Responden untuk pemilihan elemen desain dan penilaian terhadap elemen tersebut adalah berjumlah 45 orang dengan kualifikasi sebagai
konsumen furnitur rotan, baik yang ditemui di toko penjual produk rotan, maupun yang memiliki furnitur rotan.
4 GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROTAN
4.1 Perkembangan Industri Rotan di Indonesia
Sebagai negara penghasil bahan baku rotan terbesar di dunia, produk jadi rotan Indonesia tidak menunjukkan tingkat ekspor yang lebih tinggi dibandingkan
dengan negara lain. Rotan merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang paling penting di dunia. Pada daerah Asia Tenggara, diperkirakan lebih dari lima juta
orang yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam industri rotan. Perdagangan rotan mentah mencapai US 50 juta, namun pada saat produk
telah sampai kepada konsumen, nilai melonjak menjadi sekitar US 1,2 miliar. Oleh karena itu, nilai tambah dalam perdagangan rotan banyak terjadi dalam fase
pengolahan, produksi, distribusi dan pemasaran. Pulau Jawa merupakan pusat industri hilir rotan, terutama furnitur dan
barang anyaman, sementara pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera merupakan pemasok bahan baku. Di Jawa, industri rotan sebagian besar berada di Jawa Barat,
terutama di Kabupaten Cirebon dan Jawa Timur, terutama di sekitar Surabaya. Secara ringkas jumlah industri rotan yang berada di Indonesia disajikan pada
Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa provinsi di pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, JawaTengah dan Jawa Timur mencapai 52 persen dari
semua industri rotan yang ada di Indonesia. Untuk kapasitas produk setengah jadi, kapasitas industri pengolahan di Pulau Jawa mencapai 35 persen dan 78 persen
untuk produk jadi TREDA 2010. Daerah-daerah penghasil bahan baku rotan antara lain: Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi. Rotan yang berasal dari Sumatera Sumatera Barat dan Riau umumnya mempunyai diameter yang besar. Yang termasuk jenis rotan yang
berada di Sumatera antara lain Calamus manan. Dari 300 spesies dari tujuh genera yang terdapat di Indonesia, sekitar 100 spesies berada di Kalimantan. Namun
demikian, hanya sembilan sampai sepuluh jenis yang termasuk jenis rotan komersial dan diperdagangkan secara luas di Kalimantan Timur, selain itu
merupakan varietas non-komersial yang digunakan oleh penduduk asli. Jenis-jenis rotan yang mendominasi perdagangan adalah Calamus caesius, C. Manan, C.
Trachycoleus , dan C. scipionum. Departemen Kehutanan memperkirakan hutan
Kalimantan bisa menghasilkan 11.650 ton rotan mentah setiap tahun TREDA 2010.
Tabel 4 Distribusi industri rotan di 24 provinsi di Indonesia tahun 2009
No Provinsi
Jumlah industri Kapasitas Produksi
tontahun Produk
setengah jadi Produk jadi
1 Aceh
3 885
980 2
Sumatera Utara 14
14,171 14,054
3 Sumatera Barat
16 15,487
8,419 4
Riau 8
7,627 5,712
5 Jambi
2 3,160
- 6
Bengkulu 1
- 3,600
7 Sumatera Selatan
2 1,796
276 8
Lampung 4
780 1,008
9 DKI Jakarta
28 5,662
25,626 10
Jawa Barat 169
53,460 218,830
11 Jawa Tengah
7 2,580
22,668 12
DI Yogyakarta 2
- 1,280
13 Jawa Timur
96 155,064
148,497 14
Bali 1
- 23
15 Kalimantan Barat
7 33,610
8,208 16
Kalimantan Tengah 17
23,274 14,219
17 Kalimantan Selatan
55 31,985
29,627 18
Kalimantan Timur 8
5,142 2,163
19 Sulawesi Utara
24 51,251
2,540 20
Sulawesi Tengah 54
112,495 15,352
21 Sulawesi Selatan
30 46,341
10,186 22
Sulawesi Tenggara 27
50,648 90
23 Nusa Tenggara Barat
8 4,220
- 24
Maluku 1
- 300
Total 584
619,637 533,658
Sumber: TREDA, 2010
Sulawesi merupakan sumber penting bahan baku rotan. Di antara enam provinsi yang berada di Sulawesi, Sulawesi Tengah merupakan penghasil rotan
liar. Rotan liar mencakup sekitar lima juta ha kawasan hutan, atau sekitar 57,5 dari total luas provinsi tersebut, selain itu, Makassar merupakan pusat
perdagangan penting dari rotan. Dari sini rotan mentah material dapat diekspor atau diperdagangkan ke Pulau Jawa.
Daerah-daerah pengolah rotan antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sentra industri rotan di Jawa Barat terletak di Kabupaten Cirebon.
Terdapat sebanyak 169 industri di daerah ini, baik industri besar maupun industri
kecil dan menengah. Keunikan dari sentra industri rotan di Cirebon yaitu terjadinya kerjasama yang baik antara industri besar dan industri kecil rotan, yaitu
terdapat kemitraan antara industri rotan dengan pengrajin rotan di sekitar pabrik atau dikenal dengan istilah pengesub. Hal tersebut menjadi keunggulan kompetitif
Cirebon pada bidang industri furnitur. Umumnya pemasaran produk dari Cirebon adalah benua Eropa.
Sebagian besar industri rotan di daerah Jawa Tengah merupakan penghasil kerajinan. Walaupun sebagian besar furnitur yang berasal dari Jawa Tengah
menggunakan kayu sebagai bahan bakunya, namun dengan adanya penggunaan rotan sebagai kombinasi dapat menghasilkan produk yang berbeda.
Umumnya bahan baku rotan yang berasal dari Pulau Kalimantan dan Sulawesi masuk ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Jawa Timur.
Industri rotan di Jawa Timur didominasi oleh pabrik-pabrik besar yang memproduksi furnitur untuk pasar AS. Sentra rotan di Jawa Timur yaitu daerah
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Gresik. 4.1.1 Awal perkembangan industri rotan indonesia
Dari hasil wawancara dengan pihak AMKRI Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia diketahui bahwa perkembangan industri furnitur rotan
Indonesia, khususnya di daerah Cirebon dimulai pada tahun 1970. Perkembangan tersebut dimulai dengan dibukanya industri berbasis kerajinan rotan di kabupaten
Cirebon, khususnya daerah Tegal wangi dan sekitarnya. 4.1.2 Kejayaan industri rotan
Dari hasil wawancara dengan pihak AMKRI diketahui bahwa puncak kejayaan dari industri rotan adalah pada tahun 1995 dimana ekspor rotan
Indonesia mencapai 100 kontainer per bulan. Namun masa kejayaan tersebut hanya berlangsung sekitar 5 tahun. Pada tahun selanjutnya kejayaan industri rotan
mulai berkurang. 4.1.3 Kemunduran industri rotan
Berdasarkan hasil wawancara dengan AMKRI industri rotan saat ini mengalami kemunduran. Banyak kalangan yang menyalahkan mengenai
kebijakan pemerintah mengenai kebebasan untuk mengekspor rotan asalan. Banyaknya illegal trading menyebabkan bahan baku rotan yang berasal dari
Kalimantan dan Sulawesi langsung diekspor ke China. Di Indonesia terdapat asosiasi yang bergerak pada bidang kerajinan produk jadi rotan yaitu ASMINDO
Asosiasi Kerajinan Indonesia dan AMKRI Asosiasi Kerajinan dan Mebel Rotan Indonesia
Dalam pengembangkan industri produk jadi rotan di Indonesia didukung dengan Keputusan Menteri Perdagangan No. 35M-DAGPER112011 tentang
larangan ekspor bahan baku rotan. Dengan ditutupnya ekspor bahan baku rotan secara tidak langsung industri pengolahan rotan dalam negeri harus mampu untuk
meningkatkan desain produknya agar dapat bersaing dengan negara lain. Namun demikian perkembangan industri harus melihat situasi yang ada. Karena mulai
banyaknya pesaing lain yang juga menghasilkan produk furnitur rotan, seperti Vietnam dan China.
4.2 Proses Produksi Kursi Rotan
Pengolahan rotan asalan dan setengah jadi menjadi suatu produk sangat tergantung pada tujuan dan bentuk barang yang diinginkan. Sedangkan proses
pembuatan produk sangat tergantung pada kreasi, imajinasi, dan keterampilan pembuatnya. Proses pembuatan barang jadi merupakan gabungan proses mekanik
pemotongan dan pengolahan rotan dan pengerjaan seni tradisional pembentukan produk jadi secara manual. Pengusahaan barang jadi rotan merupakan usaha yang
padat karya atau menyerap banyak tenaga kerja manusia yang memiliki keterampilan. Proses pembuatan furnitur secara umum terdiri dari beberapa tahap,
antara lain: a. Persiapan bahan baku
Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan mulai dari jenis rotan, dan ukuran rotan yang dipakai. Selain itu dipersiapkan juga bahan penolong seperti dempul,
amplas, sending sealer, top coat, pewarna, dan tinner. b. Pembentukan dan pembuatan tipe furnitur
Pada tahap
ini dilakukan
pengukuran bahan
baku dengan
mempertimbangkan spilasi ukuran. Setelah itu dilakukan pemotongan bahan baku yang telah dibuat ukurannya. Dalam pemotongan akan dilakukan juga pembuatan
sambungan antar rangka furnitur. Setelah pemotongan selesai, kemudian
dilakukan pembengkokan sesuai dengan model atau tipe yang direncanakan. Pembengkokan dapat dilakukan dengan cara dipanaskan dengan kompor semprot
atau steaming oven. c. Perakitan
Proses ini merupakan kegiatan merangkai komponen-komponen yang telah dibuat sebelumnya. Perakitan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil
dan berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya.
d. Pre-finishing, Finishing, pengeringan, dan seleksi Pre-finishing
terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengamplas dasar, pendempulan, dan pengomporan. Pada kegiatan finishing terdiri dari pewarnaan,
penyemprotan melamin,
sending sealer
, pengamplasan sending
, dan
penyemprotan melamine top coat.
4.3 Perkembangan Desain Furnitur Rotan
Desain adalah suatu proses yang terdiri dari suatu rangkaian aktifitas kreatif, dan umumnya mencakup ketidak pasatian. Para perancang produk
menggunakan imajinasinya untuk menciptakan produk yang akan dipilih oleh konsumen. Walaupun baik bentuk produk dan tanggapan konsumen sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat sulit untuk diprediksi Crilly et al. 2009. Dalam praktiknya antara perancang dan pengguna kadangkala mempunyai
persepsi yang tidak sama terhadap suatu produk Hsu et al. 2000. Desain produk furnitur rotan di Indonesia masih banyak yang saling meniru,
sehingga suatu desain kursi dapat diproduksi oleh banyak pabrik. dimana tidak terdapat penghargaan terhadap hak karya intelektual Sriwarno 2001. Sebagian
lain pabrik rotan hanya mengerjakan pesanan yang desainnya telah ditentukan oleh pihak pembeli. Ditutupnya ekspor bahan baku rotan keluar negeri, maka
produk furnitur rotan Indonesia mempunyai pasar yang besar karena bahan baku negara lain terbatas. Namun demikian jika desain produk tidak berkembang dan
mengikuti selera konsumen maka produk jadi rotan khususnya furnitur akan kesulitan menghadapi persaingan dari produk furnitur yang berasal dari bahan
lain, seperti plastik dan kayu.