokaran 1996. Setiap bagian dari rotan dapat dimanfaatkan. Batang rotan yang sudah tua
banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya untuk bahan obat
tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Pohon industri rotan disajikan pada Gambar 5.
Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya furnitur, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang,
tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu, batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang anyaman
untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya Januminro 2000.
Rotan merupakan salah satu bahan baku furnitur yang paling diminati oleh masyarakat nasional maupun internasional. Salah satu keunggulan rotan sebagai
bahan baku furnitur adalah bentuknya silindris dan lurus sehingga dapat digunakan sebagai kerangka furnitur berbagai macam bentuk Krisdianto et al.
2007. Selain itu keunikan rotan terletak pada kemampuannya yang khas dalam menampilkan rasa artistik yang alami, dan secara fisik perabot rotan jika
dibandingkan dengan dengan barang lain dengan fungsi yang sama lebih ringan sehingga mudah dipindahkan letak maupun posisinya Rachman Jasni 2008.
Keunikan rotan dibandingkan dengan material furnitur lainnya yaitu dengan bantuan pemanasan, rotan mudah dilengkungkan, sehingga komponen
furnitur dapat dibuat dalam bentuk lengkung agar memiliki nilai artistik yang tinggi Rachman dan Karnasudirdja, 1978, Hartono, 1998. Komponen dalam
bentuk lengkung selain menambah nilai artisik, juga menambah ciri khas produk furnitur rotan.
2.4 Pengolahan Rotan
Pengolahan rotan menurut Jasni 2000 merupakan proses pengolahan bahan baku rotan asalan yang telah dipungut dari kebun atau hutan menjadi bahan
baku rotan setengah jadi dan barang jadi atau siap pakai atau dijual. Pengolahan rotan terdiri dari pengolahan rotan berdiameter kecil 18 mm dan rotan
berdiameter besar 18 mm.
Gambar 5 Pohon industri rotan Kemenperin 2007. 2